I. Pendahuluan: Menggali Akar Budaya Labuhanbatu
Permainan tradisional melampaui sekadar aktivitas rekreasi; ia berfungsi sebagai artefak budaya yang dinamis, mewujudkan narasi sejarah, nilai-nilai kemasyarakatan, dan struktur komunal suatu bangsa. Dalam konteks Labuhanbatu, permainan-permainan ini berperan sebagai wahana krusial untuk transmisi budaya, memastikan kesinambungan pengetahuan antargenerasi dan memperkuat kohesi sosial dalam komunitas. Keberadaan mereka mencerminkan warisan budaya yang hidup, yang esensial untuk menjaga identitas regional.
Kategorisasi berulang atas aktivitas ini sebagai “permainan tradisional rakyat” 1 menggarisbawahi asal-usul akar rumput dan adopsi luas di kalangan masyarakat umum. Hal ini menunjukkan bahwa permainan-permainan tersebut tidak eksklusif untuk ritual tertentu atau kelompok elit, melainkan terintegrasi secara mendalam ke dalam kehidupan sehari-hari dan memori kolektif penduduk Labuhanbatu. Karakteristik ini menyiratkan bahwa strategi pelestarian yang efektif harus secara inheren melibatkan dan memberdayakan komunitas lokal, mendorong keterlibatan organik daripada hanya mengandalkan mandat pemerintah dari atas ke bawah. Permainan rakyat ini, yang diwariskan secara informal dalam keluarga dan komunitas, menunjukkan ketahanan dan potensi evolusi yang adaptif, yang merupakan kekuatan dalam kontinuitas budaya. Oleh karena itu, upaya pelestarian yang berhasil perlu berpusat pada komunitas, melibatkan sesepuh lokal, sekolah, dan kelompok budaya, untuk memastikan keberlangsungan dan relevansinya.
Labuhanbatu, yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, dicirikan oleh warisan budaya yang kaya dan beragam. Lanskap budaya ini dibentuk oleh interaksi berbagai kelompok etnis, dengan dominasi pengaruh budaya Melayu yang menonjol. Vibransi warisan ini terlihat di berbagai bentuk seni tradisional, adat istiadat, dan, yang terpenting, permainan asli daerahnya. Di era yang ditandai oleh globalisasi yang cepat dan homogenisasi budaya, pelestarian unsur-unsur budaya yang unik ini sangat penting untuk menjaga identitas regional Labuhanbatu yang khas.
Penekanan eksplisit dari Ade Parlaungan Nasution, seorang akademisi Universitas Labuhanbatu yang diakui sebagai “Tokoh Penggerak Seni dan Budaya Labuhanbatu 2023” , bahwa “kebudayaan Melayu yang merupakan basis budaya di Labuhanbatu” membentuk fondasi budaya, memberikan lensa etnografi yang krusial. Hal ini menunjukkan bahwa banyak permainan tradisional di Labuhanbatu kemungkinan besar memiliki akar Melayu atau telah sangat dipengaruhi oleh praktik budaya Melayu. Oleh karena itu, upaya pelestarian harus mempertimbangkan lingkup budaya Melayu yang lebih luas ini, berpotensi memfasilitasi penelitian kolaboratif, studi komparatif, dan praktik terbaik bersama dengan daerah lain yang memiliki warisan budaya serupa. Pendekatan ini dapat memperkaya strategi pelestarian lokal, memastikan bahwa permainan-permainan ini tidak hanya dipandang sebagai fenomena terisolasi tetapi sebagai bagian integral dari kesinambungan budaya yang lebih besar.
II. Inventarisasi Permainan Tradisional Khas Labuhanbatu
Labuhanbatu adalah rumah bagi beragam permainan tradisional, banyak di antaranya tertanam kuat dalam kehidupan sehari-hari dan struktur budaya komunitas lokal. Permainan-permainan ini sering kali dicirikan oleh kesederhanaannya, hanya membutuhkan peralatan minimal (sering kali memanfaatkan bahan-bahan alami), mendorong aktivitas fisik, dan menumbuhkan interaksi sosial yang esensial di antara para peserta.
