Kekhalifahan Umayyah, dinasti Islam pertama yang berkuasa setelah berakhirnya era Khulafaur Rasyidin. Dokumen ini menelusuri pendiriannya yang kontroversial pada tahun 661 M, menyoroti pencapaian luar biasa dalam ekspansi geografis, reformasi administratif, dan kemajuan budaya yang menempatkannya sebagai salah satu kekuatan terbesar dalam sejarah dunia. Analisis ini secara khusus mengulas peran kunci para khalifah dan panglima yang membentuk era tersebut, serta mengeksplorasi secara mendalam faktor-faktor kompleks, baik internal maupun eksternal, yang menyebabkan kehancuran kekuasaan mereka di Damaskus. Laporan ini juga menyinggung warisan penting yang berlanjut di Andalusia, tempat dinasti ini bangkit kembali dan membangun peradaban multikultural yang gemilang.

Pendahuluan: Transisi dari Syura ke Monarki

Secara historis, Kekhalifahan Umayyah (661–750 M) merupakan rezim pertama yang bangkit setelah era Empat Khalifah Utama (Khulafaur Rasyidin) yang dikenal saleh dan adil. Kemunculan dinasti ini menandai sebuah transisi fundamental dalam sistem pemerintahan Islam. Dari model kepemimpinan yang bersifat egaliter dan berbasis musyawarah (

syura) yang dicontohkan pada masa empat khalifah sebelumnya, kekuasaan beralih ke sistem monarki herediter yang lebih terpusat dan turun-temurun. Perubahan ini bukan hanya sekadar pergantian struktural, tetapi juga mencerminkan pergeseran karakter negara, dari kepemimpinan yang mengutamakan nilai-nilai spiritual dan egaliter menjadi kekuasaan politik yang berbasis suku dan militeristik. Pergeseran inilah yang kemudian menciptakan dikotomi yang sulit dipecahkan dan menjadi sumber ketegangan internal yang kronis sepanjang sejarah dinasti.

Laporan ini bertujuan untuk mengulas secara holistik empat pilar utama Kekhalifahan Umayyah: genesis dan konsolidasinya, pencapaian-pencapaian peradaban, profil para tokoh kuncinya, dan faktor-faktor yang menyebabkan kehancuran, serta warisan yang berlanjut di Andalusia sebagai entitas yang terpisah.

Genesis dan Konsolidasi Kekuasaan di Damaskus

Akar Konflik dan Berdirinya Dinasti (661 M)

Pendirian Kekhalifahan Umayyah berakar pada salah satu periode paling bergejolak dalam sejarah Islam, yaitu Perang Saudara Islam I (First Fitna) yang berlangsung dari tahun 656 hingga 661 M. Konflik ini meletus antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan, gubernur Syam (Suriah) yang merupakan kerabat Khalifah Utsman bin Affan. Perang ini mencapai puncaknya dalam Pertempuran Shiffin, sebuah pertempuran yang diakhiri dengan peristiwa  Tahkim (arbitrase) yang kontroversial. Meskipun arbitrase ini bertujuan untuk menyelesaikan perselisihan, pada akhirnya ia justru mengakhiri konflik secara ambigu dan merugikan posisi politik Ali, sehingga Muawiyah muncul sebagai pemenang politik yang selanjutnya meletakkan fondasi Daulah Bani Umayyah.

Setelah terbunuhnya Khalifah Ali pada tahun 661 M, putranya, Hasan bin Ali, diakui sebagai khalifah di Kufah. Namun, Muawiyah tidak mengakui kepemimpinannya dan memimpin pasukannya menuju Kufah. Menghadapi desersi massal dalam pasukannya dan ancaman perpecahan lebih lanjut dalam umat Islam, Hasan memilih untuk menghindari pertumpahan darah. Ia merelakan jabatan kekhalifahan kepada Muawiyah melalui sebuah perjanjian damai yang bersejarah pada tahun 661 M. Perjanjian ini menetapkan beberapa ketentuan penting, termasuk amnesti bagi para pendukung Ali, dan yang paling krusial, bahwa pengganti Muawiyah akan dipilih melalui musyawarah (shura) dan bukan penunjukan langsung.

