Prakata: Menyingkap Warisan Peradaban Melayu di Nusantara

Warisan arsitektur dan budaya Melayu memegang posisi sentral dalam jalinan peradaban Indonesia. Tersebar di wilayah geografis yang luas, terutama di Sumatra, Kalimantan, dan Kepulauan Riau, kebudayaan ini telah membentuk fondasi identitas sosial, spiritual, dan estetika yang khas. Laporan ini disusun untuk menyajikan tinjauan yang komprehensif dan analitis, melampaui deskripsi permukaan untuk menggali makna filosofis, menelusuri dinamika akulturasi, dan mengidentifikasi tantangan serta upaya pelestarian yang tengah berlangsung. Dengan mengintegrasikan data dari berbagai studi akademis dan sumber tepercaya, laporan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang bernuansa dan mendalam, menegaskan kembali relevansi warisan Melayu sebagai kompas moral dan identitas di tengah arus modernisasi.

Arsitektur Tradisional Melayu: Manifestasi Filosofi Hidup

Rumah Panggung sebagai Cerminan Kosmologi Melayu

Arsitektur tradisional Melayu secara fundamental diwujudkan dalam bentuk rumah panggung, sebuah desain yang bukan sekadar respons pragmatis terhadap kondisi geografis seperti banjir dan keberadaan binatang buas, tetapi juga cerminan dari filosofi hidup yang mendalam. Setiap elemen konstruksi dirancang dengan makna simbolis, mengubah bangunan fisik menjadi sebuah teks yang mengkomunikasikan nilai-nilai luhur dan spiritual.

Pondasi rumah umumnya menggunakan tiang-tiang kayu yang diletakkan di atas alas berupa batu atau kayu keras yang disebut umpak atau sondi. Tiang-tiang ini tidak seragam; terdapat Soko Guru, tiang utama dengan ukiran tinta kuning emas berbentuk bulat, dan Soko Damas, yang memiliki ukiran transparan dan berbentuk bujur sangkar. Di beberapa daerah, tiang-tiang ini bahkan memiliki penampang segi-empat, segi-enam, dan segi-tujuh yang memiliki makna terkait empat arah mata angin, rukun iman, serta tujuh tingkat surga dan neraka, menunjukkan adanya integrasi ajaran Islam ke dalam struktur arsitektural.

Aspek filosofis juga terlihat jelas pada tangga, di mana jumlah anak tangga sengaja dibuat ganjil, antara 7 hingga 9 buah, yang dipercaya membawa keberkatan bagi penghuninya. Secara lebih spesifik, di Riau, anak tangga dibuat 5 tingkat sebagai simbolisasi lima rukun Islam. Filosofi serupa juga terpancar dari pintu rumah yang sengaja dibuat rendah, hanya sekitar 1,2 hingga 1,3 meter tingginya, yang mengharuskan setiap tamu membungkuk saat masuk sebagai bentuk penghormatan kepada pemilik rumah. Dinding rumah umumnya terbuat dari papan kayu yang disusun secara horizontal atau vertikal, sementara pintu dapat berdaun satu atau dua, seringkali dihiasi ukiran yang bervariasi antar-daerah.

Atap rumah juga memiliki peran penting dalam menyampaikan makna. Di Sumatra Selatan, atap berbentuk bertingkat dan dihiasi simbar di tengah bubungan serta hiasan tanduk di puncaknya, yang berfungsi sebagai penanda derajat sosial pemilik rumah dan juga sebagai penangkal petir. Sementara itu, di Riau, bentuk atap melengkung ke atas di kedua ujung perabung dan kaki atap, melambangkan pemahaman bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara dan pada akhirnya akan kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Arsitektur rumah tradisional Melayu dengan demikian berfungsi sebagai “kurikulum hidup” yang secara konstan mengingatkan penghuninya akan nilai-nilai spiritual dan moral melalui setiap detail fisik yang ada.