Daftar Permainan Rakyat yang Teridentifikasi
Berikut adalah daftar permainan tradisional yang secara eksplisit teridentifikasi dalam catatan yang tersedia:
Nama Permainan | Deskripsi Singkat / Karakteristik Utama |
Alip Cendong | Permainan rakyat tradisional. |
China Buta | Permainan rakyat tradisional. |
Kuda Tunggang | Permainan rakyat tradisional. |
Enggrang / Egrang | Permainan berjalan dengan menggunakan tongkat panjang berkaki. Variasi ejaan menunjukkan perbedaan fonetik regional. |
Sambar Elang | Permainan rakyat tradisional. |
Gasing | Permainan menggunakan gasing tradisional, sering melibatkan desain rumit dan permainan kompetitif. |
Keroncong | Permainan rakyat tradisional. |
Kuda Lumping | Adaptasi lokal atau versi bermain anak-anak dari tarian kuda lumping Jawa. |
Si Pucang | Permainan rakyat tradisional. |
Bata Lion | Permainan rakyat tradisional. |
Guling Ban Sepeda | Permainan melibatkan menggulirkan ban sepeda, menunjukkan adaptasi bahan modern ke dalam pola permainan tradisional. |
Karet Panah | Permainan menggunakan panah dari karet, menunjukkan penggunaan kreatif bahan umum untuk permainan berbasis keterampilan. |
Tarik Upeh | Permainan rakyat tradisional. |
Alip Jongkok | Permainan rakyat tradisional. |
Campuran permainan yang eklektik ini, mulai dari tantangan fisik (Enggrang, Guling Ban Sepeda) hingga aktivitas yang lebih abstrak atau berbasis keterampilan (Gasing, Karet Panah), menunjukkan budaya bermain yang sangat dinamis dan adaptif di Labuhanbatu. Integrasi elemen modern seperti “ban sepeda” ke dalam permainan tradisional merupakan indikator penting ketahanan dan evolusi budaya. Ini menunjukkan bahwa praktik tradisional tidaklah statis, melainkan dapat menggabungkan unsur-unsur kontemporer untuk tetap relevan dan menarik bagi generasi baru. Pendekatan ini menyiratkan bahwa upaya pelestarian harus merangkul, bukan menolak, adaptasi organik semacam itu bila sesuai, karena hal ini menjaga vitalitas dan daya tarik permainan bagi anak-anak masa kini.
Permainan Lain yang Dilestarikan
Selain daftar di atas, permainan tradisional lainnya secara aktif dilestarikan di Labuhanbatu, seringkali melalui acara terorganisir atau inisiatif yang dipimpin komunitas. Ini termasuk:
- Yeye
- Pecah Piring
- Serimbang
- Terompah : Kemungkinan besar mengacu pada “terompah panjang” atau bakiak kayu panjang berbasis kelompok serupa, sebuah permainan balap tradisional umum di Indonesia yang menekankan koordinasi dan kerja sama tim.
- Makan Tahu, Makan Telur Rebus, Kupas Nenas, Makan Lalap : Ini tampaknya merupakan tantangan makan kompetitif atau berbasis keterampilan, mungkin merupakan bagian dari pertemuan meriah atau perayaan komunitas yang lebih besar. Penyertaan “kupas nenas” sangat penting, mengingat keunggulan nanas dalam identitas budaya dan ekonomi Labuhanbatu.
Diversifikasi “permainan” untuk memasukkan aktivitas seperti “makan tahu” atau “kupas nenas” memperluas pemahaman antropologis tentang permainan tradisional di Labuhanbatu. Ini menunjukkan bahwa permainan tradisional melampaui aktivitas rekreasi anak-anak pada umumnya untuk mencakup tantangan komunal, seringkali meriah, yang mungkin terkait dengan produk pertanian lokal atau adat istiadat budaya. Hal ini menyoroti hubungan yang lebih dalam antara kegiatan waktu luang dan ekonomi atau gaya hidup lokal, memperkuat identitas budaya melalui pengalaman bersama dan pemanfaatan sumber daya lokal.
