Falun Gong, yang juga dikenal sebagai Falun Dafa, didefinisikan sebagai sebuah gerakan keagamaan baru (new religious movement) yang didirikan oleh pemimpinnya, Li Hongzhi, di Tiongkok pada awal tahun 1990-an. Gerakan ini memadukan praktik meditasi dan serangkaian latihan qigong dengan ajaran moralitas yang berakar kuat dalam tradisi Buddha dan Tao.

Berbeda dengan gerakan spiritual lain, Falun Gong telah bertransformasi menjadi aktor geopolitik yang signifikan dalam konflik hak asasi manusia yang intens dengan negara adidaya. Analisis terhadap Falun Gong harus menggunakan pendekatan multidimensi untuk memahami identitasnya yang kompleks—sebagai praktik spiritual yang dikultivasi secara pribadi, sekaligus sebagai entitas organisasi transnasional yang beroperasi di kancah politik global.

Prinsip Inti Filosofis (Zhen Shan Ren)

Inti dari ajaran Falun Gong adalah upaya kultivasi spiritual tingkat tinggi yang dipandu oleh karakteristik fundamental alam semesta—yaitu Zhen (Sejati atau Truthfulness), Shan (Baik atau Compassion), dan Ren (Sabar atau Tolerance). Ajaran pendiri, Li Hongzhi, berpusat pada konsep eksistensi ‘Virtue’ (德, ) dan ‘Karma’ (業, ).

Doktrin Falun Gong menyatakan bahwa manusia pada dasarnya adalah baik, bahkan ilahi, tetapi telah jatuh ke dalam alam delusi dan penderitaan setelah mengembangkan keegoisan dan mengumpulkan karma. Tujuan utama praktisi adalah mengurangi karma dan meningkatkan moralitas melalui kepatuhan pada triad Zhen Shan Ren dan menjalankan latihan fisik serta meditasi, yang pada akhirnya memungkinkan praktisi untuk mencapai kenaikan spiritual.

Sifat Adaptasi Gerakan: Kontradiksi Fundamentalisme dan Modernitas

Meskipun ajaran inti Falun Gong menekankan nilai-nilai tradisional Tiongkok kuno dan moralitas berbasis Tao/Buddha , gerakan ini menunjukkan modernitas dan adaptabilitas operasional yang luar biasa. Di satu sisi, doktrinnya bersifat konservatif, bahkan espousing pandangan yang digambarkan sebagai “ultrakonservatif,” termasuk oposisi terhadap evolusi, homoseksualitas, dan feminisme, serta penolakan terhadap pengobatan modern.

Di sisi lain, organisasi yang dijalankan oleh praktisi Falun Gong (yang memandang Li Hongzhi sebagai sosok dewa) menggunakan media teknologi canggih, termasuk mengoperasikan Epoch Media Group—yang menaungi surat kabar The Epoch Times dan New Tang Dynasty (NTD) Television—dan kelompok seni pertunjukan global Shen Yun. Kontradiksi ini bukan kebetulan; ini adalah respons langsung terhadap persekusi. Gerakan tersebut dipaksa bermigrasi dari ranah spiritual domestik ke ranah politik global, menggunakan platform media modern dan struktur transnasional untuk menghadapi musuh negara.

Asal-Usul Dan Doktrin (Asal)

Konteks Qigong Boom 1990-an

Falun Gong muncul di Tiongkok pada tahun 1992, bertepatan dengan masa “demam qigong” (qigong craze) di negara tersebut. Di tengah kevakuman ideologis dan masalah dalam sistem kesehatan Tiongkok, gerakan qigong menawarkan solusi cepat untuk peningkatan kesehatan dan kebugaran.

Daya tarik awal Falun Gong didorong oleh klaim penyembuhan penyakit dan peningkatan kesehatan, menarik ratusan ribu pengikut. Li Hongzhi awalnya memosisikan dirinya sebagai master Qigong yang memiliki kemampuan untuk ‘mengirimkan Gong’ (energi) guna menyembuhkan penyakit. Namun, titik balik evolusi gerakan terjadi pada Desember 1994 dengan diterbitkannya buku utama, Zhuan Falun. Setelah itu, Li Hongzhi mulai memproklamasikan dirinya sebagai “Buddha teragung di alam semesta,” melampaui peran seorang master qigong biasa.