Peralihan Sistem Pemerintahan dan Konsolidasi oleh Abdul Malik bin Marwan

Muawiyah bin Abu Sufyan adalah figur sentral yang berhasil mendirikan Dinasti Umayyah. Dengan dukungan yang solid dari rakyat Suriah, ia memindahkan ibu kota kekhalifahan dari Kufah ke Damaskus, yang menjadi pusat kekuasaan baru. Muawiyah memiliki kemampuan politik yang luar biasa sebagai seorang administrator, bahkan dianggap sebagai negarawan sejati. Namun, tindakannya juga dipandang kontroversial. Ia naik ke tampuk kekuasaan bukan melalui musyawarah, melainkan dengan berbagai cara, termasuk siasat dan tipu muslihat yang licik.

Secara fundamental, Muawiyah I, meskipun berhasil mendirikan dinasti dan menyatukan kembali umat, secara mendasar merusak legitimasinya dengan secara publik mengingkari perjanjian damainya dengan Hasan. Ia melanggar salah satu ketentuan utama perjanjian, yaitu menunjuk putranya, Yazid, sebagai penerus, alih-alih menyerahkan suksesi kepada dewan (shura). Pelanggaran ini bukan hanya sekadar ketidaktaatan politik; ia menjadi akar dari ketidakpuasan Syi’ah dan berbagai oposisi yang tidak pernah padam. Seiring waktu, oposisi ini digunakan sebagai propaganda yang sangat efektif oleh kelompok Abbasiyah, yang pada akhirnya berkontribusi langsung pada keruntuhan dinasti. Rantai peristiwa ini menunjukkan bahwa pelanggaran perjanjian secara politik meruntuhkan landasan moral dinasti, yang pada akhirnya memicu perpecahan yang tidak dapat diperbaiki.

Setelah Muawiyah dan putranya, dinasti ini mengalami kerusuhan politik besar, yang baru dapat distabilkan oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan (685-705 M). Abdul Malik adalah sosok yang berhasil merekonsolidasi kekuasaan Umayyah setelah Perang Saudara Kedua. Ia menerapkan kebijakan-kebijakan yang memusatkan kekuasaan dan menyingkirkan lawan politik, termasuk mengalahkan dan membunuh rivalnya, Abdullah bin al-Zubayr, pada tahun 692 M. Untuk memperkuat pemerintahan, ia juga memprakarsai Arabisasi birokrasi, menggantikan bahasa Yunani dan Persia dengan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi. Sistem terpusat yang ia bangun ini kemudian menjadi prototipe bagi negara-negara Muslim pada Abad Pertengahan.

Tabel 1: Kronologi Singkat Khalifah Umayyah di Damaskus

Nama Khalifah Masa Pemerintahan (M) Peristiwa Kunci dan Signifikansi
Muawiyah bin Abu Sufyan 661–680 Pendiri dinasti dan peletak dasar monarki Islam; memindahkan ibu kota ke Damaskus.
Abdul Malik bin Marwan 685–705 Konsolidator kekuasaan; memprakarsai Arabisasi birokrasi dan reformasi moneter.
Al-Walid bin Abdul Malik 705–715 Masa puncak kejayaan dan ekspansi terluas.
Umar bin Abdul Aziz 717–720 Khalifah reformis yang dianggap sebagai “Khalifah Kelima yang Adil”.
Hisyam bin Abdul Malik 724–743 Mempertahankan stabilitas dinasti dari ancaman internal dan eksternal.

Puncak Kejayaan dan Ekspansi Peradaban

Ekspansi Militer Tercepat di Dunia

Di bawah kekuasaan Kekhalifahan Umayyah, wilayah kekuasaan Islam meluas dengan kecepatan luar biasa. Dalam waktu kurang dari satu abad, wilayah kekhalifahan membentang dari Spanyol di barat hingga India di timur. Ekspansi ini mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik (705–715 M), yang didukung oleh para panglima militer yang cakap seperti Qutaybah ibn Muslim, Muhammad ibn Al-Qasim, dan Musa bin Nusair.

Salah satu pencapaian militer paling signifikan adalah penaklukan Andalusia (Spanyol) yang dimulai pada tahun 711 M. Ekspedisi ini dipimpin oleh panglima tangguh Thariq bin Ziyad, seorang Berber dari Afrika Utara, di bawah komando gubernur Musa bin Nusair. Dengan strategi yang matang, Thariq bin Ziyad mendarat di sebuah kawasan yang kini dikenal sebagai Jabal Tariq (Gibraltar) dan berhasil menaklukkan seluruh Semenanjung Iberia secara gesit. Penaklukan ini membuka pintu bagi peradaban Islam untuk masuk ke jantung Eropa, yang kemudian melahirkan sebuah pusat kebudayaan dan intelektual yang gemilang.