Studi Kasus: Permainan “Pasar-Pasaran” dan Nilai Edukasinya
Permainan “Pasar-Pasaran” (secara harfiah “bermain pasar” atau “desa”), yang dikenal sebagai “Marhuta-huta” dalam konteks Sumatera Utara yang lebih luas , memiliki makna khusus di Labuhanbatu. Permainan ini secara khusus dicatat karena nilai edukasinya di lingkungan seperti RA Nurul Ummi, Kecamatan Bilah Hulu.
Permainan peran yang imersif ini melibatkan anak-anak meniru berbagai aktivitas dan profesi desa, seperti berperan sebagai polisi, guru, dokter, atau pedagang pasar. Permainan ini secara kreatif memanfaatkan bahan-bahan alami, seperti daun, untuk mewakili mata uang. Melalui permainan interaktif ini, “Pasar-Pasaran” mendorong pengembangan keterampilan sosial dan kognitif yang krusial, termasuk tanggung jawab, kejujuran, kepemimpinan, dan kemampuan memecahkan masalah praktis. Ini menyediakan media yang menyenangkan namun efektif bagi anak-anak untuk belajar tentang peran sosial, dinamika komunitas, dan perilaku etis.
Penekanan rinci pada manfaat pedagogis dari “Pasar-Pasaran” menempatkan permainan tradisional ini tidak hanya sebagai artefak budaya tetapi sebagai alat pendidikan yang sangat efektif dan relevan secara budaya. Hal ini menunjukkan jalan yang menarik untuk pelestarian berkelanjutannya melalui integrasi formal ke dalam kurikulum pendidikan anak usia dini. Dengan menunjukkan kontribusi langsungnya terhadap pengembangan karakter dan pembelajaran sosial, nilainya melampaui hiburan, menjadikannya kandidat kuat untuk program pendidikan terstruktur yang memastikan kesinambungan dan relevansinya bagi generasi mendatang.
Hiburan Tradisional Terkait
Selain permainan tradisional yang terstruktur, Labuhanbatu juga menghargai dan melestarikan berbagai bentuk hiburan tradisional yang melengkapi budaya bermainnya yang dinamis. Bentuk seni ekspresif ini seringkali memiliki akar budaya yang sama dan berkontribusi pada kekayaan budaya komunitas secara keseluruhan. Ini termasuk:
- Senandong Labuhanbatu : Bentuk seni vokal tradisional atau gaya bernyanyi yang unik di wilayah tersebut, mungkin melibatkan penceritaan atau narasi puitis.
- Berbalas Pantun : Pertukaran puisi tradisional, seringkali improvisasi, di mana peserta terlibat dalam dialog berirama yang cerdas dan terampil, menunjukkan kecakapan linguistik dan pengetahuan budaya.
Penyertaan “Senandong Labuhanbatu” dan “Berbalas Pantun” bersama permainan tradisional 5 menunjukkan pemahaman holistik tentang pelestarian budaya di Labuhanbatu, mengakui bahwa permainan seringkali secara intrinsik terkait dengan bentuk seni ekspresif lainnya. Ini menunjukkan bahwa vitalitas budaya wilayah tersebut dipertahankan melalui mosaik tradisi yang kaya dan saling terkait, di mana berbagai bentuk ekspresi budaya saling memperkuat dan melengkapi. Oleh karena itu, upaya pelestarian harus mengadopsi pendekatan komprehensif, mengakui saling ketergantungan ini untuk memastikan vitalitas berkelanjutan dari warisan budaya Labuhanbatu.