Diferensiasi Regional: Studi Perbandingan Arsitektur Melayu

Meskipun memiliki karakteristik umum, arsitektur Melayu menunjukkan varian yang kaya dan unik di setiap daerah, mencerminkan adaptasi lokal dan akulturasi budaya.

  • Riau: Rumah adat Selaso Jatuh Kembar ditetapkan sebagai rumah adat resmi Provinsi Riau. Rumah ini dicirikan oleh bentuk panggung dengan atap berbentuk huruf ‘A’ dua tingkat. Ornamen persilangan pada atap yang disebut  Sulo Bayung dan Sayok Layangan secara simbolis melambangkan kedekatan dengan Sang Pencipta. Lain halnya dengan  Rumah Atap Lotik dari Kabupaten Kampar, yang memiliki atap berbentuk seperti perahu dengan ujung melengkung menyerupai bulan sabit dan menjulang tinggi, mirip dengan arsitektur Minangkabau.
  • Sumatra Utara: Rumah Melayu Cindai di Deli memiliki ornamen yang mencerminkan sikap terbuka masyarakatnya. Berbagai jenis bubungan ( bubungan panjang sederhana, bubungan lima, bubungan perak) dapat ditemukan, meskipun bubungan sederhana panjang paling sering digunakan oleh masyarakat Melayu asli di Langkat.
  • Kalimantan Barat: Arsitektur Melayu di Kalimantan Barat memperlihatkan akulturasi dengan budaya suku Dayak dan Tionghoa. Orientasi bangunan Melayu umumnya mengikuti arah mata angin, berbeda dengan Dayak yang menghadap jalur sungai/jalan raya dan Tionghoa yang mengikuti aturan  fengshui. Rumah panggung Melayu memiliki perbedaan ketinggian lantai yang mencerminkan strata sosial, sebuah ciri yang tidak ditemukan pada rumah-rumah Tionghoa. Ornamen Melayu didominasi oleh motif geometris dan tumbuhan, berbeda dengan motif Dayak (burung enggang, naga) atau Tionghoa (kaligrafi, naga, aksara).

Perbedaan ini menunjukkan bahwa warisan arsitektur Melayu bersifat dinamis, beradaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial sambil tetap mempertahankan inti filosofisnya.

Tabel 1: Perbandingan Elemen Arsitektur Rumah Tradisional Melayu

Elemen Arsitektur Sumatra Utara Riau Kalimantan Barat Sumatra Selatan
Atap Bubungan sederhana panjang, bubungan lima, limis, dll Atap huruf A 2 tingkat (Selaso Jatuh Kembar), atap seperti perahu (Atap Lotik) Atap limas dan pelana Atap bertingkat, hiasan simbar dan tanduk
Orientasi Tidak spesifik dalam sumber Tidak spesifik dalam sumber Mengikuti arah mata angin Tidak spesifik dalam sumber
Pondasi Tiang kayu di atas batu/kayu keras Tiang kayu di atas batu/kayu keras Rumah panggung dengan material kayu Tiang kayu di atas batu/kayu keras
Tangga Jumlah ganjil (7-9 buah) 5 tingkat sesuai rukun Islam Tidak spesifik dalam sumber Jumlah ganjil (7-9 buah)
Ornamen Tebukan pada pintu Melambangkan alam semesta dan bintang Motif geometris dan tumbuh-tumbuhan Hiasan simbar dan tanduk di atap, kaligrafi di atas pintu
Lantai Papan disusun rapat Papan disusun rapat, ada selasar yang luas Terdapat perbedaan ketinggian untuk strata sosial Tidak spesifik dalam sumber