Reformasi Ekonomi dan Birokrasi

Daulah Umayyah menerapkan kebijakan ekonomi yang berfokus pada pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Sebuah reformasi moneter yang signifikan terjadi pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Ia menerbitkan mata uang dinar (emas) dan dirham (perak) Islam pertama yang menampilkan desain Islami dengan tulisan aksara Kufi, menggantikan koin-koin dari Bizantium dan Persia yang sebelumnya digunakan. Tindakan ini bukan hanya menstabilkan sistem moneter, tetapi juga merupakan pernyataan kedaulatan politik yang kuat, memperkuat identitas ekonomi negara, dan memfasilitasi perdagangan lintas batas.

Untuk mengelola kekhalifahan yang sangat luas, Umayyah mengembangkan birokrasi yang efisien dengan mendirikan berbagai departemen penting, atau Diwan. Ini termasuk Diwan al-Kharaj (kementerian pajak tanah), Diwan ar-Rasail (kementerian surat-menyurat), dan Diwan al-Barid (layanan pos) yang mempermudah komunikasi bisnis dan administrasi di seluruh wilayah kekuasaan.

Namun, reformasi ekonomi yang sukses ini juga menyimpan sebuah paradoks. Meskipun berhasil secara fiskal dan moneter, kebijakan yang berpusat pada Arabisasi dan memprioritaskan etnis Arab secara tidak disengaja memperdalam perpecahan sosial. Kaum non-Arab (mawali) mengalami diskriminasi, meskipun mereka berpartisipasi dalam militer dan ekonomi. Ketegangan ini memuncak dan akhirnya menjadi salah satu faktor utama yang memicu kehancuran dinasti.

Tabel 2: Perbandingan Kebijakan Ekonomi Khalifah Kunci di Damaskus

Aspek Kebijakan Abdul Malik bin Marwan Umar bin Abdul Aziz
Moneter Mencetak dinar emas dan dirham perak Islam pertama. Tidak ada reformasi moneter besar, namun melanjutkan sistem mata uang yang distandarisasi.
Fiskal Mengembangkan sistem pajak terstruktur (kharaj, jizyah) sebagai sumber pendapatan utama. Mereformasi zakat hingga sulit menemukan penerima; mengurangi jizyah untuk non-Muslim agar lebih adil.
Birokrasi Meng-Arabisasi birokrasi, mengganti bahasa Yunani dan Persia dengan bahasa Arab. Menekankan efisiensi dan egaliterisme dalam pemerintahan; menunjuk pejabat berdasarkan kompetensi.
Kesejahteraan Pendirian Baitul Mal untuk pengelolaan keuangan negara. Berfokus pada keadilan sosial, memberantas korupsi, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat secara merata.

Kemajuan Intelektual, Seni, dan Arsitektur

Masa Umayyah menyaksikan perkembangan pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan budaya. Di samping ilmu-ilmu agama Islam (syari’ah) seperti Fiqih, tafsir Al-Qur’an, dan Hadis, ilmu-ilmu bahasa seperti nahwu dan sastra juga berkembang. Kota-kota seperti Damaskus, Kufah, dan Kordoba menjadi pusat kajian keilmuan yang melahirkan cendekiawan dan penyair-penyair besar. Masjid memainkan peran sentral sebagai pusat kegiatan ilmiah dan pendidikan.

Dalam bidang arsitektur, dinasti ini meninggalkan monumen-monumen megah yang menjadi bukti kejayaannya. Pembangunan monumen-monumen ini, seperti Kubah Batu dan Masjid Umayyah, bukan hanya proyek insinyur, tetapi juga merupakan bentuk propaganda politik yang canggih. Pembangunan ini digunakan sebagai alat untuk melegitimasi kekuasaan dan menegaskan identitas kekhalifahan yang baru.