III. Nilai Filosofis dan Manfaat Sosial Permainan Tradisional
Permainan tradisional di Labuhanbatu, seperti halnya yang ditemukan di berbagai budaya Indonesia, memainkan peran penting dalam pengembangan karakter secara holistik. Permainan-permainan ini secara inheren mempromosikan dan memperkuat spektrum nilai-nilai positif, termasuk kejujuran, semangat sportif, disiplin, dan ketekunan. Sejumlah besar permainan ini dirancang untuk partisipasi kelompok, sehingga memupuk ikatan kerja sama, kerja tim, dan solidaritas yang kuat di antara para pemain. Aspek komunal ini bukan sekadar kebetulan, melainkan fundamental untuk memperkuat kohesi sosial dan menumbuhkan rasa identitas kolektif dalam komunitas.
Penekanan yang konsisten pada nilai-nilai seperti tanggung jawab, kejujuran, dan kepemimpinan di berbagai permainan tradisional, terutama yang disorot dalam studi kasus “Pasar-Pasaran”, sangat menunjukkan adanya desain yang melekat, bahkan mungkin disengaja, dalam praktik tradisional ini untuk menanamkan perilaku pro-sosial dan kebajikan sipil. Hal ini menempatkan permainan tradisional sebagai platform pendidikan sosial yang informal namun sangat efektif, di mana norma-norma budaya dan prinsip-prinsip etika diinternalisasikan melalui pengalaman interaktif yang menyenangkan. Oleh karena itu, potensi erosi permainan-permainan ini menyiratkan pelemahan yang sesuai dari nilai-nilai komunitas fundamental ini. Jika permainan menjadi sarana utama transmisi nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial, maka penurunannya menciptakan kesenjangan signifikan dalam pendidikan informal. Kesenjangan ini tidak dapat dengan mudah diisi oleh pendidikan formal atau hiburan modern, yang seringkali kekurangan konteks budaya spesifik dan peluang pembelajaran eksperiensial. Oleh karena itu, pelestarian permainan ini menjadi tindakan proaktif terhadap fragmentasi budaya dan hilangnya identitas komunitas yang unik, memastikan bahwa nilai-nilai dan kearifan generasi masa lalu terus membimbing masa kini dan masa depan.
Di luar pengembangan karakter, permainan tradisional berfungsi sebagai platform pendidikan informal yang dinamis di mana generasi yang lebih tua secara lancar mentransmisikan norma-norma budaya, etiket sosial, dan keterampilan hidup praktis kepada generasi muda. Tindakan terlibat dalam permainan ini berubah menjadi proses pembelajaran yang hidup dan eksperiensial, sehingga memastikan kesinambungan organik dan evolusi identitas budaya khas Labuhanbatu. Nilai-nilai filosofis yang tertanam dalam praktik tradisional, seperti apresiasi estetika, penghormatan religius, prinsip moral, dan semangat solidaritas (seperti yang dicontohkan dalam “upacara mengayunkan anak” ), secara halus namun kuat diperkuat melalui media permainan. Ini berkontribusi secara signifikan terhadap pendidikan yang komprehensif dan berakar budaya bagi kaum muda.
Hubungan eksplisit antara permainan tradisional dan transmisi nilai-nilai budaya inti menyoroti peran tak tergantikan mereka sebagai alat pedagogis informal dalam komunitas. Hal ini mengarah pada implikasi kritis: penurunan atau hilangnya permainan tradisional kemungkinan besar akan berkorelasi langsung dengan erosi bertahap nilai-nilai asli dan kohesi sosial di kalangan generasi muda. Ini menggarisbawahi urgensi mendalam dari upaya pelestarian yang kuat, tidak hanya untuk menyelamatkan permainan itu sendiri, tetapi untuk menjaga fondasi budaya yang mereka wakili.
IV. Upaya Pelestarian dan Peran Pemangku Kepentingan
Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu telah menunjukkan komitmen yang patut dipuji terhadap pelestarian permainan tradisional dan bentuk hiburan daerahnya. Dukungan kelembagaan ini sangat penting, karena menyediakan kerangka kerja dan sumber daya yang diperlukan untuk inisiatif perlindungan budaya.