Akulturasi dan Warisan Arsitektur Kerajaan

Jejak Islam dalam Arsitektur Melayu

Kedatangan Islam membawa pengaruh signifikan pada arsitektur di Nusantara, yang paling nyata terlihat pada masjid sebagai pusat ibadah. Arsitektur Islam memperkenalkan elemen-elemen baru seperti lengkungan dan kubah. Namun, pengaruh ini tidak sepenuhnya menggantikan tradisi lokal, melainkan berakulturasi secara harmonis. Sebagai contoh, masjid-masjid peninggalan kerajaan Islam, seperti Masjid Agung Demak, seringkali memiliki atap berbentuk  meru yang bersusun, sebuah bentuk yang mirip dengan arsitektur candi Hindu-Buddha. Menara Masjid Kudus, misalnya, sangat menyerupai candi Jawa Timur, menunjukkan integrasi yang mulus antara keyakinan baru dengan budaya pra-Islam. Selain itu, karena adanya larangan menggambarkan manusia atau hewan, seni ukir berkembang menjadi kaligrafi, yang kini banyak ditemukan di berbagai bangunan bersejarah.

Istana sebagai Puncak Akulturasi Budaya

Akulturasi budaya mencapai puncaknya pada arsitektur istana-istana kerajaan Melayu, yang dibangun dengan perpaduan gaya yang mencerminkan kekayaan dan hubungan global mereka sebagai kekuatan maritim.

  • Istana Maimun, Medan: Dibangun pada 1888, Istana Maimun merupakan perpaduan megah antara arsitektur lokal Melayu Deli dengan sentuhan gaya dari Eropa, India, dan Timur Tengah. Desainnya memadukan unsur Mughal dengan jendela dan pintu yang tinggi dan lebar, yang merupakan pengaruh arsitektur Belanda dan Spanyol. Interiornya diperkaya dengan perabotan Eropa yang rumit. Ciri khas Melayu Deli tetap dominan, terutama melalui penggunaan warna kuning.
  • Istana Siak Sri Indrapura, Riau: Istana ini menunjukkan perpaduan gaya arsitektur Melayu, Arab, dan Eropa. Bangunannya dihiasi pilar bulat dengan ujung burung garuda, sementara pintu dan jendela dirancang dengan bentuk kubah dan mozaik kaca.

Perpaduan gaya di istana-istana ini bukan sekadar kebetulan, melainkan manifestasi dari sebuah strategi. Kesultanan Melayu di Selat Malaka, sebagai jalur perdagangan internasional, berinteraksi dengan berbagai bangsa. Dengan sengaja mengimpor arsitek dan gaya dari luar, para sultan tidak menunjukkan pelemahan budaya, tetapi justru memproyeksikan kekuatan, kemakmuran, dan sifat kosmopolitan kerajaan mereka. Perpaduan ini menunjukkan bahwa mereka cukup kuat untuk menyerap dan mengadaptasi pengaruh asing tanpa kehilangan identitas inti mereka, sebuah cerminan dari posisi geopolitik mereka yang strategis.

Kekayaan Budaya Takbenda: Sastra, Seni Pertunjukan, dan Kerajinan

Sastra Lisan: Pedoman Moral dan Keseharian Melayu

Sastra lisan memegang peranan krusial dalam kebudayaan Melayu sebagai media transmisi nilai-nilai moral dan etika.

  • Pantun: Sebuah puisi rakyat khas Melayu yang setiap baitnya terdiri dari empat baris dengan rima a-b-a-b. Pantun lazim digunakan dalam upacara adat dan berisi nilai-nilai serta budi pekerti yang menjadi pedoman perilaku sehari-hari.
  • Syair: Berasal dari Persia, syair terdiri dari empat baris per bait dengan rima a-a-a-a di mana seluruh baris merupakan isi. Syair sering berisi rangkaian kisah yang berkesinambungan dan digunakan dalam berbagai acara penting, seperti pernikahan.
  • Gurindam: Jenis puisi yang dibawa oleh orang Hindu dari India, yang setiap baitnya terdiri dari dua baris dengan rima akhir senada (a-a). Baris pertama berisi syarat atau sebab, sementara baris kedua adalah jawaban atau akibat. Gurindam yang paling terkenal adalah  Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji.