  • Kubah Batu (Dome of the Rock): Dibangun oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan di Yerusalem antara tahun 691-692 M, monumen ini dianggap sebagai karya arsitektur Islam tertua yang masih utuh. Bangunan ini memiliki desain oktagonal unik dengan kubah berlapis emas dan interior yang kaya akan mozaik, marmer, dan kaligrafi. Kubah Batu adalah deklarasi ideologis yang menantang supremasi Bizantium di Yerusalem dan menegaskan keunggulan Islam melalui tulisan-tulisan Arabnya.
  • Masjid Umayyah Damaskus: Dibangun oleh Al-Walid bin Abdul Malik pada bekas Gereja St. Yohanes, masjid ini merupakan salah satu masjid terbesar dan tertua di dunia. Bangunan ini memiliki arsitektur megah dengan tiga menara, tiga kubah, dan interior yang dihiasi ukiran serta mozaik yang indah.

Profil Khalifah dan Tokoh Kunci

  1. Muawiyah I bin Abu Sufyan: Pendiri dan khalifah pertama yang berkuasa selama dua puluh tahun (661-681 M). Ia dikenal karena kecerdasan politiknya, meskipun banyak sejarawan mencatat taktiknya yang licik dalam meraih kekuasaan.
  2. Abdul Malik bin Marwan: Khalifah kelima, sering disebut sebagai “Bapak Raja-Raja” karena sebagian besar khalifah Umayyah setelahnya adalah keturunan langsungnya. Ia adalah tokoh yang berhasil mengkonsolidasikan kembali kekuasaan dinasti setelah masa kerusuhan, memprakarsai Arabisasi, dan membangun monumen-monumen megah.
  3. Al-Walid I bin Abdul Malik: Memimpin pada masa puncak kejayaan dinasti. Di bawah kepemimpinannya, ekspansi masif terjadi, termasuk penaklukan Afrika Utara dan Spanyol, yang menandai perluasan wilayah kekuasaan Islam terluas.
  4. Umar bin Abdul Aziz: Khalifah kedelapan yang berkuasa singkat (717-720 M) tetapi memiliki dampak besar. Ia dikenal karena pribadi yang saleh, terpelajar, dan reformis. Ia menghapus praktik mengutuk Ali bin Abi Thalib dan berupaya mengakhiri diskriminasi terhadap kaum   mawali dengan menghapuskan pajak jizyah bagi mereka yang masuk Islam. Karena kebijakannya yang adil dan egalitarian, banyak ulama Sunni yang menganggapnya sebagai “Khalifah Kelima yang Adil” atau mujaddid pertama.
  5. Para Panglima Perkasa: Tokoh militer seperti Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nusair memainkan peran vital dalam ekspansi kekuasaan Umayyah. Thariq, seorang panglima Berber, dikenal karena keberanian dan kepiawaiannya yang berujung pada penaklukan Spanyol, sementara Musa bin Nusair adalah perencana utama di balik ekspedisi tersebut. Nama Thariq bahkan diabadikan sebagai nama Selat Gibraltar (Jabal Tariq).

Faktor-Faktor Kehancuran (720 M – 750 M)

Meskipun mencapai kejayaan, Kekhalifahan Umayyah di Damaskus akhirnya runtuh akibat berbagai faktor internal dan eksternal yang saling berkaitan.

Kelemahan Internal dan Krisis Kepemimpinan

Setelah masa pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik (724-743 M), dinasti ini memasuki periode kemerosotan. Para khalifah yang berkuasa setelahnya tidak memiliki kompetensi kepemimpinan dan justru tenggelam dalam gaya hidup mewah dan foya-foya. Sikap ini menyebabkan mereka kehilangan fokus pada urusan negara dan menciptakan kekecewaan di kalangan masyarakat, terutama ulama yang melihat agama mulai terpinggirkan.

Konflik suku yang sudah ada sejak masa sebelum Islam, khususnya antara suku-suku Arab Utara (Bani Qays) dan Arab Selatan (Bani Kalb), semakin meruncing. Persaingan internal ini menggerogoti persatuan dan kesatuan dinasti, melemahkan fondasi kekuasaannya dari dalam. Selain itu, sistem monarki herediter yang tidak memiliki aturan suksesi yang jelas menimbulkan perebutan kekuasaan yang tidak sehat di antara anggota keluarga Umayyah sendiri.