Inisiatif Pemerintah Daerah dan Komunitas dalam Melestarikan Budaya
Salah satu inisiatif yang patut dicatat dan berpandangan ke depan melibatkan upaya untuk mendaftarkan beberapa permainan tradisional ke MURI (Museum Rekor Indonesia). Langkah strategis ini bertujuan untuk mengamankan pengakuan nasional bagi aset budaya unik ini, sehingga secara signifikan meningkatkan kesadaran publik dan berpotensi menarik dukungan serta sumber daya yang lebih luas untuk pelestarian berkelanjutan mereka. Pengejaran aktif pengakuan MURI untuk permainan tradisional ini menunjukkan pergeseran strategis dari upaya pelestarian lokal ke promosi nasional yang lebih luas. Ini mengindikasikan bahwa otoritas lokal memahami pentingnya validasi eksternal untuk memperkuat kebanggaan budaya internal dan menarik perhatian yang lebih luas. Pengakuan nasional semacam itu dapat berfungsi sebagai katalis yang kuat, berpotensi membuka peluang pendanaan yang lebih besar, merangsang penelitian akademis tentang permainan-permainan ini, dan menginspirasi peningkatan partisipasi masyarakat, sehingga mengubah persepsi permainan tradisional dari sekadar keingintahuan sejarah menjadi warisan nasional yang dirayakan. Keberhasilan upaya pelestarian budaya secara inheren bergantung pada kolaborasi yang kuat antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk badan pemerintah daerah, lembaga pendidikan, organisasi komunitas, dan praktisi budaya.
Status Permainan Tradisional sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Nasional
Meskipun catatan penelitian yang tersedia tidak secara eksplisit mencantumkan permainan tradisional tertentu dari Labuhanbatu yang secara resmi diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Nasional , upaya lokal untuk mendaftarkan permainan ke MURI sangat mengindikasikan aspirasi untuk pengakuan yang lebih tinggi tersebut. Kerangka WBTB, sebuah inisiatif nasional, dirancang untuk melindungi dan mempromosikan berbagai bentuk pengetahuan, praktik, dan ekspresi tradisional, termasuk permainan tradisional. Pencapaian status WBTB akan memberikan permainan tradisional Labuhanbatu tingkat perlindungan resmi yang lebih tinggi, visibilitas nasional, dan akses ke dukungan pemerintah dan non-pemerintah yang berdedikasi.
Kesenjangan yang tampak antara upaya lokal untuk pengakuan MURI dan kurangnya status WBTB eksplisit untuk permainan Labuhanbatu tertentu (disimpulkan dari cuplikan WBTB umum yang tidak menyebutkan Labuhanbatu) menunjukkan area kritis untuk intervensi di masa depan. Hal ini menyoroti perlunya penelitian etnografi yang sistematis, dokumentasi komprehensif, dan proses nominasi yang diformalkan untuk memenuhi kriteria ketat penetapan WBTB nasional. Menjembatani kesenjangan ini sangat penting untuk mengamankan tingkat perlindungan dan dukungan yang lebih tinggi, memastikan permainan-permainan ini tidak hanya dihargai secara lokal tetapi juga diakui dan dilestarikan secara nasional.
V. Tantangan dan Prospek Masa Depan
Hambatan dalam Pelestarian di Tengah Arus Modernisasi
Tantangan utama dan paling meresap yang dihadapi pelestarian permainan tradisional di Labuhanbatu, mencerminkan tren global, adalah pengaruh modernisasi yang luar biasa dan proliferasi hiburan digital. Anak-anak dan remaja semakin terpikat oleh gadget elektronik dan permainan daring, yang menyebabkan penurunan minat dan partisipasi aktif yang nyata dalam bentuk permainan tradisional. Hambatan signifikan tambahan termasuk berkurangnya ketersediaan ruang fisik yang didedikasikan untuk permainan tradisional, erosi interaksi antargenerasi di mana pengetahuan ditransfer secara informal, dan seringkali, integrasi pendidikan warisan budaya yang tidak memadai dalam sistem sekolah formal. Faktor-faktor ini secara kolektif berkontribusi pada marginalisasi permainan tradisional.