Gurindam Dua Belas: Kompas Moral Abadi Raja Ali Haji

Gurindam Dua Belas adalah karya monumental Raja Ali Haji yang ditulis pada tahun 1846 di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau. Karya ini lebih dari sekadar kumpulan sajak; ia adalah sebuah panduan etika, spiritual, dan sosial yang mendalam yang berakar pada ajaran Islam. Karya ini terdiri dari dua belas pasal, di mana setiap pasal menawarkan ajaran moral yang terstruktur. Raja Ali Haji menyusunnya di tengah gejolak internal Kesultanan Riau-Lingga dan tekanan kolonialisme, menjadikannya sebuah kompas budaya dan moral untuk masyarakatnya.

Tabel 2: Ringkasan Tema dan Ajaran Gurindam Dua Belas

Pasal Gurindam Tema Utama Penjelasan Singkat
Pasal 1 Keutamaan Agama Menekankan pentingnya agama sebagai pondasi identitas dan nilai diri, di mana tanpa iman, hidup kehilangan makna.
Pasal 2 Praktik Keagamaan Menguraikan konsekuensi dari mengabaikan rukun Islam dan menyoroti bahwa praktik ibadah adalah fundamental bagi integritas sosial.
Pasal 3-4 Pengendalian Diri Mengajarkan pentingnya menjaga panca indera (mata, telinga, lidah, tangan, kaki) sebagai sumber kebaikan dan keburukan. Hati digambarkan sebagai singgasana yang harus dijaga dari iri hati dan kebohongan.
Pasal 5-7 Budi Pekerti dan Ilmu Menyoroti bahwa kemuliaan seseorang diukur dari budi pekerti, tutur kata, dan upaya dalam menuntut ilmu. Menekankan pendidikan sejak dini dan menghindari fitnah.
Pasal 8-9 Peringatan Moral Memberi peringatan tegas terhadap pengkhianatan, kesombongan, dan keburukan. Mengkritik perilaku imoral yang lahir dari hawa nafsu.
Pasal 10 Hubungan Sosial Menyoroti pentingnya menjaga hubungan harmonis dalam keluarga (orang tua, anak, pasangan) dan pertemanan dengan landasan rasa hormat, tanggung jawab, dan keadilan.
Pasal 11-12 Kepemimpinan dan Keadilan Memberikan panduan bagi kepemimpinan yang bijaksana dan adil. Menegaskan bahwa hanya pemimpin yang berpegang pada ajaran ilahi dan menghargai ilmu yang layak dikagumi.

Sastra lisan Melayu tidak sekadar berfungsi sebagai bentuk seni, melainkan sebuah sistem pendidikan non-formal yang efektif. Nilai-nilai ini tidak diajarkan secara kaku, tetapi diresapi melalui pertunjukan, interaksi sosial, dan seni, menunjukkan bahwa keberhasilan pelestariannya sangat bergantung pada konteks sosial tempat ia dihidupkan.

Seni Tari dan Teater: Dakwah, Ekspresi, dan Identitas

Seni pertunjukan Melayu berfungsi sebagai media ekspresi budaya, hiburan, dan bahkan dakwah.

  • Tari Zapin: Tari Zapin yang berasal dari Yaman ini populer di kalangan masyarakat Melayu, terutama di Sumatra, Riau, dan Kalimantan. Awalnya, tarian ini digunakan sebagai media dakwah Islam, di mana syair-syair yang mengiringi tarian sarat akan pesan-pesan keagamaan. Seiring waktu, ia berkembang menjadi sarana hiburan yang sering ditampilkan dalam acara pernikahan dan perayaan besar, dengan gerakan yang dinamis dan iringan musik yang riang. Tari Zapin juga berperan penting dalam pendidikan karakter dan diplomasi budaya, di mana gerakannya mengajarkan budi bahasa, dan penampilannya di panggung internasional memperkenalkan kekayaan seni Melayu ke dunia.
  • Teater Makyong: Seni teater tradisional ini berasal dari Malaysia dan Thailand, yang kemudian diakulturasi di Sumatra Utara dan Kepulauan Riau. Di masa lalu, pertunjukannya diadakan di pematang sawah dan seringkali menceritakan kisah rakyat dengan unsur humor dan komedi. Namun, Makyong pernah mengalami kemunduran citra akibat komersialisasi dan penurunan moral penarinya, yang mengakibatkan semakin jarangnya kelompok Makyong di akhir tahun 1960-an. Saat ini, seni ini dihidupkan kembali oleh komunitas perkotaan, yang menampilkannya sebagai bentuk seni rakyat.