Ketidakpuasan Sosial-Ekonomi dan Pemberontakan

Salah satu masalah paling krusial yang dihadapi Umayyah adalah ketidakpuasan kaum mawali (non-Arab Muslim). Meskipun mereka telah masuk Islam dan berpartisipasi dalam peperangan, mereka diperlakukan sebagai warga kelas dua dengan tunjangan yang jauh lebih rendah dibandingkan orang Arab. Perlakuan diskriminatif ini memicu sentimen anti-Arab yang kuat dan menjadi bom waktu yang siap meledak.

Gerakan-gerakan oposisi lama, seperti kelompok Syi’ah yang tidak pernah melupakan perlakuan Umayyah terhadap Ali dan Husein, serta Khawarij, terus berkembang menjadi ancaman yang nyata. Keberadaan oposisi ini menguras sumber daya pemerintah dan menciptakan ketidakstabilan politik yang konstan.

Kebangkitan Revolusi Abbasiyah

Kehancuran Umayyah tidak bisa dilepaskan dari peran Revolusi Abbasiyah. Dinasti Abbasiyah berhasil memobilisasi semua sentimen negatif ini menjadi sebuah gerakan revolusioner yang terorganisir. Mereka menggunakan propaganda yang menekankan kesetaraan etnis dan janji untuk kembali ke prinsip-prinsip Islam yang lebih adil, yang sangat kontras dengan citra Umayyah yang otokratis dan elitis.

Kemunduran Umayyah tidaklah tak terelakkan. Masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah sebuah bukti nyata bahwa dinasti ini mampu melakukan reformasi. Ia berusaha mengatasi diskriminasi terhadap mawali dan memulihkan keadilan fiskal. Namun, para penerusnya kembali ke gaya hidup mewah dan kebijakan diskriminatif, menunjukkan bahwa masalah-masalah ini sudah mengakar dalam struktur kekuasaan Umayyah. Kegagalan untuk melakukan reformasi yang berkelanjutan dan menyingkirkan sikap elitisme Arab menjadi faktor penentu. Ketidakpuasan kaum  mawali bukan satu-satunya penyebab, tetapi merupakan katalisator paling efektif bagi revolusi. Tanpa dukungan masif dari kaum non-Arab, Revolusi Abbasiyah mungkin tidak akan berhasil, dan akhirnya menumbangkan dinasti ini pada tahun 750 M setelah menaklukkan Damaskus.

Tabel 3: Analisis Faktor Kehancuran Umayyah

Kategori Faktor Deskripsi Rinci Hubungan dengan Kebangkitan Abbasiyah
Internal Kelemahan dan imoralitas khalifah pasca-Hisyam; gaya hidup mewah. Konflik antara suku Arab Utara dan Selatan yang merusak persatuan. Abbasiyah mengeksploitasi krisis kepemimpinan dan perpecahan suku sebagai bukti bahwa Umayyah telah menyimpang dari ajaran Islam.
Sosial-Ekonomi Diskriminasi terhadap kaum mawali (non-Arab) dalam hal tunjangan dan jabatan. Kekecewaan kaum saleh terhadap pengabaian agama. Abbasiyah menggunakan isu kesetaraan etnis dan agama sebagai propaganda utama mereka, menarik dukungan massal dari kaum non-Arab dan ulama.
Oposisi Politik Kelompok Syi’ah dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi yang tak pernah padam. Abbasiyah, yang merupakan keturunan Bani Hasyim, berhasil membentuk aliansi dengan kaum Syi’ah dan menyatukan berbagai kelompok oposisi di bawah satu bendera revolusi.

Kelanjutan dan Warisan di Andalusia

Meskipun Kekhalifahan Umayyah di Timur jatuh pada tahun 750 M, dinasti ini tidak sepenuhnya musnah. Seorang pangeran Umayyah yang berhasil melarikan diri dari pembantaian Abbasiyah, Abdurrahman ad-Dakhil, berhasil mendirikan entitas politik baru di Semenanjung Iberia. Awalnya sebagai sebuah keamiran, kekuasaan ini kemudian berkembang menjadi Kekhalifahan Kordoba pada tahun 929 M di bawah kepemimpinan Abdurrahman III.