Inti Ajaran dan Klaim Eksklusif Li Hongzhi

Li Hongzhi mengklaim bahwa ajaran Falun Gong, atau Dafa (Hukum Besar), adalah “hukum alam semesta” dan “ilmu yang paling luar biasa,” bahkan mengklaim dirinya sebagai ilmuwan terbesar dalam sejarah. Klaim supremasi doktrinal ini sangat eksplisit. Li Hongzhi mengklaim telah mengajarkan Dafa yang lebih besar daripada yang pernah diajarkan oleh siapapun di masa lalu, bahkan mengklaim kekuatan spiritualnya ribuan kali lebih kuat daripada Sakyamuni dan Yesus Kristus. Ia menyatakan bahwa Zhuan Falun adalah “tangga menuju surga” dan Falun Gong adalah satu-satunya Fofa (Dharma Buddha) yang benar yang dapat membawa orang ke surga.

Klaim-klaim eskatologis dan supremasi ini—menyatakan diri sebagai Juru Selamat dan satu-satunya sumber kebenaran —secara langsung menantang ideologi ateistik negara yang dianut oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT).

Risiko Otonomi Spiritual dalam Negara Totaliter

Pertumbuhan Falun Gong yang sangat pesat pada tahun 1990-an menunjukkan respons masyarakat terhadap kevakuman ideologis pasca-Tiananmen dan masalah sosial-ekonomi. Setelah didirikan pada tahun 1992, Li Hongzhi membentuk Falun Dafa Research Society di Beijing. Struktur ini segera berkembang menjadi jaringan yang terorganisasi dan masif. Gerakan ini mendirikan 39 stasiun umum nasional, yang membawahi 1.900 stasiun tutorial, dan 28.000 titik praktik. Jaringan piramida ini membentuk sistem organisasi yang lengkap dan efisien, meluas dari atas ke bawah.

Keberhasilan Falun Gong dalam membangun jaringan yang masif, terstruktur, dan hanya loyal kepada seorang pemimpin tunggal (Li Hongzhi) dan bukan kepada Partai Komunis, secara inheren dianggap sebagai ancaman eksistensial. Bagi PKT, organisasi yang mampu memobilisasi jutaan orang tanpa izin atau kontrol negara, terlepas dari konten spiritualnya, secara otomatis dikategorikan sebagai ancaman politik yang harus diberantas. Pertumbuhan yang tak terduga inilah yang menjadi faktor utama dalam keputusan pelarangan.

Sejarah Perkembangan Dan Krisis (1992-1999)

Dari Toleransi ke Konfrontasi

Pada awalnya, Falun Gong menikmati periode toleransi, bahkan sempat menerima penghargaan dan diundang untuk memberikan ceramah, seperti di auditorium Universitas Kementerian Keamanan Publik di Beijing pada Desember 1993. Namun, skala gerakan dan klaim spiritualnya yang semakin radikal memicu kekhawatiran di kalangan pemimpin PKT.

Konflik ideologis meningkat seiring dengan klaim Li Hongzhi tentang Fa (Hukum) yang lebih tinggi daripada ilmu pengetahuan dan ideologi Marxis. Bagi PKT, yang memegang monopoli atas kebenaran tunggal dan legitimasi politik, klaim ini merupakan upaya kudeta spiritual yang menantang otoritas absolut Partai.

Pelarangan Resmi dan Kampanye Propaganda

PKT meluncurkan kampanye untuk ‘memberantas’ Falun Gong pada 20 Juli 1999. Pemerintah Tiongkok secara resmi melabeli gerakan tersebut sebagai ‘kultus jahat’ (evil cult) atau ‘sekte sesat’ (heretical sect). Alasan pelarangan termasuk tuduhan bahwa Falun Gong telah mengganggu ketertiban sosial, merusak stabilitas, dan menggunakan ajarannya untuk meracuni pikiran masyarakat, mendesak pengikut untuk menantang hukum.

Meskipun demikian, terdapat kompleksitas hukum. Resolusi legislatif tentang pelarangan ‘kultus sesat’ yang disahkan pada Oktober 1999 oleh pihak berwenang Tiongkok, tidak secara spesifik menyebut Falun Gong, menunjukkan adanya keraguan hukum awal. Namun, hal ini tidak menghentikan kampanye penindasan.