Kerajinan Tangan: Simbol Identitas dan Kreativitas

Selain arsitektur dan seni pertunjukan, kerajinan tangan juga menjadi bagian integral dari warisan Melayu. Songket, kain tenun khas Palembang, merupakan salah satu contohnya yang memberikan kesan mewah dengan penggunaan benang emas dan perak. Kain ini, yang berasal dari masa Kerajaan Sriwijaya, memiliki corak rumit yang menjadikannya sangat bernilai. Selain itu, anyaman pandan dari Natuna di Kepulauan Riau juga menunjukkan kreativitas masyarakat dalam mengolah sumber daya alam menjadi produk fungsional seperti dompet dan keranjang, dengan motif serta warna yang memiliki filosofi tersendiri.

Dinamika Pelestarian: Antara Tantangan dan Harapan

Peran Sentral Pemerintah dan Lembaga Budaya

Pelestarian warisan budaya Melayu merupakan tanggung jawab kolektif yang melibatkan pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat. Di Batam, pemerintah daerah menunjukkan komitmennya dengan mendirikan Museum Raja Ali Haji, yang berfungsi sebagai pusat pelestarian dan edukasi sejarah dan budaya Melayu. Museum ini menyimpan artefak penting dari Kesultanan Riau-Lingga dan secara rutin mengadakan seminar, pameran seni, dan pertunjukan kesenian. Selain itu, Pemerintah Provinsi Riau juga memiliki tekad strategis untuk menjadikan Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu di kawasan Asia Tenggara, didukung oleh posisi geografisnya yang berada di jalur perdagangan regional dan internasional.

Pendidikan dan Komunitas: Regenerasi Budaya dari Akar

Pendidikan berbasis budaya menjadi salah satu pendekatan yang paling efektif untuk menjaga kelestarian warisan budaya. Sebuah studi kasus di SMP Swasta IT Al-Fattah, misalnya, menunjukkan bagaimana budaya Melayu diintegrasikan ke dalam kurikulum mata pelajaran seperti Seni Budaya, Bahasa Indonesia, dan IPS. Siswa diajarkan tentang seni tari Melayu, alat musik tradisional, syair, dan pantun sebagai bagian dari pembelajaran.

Selain itu, inisiatif dari komunitas dan penyelenggaraan festival budaya juga memainkan peran vital. Festival Langkisau di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, misalnya, mengemas perlombaan dan pameran budaya sebagai ajang untuk melestarikan nilai-nilai budaya dan mempromosikan pariwisata daerah. Kegiatan ini melibatkan kolaborasi yang baik antara pemerintah daerah, sanggar seni, dan masyarakat umum, yang menumbuhkan rasa kepemilikan dan kecintaan terhadap budaya lokal.

Prospek dan Rekomendasi untuk Masa Depan

Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, warisan budaya Melayu menghadapi tantangan serius di tengah arus modernisasi dan globalisasi, yang seringkali mengikis pemahaman generasi muda terhadap makna simbolis budaya mereka. Salah satu dilema utama yang muncul adalah pelestarian yang hanya berfokus pada bentuk fisik tanpa mempertahankan esensi filosofisnya.