Di Andalusia, terutama di bawah pemerintahan Abdurrahman III, Umayyah mencapai puncak kejayaan budaya dan ilmiah yang luar biasa. Kordoba, ibu kota mereka, menjadi salah satu pusat kebudayaan dunia yang paling cemerlang. Kota ini memiliki ribuan perpustakaan, termasuk perpustakaan khalifah dengan koleksi mencapai 400.000 judul buku, dan menarik ilmuwan, filosof, dan seniman dari seluruh dunia. Kemajuan ilmiah mencakup berbagai bidang, seperti matematika, astronomi, kedokteran, dan sastra, yang ditandai dengan munculnya tokoh-tokoh besar seperti Ibn Rushd (Averroes). Warisan intelektual ini menjadi jembatan bagi transfer ilmu pengetahuan Islam ke Eropa, yang pada akhirnya menginspirasi era Renaisans. Kemajuan ini dimungkinkan oleh lingkungan multikultural di mana Muslim, Kristen, dan Yahudi hidup berdampingan secara relatif harmonis, menciptakan fondasi kokoh untuk pertukaran ide dan perkembangan peradaban.

Kesimpulan: Warisan Ganda Kekhalifahan Umayyah

Kekhalifahan Umayyah adalah sebuah dinasti yang penuh paradoks—antara ekspansi dan perpecahan, antara kejayaan militer dan kegagalan sosial. Di satu sisi, ia berhasil memperluas kekuasaan Islam secara masif, menciptakan birokrasi dan sistem ekonomi yang efisien, serta menghasilkan pencapaian arsitektur dan intelektual yang gemilang. Namun, di sisi lain, pondasinya retak akibat tindakan kontroversial pendirinya, praktik diskriminasi terhadap kaum non-Arab, dan krisis kepemimpinan yang kronis.

Kejatuhan Kekhalifahan Umayyah di Damaskus bukanlah takdir yang tidak dapat dihindari, melainkan konsekuensi dari kegagalan sistemik untuk melakukan reformasi yang berkelanjutan dan mengintegrasikan berbagai kelompok masyarakat. Namun, warisan dinasti ini tidak sepenuhnya berakhir. Kelanjutannya di Andalusia membuktikan bahwa ideologi dan sistem pemerintahan Umayyah, ketika diterapkan dengan prinsip-prinsip inklusivitas dan dukungan terhadap ilmu pengetahuan, mampu membangun sebuah peradaban multikultural yang gemilang dan meninggalkan jejak mendalam bagi sejarah peradaban global.

 

Daftar Pustaka :