Kontroversi Insiden Pembakaran Diri Tiananmen

Pada tahun 2001, insiden pembakaran diri di Lapangan Tiananmen menjadi titik sentral dalam propaganda anti-Falun Gong. PKT menggunakan insiden tersebut untuk menggambarkan “sifat berdosa” dan “kekerasan” Falun Gong, membenarkan penindasan domestik. Namun, laporan akademik dan independen sering menyoroti bahwa insiden ini penuh dengan kontradiksi dan mungkin telah direkayasa atau setidaknya dimanfaatkan secara masif oleh aparatur propaganda negara untuk memperkuat justifikasi pelarangan di mata publik Tiongkok dan global.

Aspek Pandangan Falun Gong / Pendukung Pandangan PKT / Pemerintah Tiongkok
Definisi Praktik kultivasi tingkat tinggi, didasarkan pada moralitas (Zhen Shan Ren). Gerakan keagamaan baru yang berevolusi menjadi ‘kultus jahat’ (evil cult) dan ancaman.
Tujuan Peningkatan spiritual melalui moralitas, mengurangi Karma, mencapai Kesempurnaan. Menginduksi pengikut untuk menantang hukum, mengganggu ketertiban sosial, dan merusak stabilitas.
Legalitas (Tiongkok) Awalnya toleran; seharusnya dilindungi. Dilarang sejak Juli 1999; dianggap sebagai ancaman politik.
Klaim Pendiri Li Hongzhi mengajarkan Dafa (hukum alam semesta), memiliki Fa yang lebih kuat dari Sakyamuni dan Kristus. Li Hongzhi “mengarang” Falun Gong, menggunakan klaim supernatural untuk mengontrol pengikut.

Mekanisme Persekusi Di Tiongkok (Masa Kini Di Tiongkok)

Aparatur Negara Ekstra-Hukum dan Mobilisasi Total

Setelah pelarangan pada tahun 1999, PKT melancarkan kampanye eliminasi total. Untuk memimpin kampanye ini, dibentuklah sebuah badan ekstra-konstitusional yang disebut ‘6-10 Office’—dinamai berdasarkan tanggal pembentukannya, 10 Juni 1999. Badan ini diciptakan untuk beroperasi di luar kerangka hukum Tiongkok, memastikan bahwa persekusi dapat dilakukan tanpa hambatan birokrasi atau yudisial.

Otoritas Tiongkok memobilisasi secara total seluruh aparatur negara, termasuk media, sistem peradilan, kepolisian, tentara, sistem pendidikan, hingga keluarga dan tempat kerja, untuk melawan kelompok tersebut. Kampanye ini didorong oleh propaganda skala besar melalui televisi, surat kabar, radio, dan Internet, bertujuan untuk menstigmatisasi dan mengisolasi praktisi.

Pelanggaran Proses Hukum Sistematis

Persekusi ditandai dengan serangkaian pelanggaran hak asasi manusia dan proses hukum. PKT menggunakan sistem Re-education Through Labor (RTL) sebagai alat utama yang paling nyaman untuk menganiaya praktisi. Melalui sistem ini, warga negara dapat dikirim ke kamp kerja paksa hingga tiga tahun tanpa proses hukum yang sah. Sistem RTL, yang disahkan melalui persetujuan Kementerian Keamanan Publik dan Dewan Negara (bukan legislasi), memungkinkan penindasan sewenang-wenang tanpa adanya pemeriksaan yudisial.

Lebih lanjut, proses peradilan menjadi sangat dipolitisasi. Bukannya mengikuti prosedur hukum, hakim seringkali hanya menerima dokumen internal, memo rahasia, atau bahkan panggilan telepon dari pejabat PKT sebagai panduan untuk menjatuhkan hukuman. Banyak kasus bahkan diputuskan dalam pertemuan internal pejabat PKT sebelum persidangan dimulai. Tindakan koersif lainnya mencakup penangkapan sewenang-wenang, kerja paksa, penyiksaan fisik (terkadang mengakibatkan kematian), dan konversi ideologis paksa. Terdapat juga laporan bahwa lembaga kejiwaan digunakan untuk menahan “orang normal” tanpa persetujuan polisi, mengindikasikan upaya untuk mendelegitimasi para praktisi dengan dalih penyakit mental.

Model persekusi yang dikembangkan untuk ‘memberantas’ Falun Gong, yang melibatkan badan ekstra-hukum (6-10 Office) dan mobilisasi total negara, telah menjadi pola dasar (blueprint) yang digunakan PKT untuk menekan kelompok-kelompok minoritas atau disiden lainnya di masa kini, menunjukkan pola kontrol sosial yang terpusat dan kejam.