Pengamatan umum tentang dampak modernisasi terhadap permainan tradisional (fenomena global yang secara implisit memengaruhi Labuhanbatu) menunjukkan hubungan sebab-akibat langsung antara peningkatan aksesibilitas dan daya tarik hiburan digital serta penurunan keterlibatan dalam permainan tradisional. Pengamatan ini menyiratkan bahwa strategi pelestarian yang efektif tidak dapat hanya mengandalkan daya tarik nostalgia, tetapi harus secara kreatif mengintegrasikan teknologi ke dalam permainan tradisional (misalnya, melalui dokumentasi digital atau aplikasi interaktif) atau mengembangkan pengalaman alternatif yang menarik dan imersif yang benar-benar dapat bersaing dengan hiburan modern untuk menarik perhatian generasi muda.
Rekomendasi Strategi untuk Revitalisasi dan Promosi Berkelanjutan
Untuk memastikan vitalitas dan kelangsungan hidup permainan tradisional Labuhanbatu yang abadi, pendekatan strategis yang komprehensif dan multi-faceted sangat diperlukan:
- Integrasi Pendidikan Formal dan Informal: Mengintegrasikan secara sistematis “Pasar-Pasaran” dan permainan tradisional lainnya yang sesuai secara budaya ke dalam kurikulum sekolah formal, terutama pada tingkat anak usia dini (seperti yang dicontohkan oleh RA Nurul Ummi ). Secara bersamaan, mengembangkan materi pendidikan yang mudah diakses, seperti panduan bergambar dan tutorial video, yang menjelaskan aturan permainan, sejarah, dan makna budaya.
- Keterlibatan Komunitas yang Dinamis: Mengorganisir dan mempromosikan festival permainan tradisional secara teratur, kompetisi antar-desa, dan lokakarya langsung yang secara aktif melibatkan semua kelompok usia, dari anak-anak hingga orang tua. Acara-acara ini harus dirancang untuk menumbuhkan minat berkelanjutan, memfasilitasi pembelajaran antargenerasi, dan memperkuat ikatan komunal.
- Dokumentasi Komprehensif dan Digitalisasi: Melakukan upaya sistematis untuk membuat arsip komprehensif permainan tradisional, termasuk aturan terperinci, konteks sejarah, narasi budaya, dan dokumentasi visual (foto, video). Memanfaatkan platform digital dan media sosial untuk penyebaran yang lebih luas, menjadikan warisan ini dapat diakses oleh audiens global dan melibatkan generasi muda melalui media yang akrab.
- Kemitraan Multi-Pemangku Kepentingan Strategis: Secara aktif mendorong kolaborasi yang kuat antara pemerintah daerah, lembaga akademik, organisasi budaya lokal, dan berpotensi sektor swasta (misalnya, melalui inisiatif Tanggung Jawab Sosial Perusahaan). Pendekatan sinergis ini dapat mengumpulkan sumber daya, keahlian, dan kemampuan jangkauan. Kombinasi kepemimpinan akademik, dukungan pemerintah daerah, dan inisiatif tingkat komunitas menunjukkan pengembangan ekosistem multi-pemangku kepentingan yang kuat dan berpotensi mandiri untuk pelestarian budaya di Labuhanbatu. Pendekatan terintegrasi ini merupakan faktor keberhasilan yang kritis, karena menciptakan lingkungan sinergis di mana kekuatan berbagai aktor saling memperkuat. Ini menyiratkan “efek pengganda” dalam pengembangan budaya, di mana upaya terkoordinasi mengarah pada hasil yang lebih komprehensif, berdampak, dan pada akhirnya, berkelanjutan untuk menjaga permainan tradisional.
- Pengejaran Pengakuan Nasional dan Internasional: Secara sistematis mempersiapkan dan mengajukan nominasi untuk permainan tradisional yang memenuhi syarat untuk mencapai status Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Nasional. Ini tidak hanya akan meningkatkan profil nasional mereka tetapi juga berpotensi membuka pintu bagi pengakuan dan dukungan internasional, lebih lanjut mengamankan masa depan mereka.