  1. Transisi Dua Dinasti Islam | Republika ID, accessed September 10, 2025, https://www.republika.id/posts/21343/transisi-dua-dinasti-islam
  2. PERADABAN DAN HASIL KEBUDAYAAN ISLAM DI ANDALUSIA PADA MASA DAULAH UMAYYAH | Muta’allim, accessed September 10, 2025, https://urj.uin-malang.ac.id/index.php/mjpai/article/view/1512
  3. SEJARAH ISLAM MASA DINASTI UMAYYAH : BERDIRINYA, POLA, accessed September 10, 2025, https://sejurnal.com/pub/index.php/jkii/article/download/5523/6489/10932
  4. The Peace Treaty Between Imam Hasan (PBUH) and Mu’awiyah – Al …, accessed September 10, 2025, https://en.al-shia.org/peace-treaty-imam-hasan-pbuh-muawiyah/
  5. Makalah Muawiyah Bib Abu Sufyan | PDF | Agama & Spiritualitas | Sejarah – Scribd, accessed September 10, 2025, https://id.scribd.com/document/693196873/MAKALAH-MUAWIYAH-BIB-ABU-SUFYAN
  6. Abd al-Malik | Caliph, Achievements, Coinage, & Dome of the Rock | Britannica, accessed September 10, 2025, https://www.britannica.com/biography/Abd-al-Malik-Umayyad-caliph
  7. Mu’awiya I – Wikipedia, accessed September 10, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Mu%27awiya_I
  8. 5 Khalifah yang Terkenal pada Masa Bani Umayyah, Siapa Saja?, accessed September 10, 2025, https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6422744/5-khalifah-yang-terkenal-pada-masa-bani-umayyah-siapa-saja
  9. Kekhalifahan Umayyah: Ekspansi Islam Tercepat dalam Sejarah Dunia – Wisata, accessed September 10, 2025, https://wisata.viva.co.id/pendidikan/12716-kekhalifahan-umayyah-ekspansi-islam-tercepat-dalam-sejarah-dunia?page=all
  10. Penaklukan Andalusia | PPI Maroko, accessed September 10, 2025, https://ppimaroko.or.id/penaklukan-andalusia-anja-aufa/
  11. Panglima Perang Bani Umayyah yang Namanya Diabadikan Menjadi Nama Sebuah Selat yaitu – Feeds Liputan6.com, accessed September 10, 2025, https://www.liputan6.com/feeds/read/5756506/panglima-perang-bani-umayyah-yang-namanya-diabadikan-menjadi-nama-sebuah-selat-yaitu
  12. Inilah Panglima Perang Bani Umayyah Yang Namanya Diabadikan Menjadi Nama Sebuah Selat – Intisari Online, accessed September 10, 2025, https://intisari.grid.id/read/034031027/inilah-panglima-perang-bani-umayyah-yang-namanya-diabadikan-menjadi-nama-sebuah-selat
  13. 29 April 711: Pasukan Islam Menaklukkan Spanyol – Oase.id, accessed September 10, 2025, https://m.oase.id/read/pR2mzW-29-april-711-pasukan-islam-menaklukkan-spanyol
  14. Kebijakan dan Pemikiran Ekonomi Islam pada Masa Dinasti Umayyah, accessed September 10, 2025, https://journal.areai.or.id/index.php/SANTRI/article/download/1354/1602/6995
  15. https://journal.ikopin.ac.id/index.php/ecoiqtishodi/article/download/4968/4081/25376
  16. Peradaban dan Pemikiran Ekonomi Islam Masa Daulah Umayyah …, accessed September 10, 2025, https://ibecfebui.com/peradaban-dan-pemikiran-ekonomi-islam-masa-daulah-umayyah/
  17. 6 Peninggalan Dinasti Umayyah dari Segi Arsitektur dan Seni …, accessed September 10, 2025, https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/6-peninggalan-dinasti-umayyah-dari-segi-arsitektur-dan-seni-2264w471YJI
  18. The Dome of the Rock – IslamicLandmarks.com, accessed September 10, 2025, https://www.islamiclandmarks.com/palestine-masjid-al-aqsa/the-dome-of-the-rock
  19. Mengenal Masjid Tertua Peninggalan Dinasti Umayyah – Metro TV, accessed September 10, 2025, https://www.metrotvnews.com/play/kBVC2LLx-mengenal-masjid-tertua-peninggalan-dinasti-umayyah
  20. Perkembangan Kubah Batu, Masjid Damaskus, Perluasan Masjid Al …, accessed September 10, 2025, https://millati.iainsalatiga.ac.id/index.php/millati/article/download/1256/796
  21. 3 Faktor Runtuhnya Daulah Umayyah: Salah Satunya Gerakan …, accessed September 10, 2025, https://kalam.sindonews.com/read/1461019/70/3-faktor-runtuhnya-daulah-umayyah-salah-satunya-gerakan-oposisi-sangat-kuat-1727093383
  22. Sejarah Kekhalifahan Umayyah, Kejayaan, Hingga Keruntuhannya – Tirto.id, accessed September 10, 2025, https://tirto.id/sejarah-kekhalifahan-umayyah-kejayaan-hingga-keruntuhannya-f7Z7
  23. Kisah Kekhalifahan Cordoba: Islam Menjadi Cahaya Eropa – Kalam – SINDOnews.com, accessed September 10, 2025, https://kalam.sindonews.com/read/1440807/70/kisah-kekhalifahan-cordoba-islam-menjadi-cahaya-eropa-1724314087
  24. KONTRIBUSI UMAYYAH ANDALUSIA DALAM PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN – STIT SUNAN GIRI BIMA -, accessed September 10, 2025, https://ejournal.stitbima.ac.id/index.php/fitua/article/download/273/181/
  25. Gemilang Intelektual dan Multikulturalisme: Studi Peradaban Islam pada Masa Umayyah di Andalusia – FAI UMA, accessed September 10, 2025, https://fai.uma.ac.id/2023/12/01/gemilang-intelektual-dan-multikulturalisme-studi-peradaban-islam-pada-masa-umayyah-di-andalusia/
  26. Jurnal Kajian Islam Kontemporer (JURKAM) Masa Keemasan Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah, accessed September 10, 2025, https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/jurkam/article/download/612/404/

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

− 1 = 6
Powered by MathCaptcha