Isu Hak Asasi Manusia Kritis Dan Respon Internasional

Tuduhan Pengambilan Organ Paksa (Forced Organ Harvesting)

Isu hak asasi manusia yang paling serius dan kontroversial terkait persekusi Falun Gong adalah tuduhan pengambilan organ paksa secara sistematis (state-sanctioned organ harvesting) dari tahanan hati nurani yang tidak memberikan persetujuan. Target utama dari praktik ini diduga adalah praktisi Falun Gong, di samping kelompok minoritas agama dan etnis lainnya (seperti Uyghur dan Tibet).

Tuduhan ini pertama kali dilaporkan pada tahun 2006 oleh media yang berafiliasi dengan Falun Gong (The Epoch Times). Sejak itu, beberapa laporan investigatif independen telah memberikan bukti kredibel:

  1. Laporan Kilgour-Matas (2006, 2007): Mantan anggota parlemen David Kilgour dan pengacara David Matas mengestimasi bahwa lebih dari 41.500 transplantasi organ di Tiongkok antara tahun 2000 dan 2005 tidak dapat dijelaskan sumbernya, dan mereka menyimpulkan bahwa praktisi Falun Gong adalah sumber utamanya. Penelitian lanjutan pada tahun 2016 mengestimasi bahwa 60.000 hingga 100.000 operasi transplantasi dilakukan di Tiongkok setiap tahun, jauh melampaui angka resmi pemerintah.
  2. China Tribunal (2018–2019): Sebuah tribunal independen informal, yang diprakarsai oleh kelompok advokasi, menyimpulkan dalam penilaian akhirnya bahwa pengambilan organ paksa secara sistematis telah terjadi.

Kegiatan ini diduga melibatkan institusi medis Tiongkok, militer, dan badan keamanan publik, didorong oleh persekusi politik dan insentif finansial.

Kecaman dan Tindakan Legislatif Global

Tuduhan persekusi dan dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan ini telah memicu kecaman internasional. Kongres Amerika Serikat mengeluarkan Resolusi H.Res.343 (2015-2016) yang secara eksplisit menyatakan keprihatinan mendalam mengenai laporan kredibel tentang pengambilan organ yang disetujui negara dari tahanan hati nurani, termasuk sejumlah besar praktisi Falun Gong.

Selain itu, Parlemen Eropa juga telah mengesahkan resolusi yang mengutuk penganiayaan Falun Gong. Laporan-laporan ini telah memicu kecaman internasional dan beberapa negara telah mengambil langkah-langkah legislatif untuk membatasi atau melarang pariwisata transplantasi ke Tiongkok. Persekusi brutal oleh PKT telah mengubah narasi dari konflik agama/politik domestik menjadi isu kejahatan terhadap kemanusiaan global, yang menjadi titik fokus utama Falun Gong dalam aktivisme internasionalnya.

Sebaran Global Dan Manifestasi Organisasi Transnasional (Sebaran & Kegiatan)

Jangkauan Diaspora dan Pusat Operasi

Karena pelarangan dan persekusi yang dilancarkan sejak 1999, Falun Gong telah menjadi gerakan diaspora. Saat ini, Falun Gong dipraktikkan di sekitar 70 negara di seluruh dunia, dengan ajarannya telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 40 bahasa. Meskipun tidak ada keanggotaan formal, komunitas internasional diperkirakan berjumlah ratusan ribu praktisi.

Pusat operasi global Falun Gong berada di Dragon Springs, Deerpark, New York, tempat pendiri Li Hongzhi menetap sejak 1998. Di banyak negara, termasuk Indonesia (dengan kegiatan rutin di Jakarta dan Bali) , Falun Gong umumnya diperlakukan sebagai praktik meditasi yang legal, berbeda secara diametral dengan status ilegalnya di Tiongkok.

Operasi Budaya dan Media

Komunitas Falun Gong di luar Tiongkok Daratan mengoperasikan berbagai organisasi yang melayani fungsi ganda: spiritualitas, advokasi HAM, dan pengaruh media.