VI. Kesimpulan
Permainan tradisional di Labuhanbatu memiliki makna budaya, sosial, dan pendidikan yang mendalam, membentuk identitas komunitas dan mentransmisikan nilai-nilai antargenerasi. Keberadaan permainan seperti Alip Cendong, Enggrang, Gasing, hingga “Pasar-Pasaran” yang kaya nilai edukasi, mencerminkan budaya bermain yang dinamis dan adaptif, bahkan mampu mengintegrasikan elemen modern. Permainan-permainan ini secara intrinsik menanamkan nilai-nilai positif seperti kejujuran, kerja sama, dan kepemimpinan, menjadikannya platform pendidikan informal yang vital bagi pembentukan karakter dan kohesi sosial.
Untuk memastikan kelangsungan hidup warisan tak ternilai ini, diperlukan strategi pelestarian yang berkelanjutan dan kolaboratif. Ini mencakup integrasi permainan tradisional ke dalam kurikulum pendidikan formal dan informal, keterlibatan komunitas yang dinamis melalui festival dan lokakarya, dokumentasi komprehensif dan digitalisasi, serta kemitraan multi-pemangku kepentingan yang kuat. Selain itu, pengejaran status Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Nasional adalah langkah krusial untuk mengamankan perlindungan yang lebih tinggi dan visibilitas yang lebih luas. Dengan demikian, Labuhanbatu dapat terus memupuk identitas budayanya yang unik dan memastikan bahwa permainan tradisionalnya tetap menjadi bagian integral dari kehidupan komunitas yang tangguh, sadar budaya, dan kohesif untuk generasi yang akan datang.
Daftar Pustaka :
- Permainan Tradisional Labuhan Batu Bakal Masuk MURI – ANTARA News Sumatera Utara, diakses Juli 11, 2025, https://sumut.antaranews.com/berita/123394/permainan-tradisional-labuhan-batu-bakal-masuk-muri
- Ade Parlaungan Nasution – P2K Stekom – Universitas STEKOM, diakses Juli 4, 2025, https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Ade_Parlaungan_Nasution
- ragam hias sebagai identitas budaya kabupaten labuhanbatu – ResearchGate, diakses Juli 11, 2025, https://www.researchgate.net/publication/371218794_RAGAM_HIAS_SEBAGAI_IDENTITAS_BUDAYA_KABUPATEN_LABUHANBATU
- ADE PARLAUNGAN NASUTION – FEB ULB, diakses Juli 4, 2025, https://feb.ulb.ac.id/ade-parlaungan-nasution/
- Labuhanbatu Lestarikan Permainan Tradisional – ANTARA News Sumatera Utara, diakses Juli 11, 2025, https://sumut.antaranews.com/berita/141838/labuhanbatu-lestarikan-permainan-tradisional
- 10 Permainan Tradisional Sumatera Utara – Traveloka, diakses Juli 11, 2025, https://www.traveloka.com/id-id/explore/destination/permainan-tradisional-sumatera-utara-acc/330138
- Permainan Tradisional Pasar-Pasaran Pada Anak Usia 4-6 Tahun Di RA Nurul Ummi Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu, diakses Juli 11, 2025, http://repository.uinsu.ac.id/17416/
- Upacara Mengayunkan Anak Etnik Melayu Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara : Kajian Semiotika – Repositori USU, diakses Juli 11, 2025, https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/10631
- Science and Technology Index – SINTA, diakses Juli 4, 2025, https://sinta.kemdikbud.go.id/authors/profile/5975528
- Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) – DisBud Kepri, diakses Juli 11, 2025, https://disbud.kepriprov.go.id/warisan-budaya-tak-benda-wbtb/
- Termasuk Warisan Budaya Tak Benda, Pemerintah DIY Lestarikan Permainan Tradisional Gobak Sodor – Yogyakarta, diakses Juli 11, 2025, https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/08/24/164812278/termasuk-warisan-budaya-tak-benda-pemerintah-diy-lestarikan-permainan