  1. Shen Yun Performing Arts: Merupakan kelompok tari pertunjukan yang berafiliasi dengan Falun Gong. Secara publik, Shen Yun menampilkan tarian klasik Tiongkok yang mempromosikan budaya Tiongkok tradisional yang diklaim ‘hilang’ di bawah rezim komunis. Secara implisit, pertunjukan ini menyebarkan narasi persekusi dan ajaran Falun Gong secara global.
  2. Epoch Media Group: Ini adalah jaringan media internasional multi-bahasa yang menaungi surat kabar The Epoch Times dan New Tang Dynasty (NTD) Television. Jaringan media ini adalah pemain kunci dalam perang informasi global, didirikan dengan garis editorial yang sangat anti-PKT.
Entitas Organisasi Tipe Kegiatan Utama Fokus Geopolitik Kontroversi / Isu Politik
Epoch Media Group (Epoch Times, NTD) Media Berita Internasional, Produksi Konten Anti-PKT. Global (Markas di NYC). Alignment politik Far-Right, promosi teori konspirasi (QAnon, Anti-Vaksin).
Shen Yun Performing Arts Seni Pertunjukan Tari Klasik Tiongkok. Global (Tur Internasional). Menampilkan budaya Tiongkok tradisional; aktivisme terselubung mengenai persekusi.
Pusat Informasi Falun Dafa Advokasi Hak Asasi Manusia. Internasional (PBB, Parlemen, LSM). Mendokumentasikan dan mempublikasikan persekusi.

Implikasi Geopolitik Dan Masa Kini (Masa Kini)

Transformasi Menjadi Aktor Politik Partisan

Transformasi Falun Gong menjadi entitas transnasional tidak hanya sebatas advokasi hak asasi manusia. Kebutuhan untuk melawan musuh sekuat PKT mengharuskan gerakan tersebut mencari aliansi strategis untuk mendapatkan platform dan dukungan finansial. Hal ini menyebabkan The Epoch Times dikenal karena secara terbuka menganut posisi politik far-right (sayap kanan jauh) secara internasional.

Di Amerika Serikat, The Epoch Times dikenal karena dukungannya terhadap mantan Presiden Donald Trump, bahkan menjadi pendana iklan Facebook pro-Trump terbesar kedua setelah kampanye Trump sendiri pada tahun 2019. Selain itu, jaringan media ini menarik kontroversi karena mempromosikan teori konspirasi seperti QAnon, misinformasi anti-vaksin, dan klaim palsu tentang pemilihan presiden AS 2020. Di Eropa, tren serupa terlihat dengan promosi politisi sayap kanan di negara-negara seperti Prancis dan Jerman.

Keterlibatan ini mengubah gerakan yang awalnya mengaku apolitis menjadi pemain politik garis keras di kancah internasional. Meskipun tujuannya adalah melawan PKT, aliansi politik partisan ini berpotensi merusak kredibilitas kampanye hak asasi manusia Falun Gong di mata lembaga-lembaga PBB dan pemerintah sentris di Barat.

Status Keamanan dan Tantangan Hukum Kontemporer

Status Falun Gong di Tiongkok Daratan tetap ilegal, dan pemerintah secara aktif terus mencari serta menuntut para praktisi. Di luar Tiongkok, status hukum praktisi sering kali dikategorikan sebagai pihak yang berisiko persekusi atas dasar ‘political opinion’ (pendapat politik) jika dikembalikan, yang menjadi dasar penting untuk klaim suaka di negara-negara Barat.  Di ranah operasional, Epoch Media Group menghadapi tantangan hukum kontemporer. Pada Juni 2024, Chief Financial Officer grup tersebut, Bill Guan, menghadapi tuduhan pencucian uang. Meskipun tidak terkait langsung dengan doktrin inti Falun Gong, isu keuangan dan regulasi ini dapat digunakan oleh PKT untuk mendiskreditkan organisasi tersebut secara global dan menimbulkan masalah serius bagi operasional media dan advokasi mereka di masa depan.

Kesimpulan

Sintesis Identitas Ganda

Falun Gong (Falun Dafa) merupakan studi kasus unik mengenai transisi gerakan spiritual populis domestik menuju gerakan hak asasi manusia dan entitas media transnasional yang didorong oleh kekerasan negara yang brutal. Didirikan atas prinsip etika tradisional Zhen Shan Ren, pertumbuhan cepatnya di awal 1990-an di Tiongkok dianggap sebagai ancaman eksistensial oleh PKT, memicu kampanye persekusi total pada tahun 1999.

Upaya PKT untuk memberantas gerakan ini melalui mekanisme ekstra-hukum seperti ‘6-10 Office’ dan RTL, serta tuduhan kejahatan berat seperti pengambilan organ paksa , justru memaksa Falun Gong untuk mengglobal. Sebagai akibatnya, gerakan ini membangun aparatur media yang canggih (Epoch Media Group) untuk memobilisasi dukungan internasional dan melakukan perang naratif melawan Beijing.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

94 − 84 =
Powered by MathCaptcha