Contoh nyata dari masalah ini terlihat pada penerapan elemen arsitektur Melayu di bangunan-bangunan publik, seperti hotel-hotel di Batam. Studi menunjukkan bahwa meskipun hotel-hotel tersebut mengadopsi bentuk atap Melayu seperti  atap limas terpotong, lipat kajang, dan lipat pandan, elemen krusial seperti tunjuk langit dan ornamen pada lisplang justru diabaikan. Hal ini mencerminkan “pelestarian kosmetik,” di mana bentuk fisik dipertahankan untuk citra dan estetika modern, namun makna dan nilai-nilai yang mendalam di balik ornamen tersebut dikesampingkan. Ini menunjukkan bahwa regulasi yang ada perlu didukung oleh pemahaman yang lebih dalam tentang substansi budaya, bukan hanya pada wujud fisiknya.

Tabel 3: Peran dan Upaya Pelestarian Warisan Budaya Melayu

Pihak Terlibat Jenis Upaya Contoh Spesifik Tantangan/Keterbatasan
Pemerintah Institusi & Regulasi Pendirian Museum Raja Ali Haji di Batam Kesenjangan antara regulasi dan implementasi substansial
Lembaga Pendidikan Integrasi Kurikulum SMP Al-Fattah mengintegrasikan budaya Melayu ke dalam pelajaran Kekurangan guru dan fasilitas yang memadai
Komunitas Festival & Kegiatan Seni Festival Langkisau di Sumatera Barat Perubahan gaya hidup dan pengaruh budaya luar

Kesimpulan

Warisan arsitektur dan budaya Melayu di Indonesia merupakan sebuah mahakarya yang holistik, di mana elemen-elemen fisik (arsitektur) dan tak berwujud (sastra, seni) saling berkelindan untuk mengkomunikasikan nilai-nilai spiritual dan sosial yang mendalam. Arsitektur rumah panggung bukan hanya respons fungsional, melainkan sebuah manifestasi dari kosmologi yang memuliakan Tuhan dan mengajarkan budi pekerti. Sementara itu, istana-istana kerajaan menunjukkan adaptasi cerdas yang menggabungkan berbagai gaya arsitektur sebagai simbol kekuatan dan kosmopolitanisme, bukan sebagai tanda pelemahan.

Kekayaan budaya takbenda, yang diwakili oleh sastra lisan seperti pantun dan syair, serta karya monumental Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji, berfungsi sebagai kurikulum sosial yang efektif dalam menanamkan etika dan moral. Seni pertunjukan seperti Tari Zapin juga membuktikan kemampuan budaya Melayu untuk beradaptasi, dari media dakwah menjadi sarana hiburan dan diplomasi.

Meskipun demikian, pelestarian menghadapi tantangan besar. Arus modernisasi berisiko mengikis makna di balik bentuk, seperti yang terlihat pada adaptasi arsitektur di bangunan modern. Oleh karena itu, pelestarian yang berhasil akan bergantung pada kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara bentuk dan makna, serta membangun kolaborasi yang kuat di antara semua pemangku kepentingan, dari pemerintah hingga masyarakat di tingkat akar rumput. Dengan demikian, warisan budaya Melayu tidak hanya akan bertahan sebagai peninggalan masa lalu, tetapi juga terus hidup dan berkembang sebagai fondasi identitas yang relevan bagi generasi mendatang.

Daftar Pustaka :

  1. IDENTIFIKASI SINTESIS ARSITEKTUR DAYAK … – Universitas Trisakti, diakses Agustus 29, 2025, https://e-journal.trisakti.ac.id/index.php/sim/article/view/13032/7451
  2. Identifikasi Arsitektur Rumah Tradisional Melayu Di Pulau Sumatera …, diakses Agustus 29, 2025, https://jurnal.um-palembang.ac.id/arsir/article/download/2880/2181
  3. TAHAPAN KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL SUKU MELAYU DI KOTA SAMBAS KALIMANTAN BARAT – Jurnal Untan, diakses Agustus 29, 2025, https://jurnal.untan.ac.id/index.php/lb/article/download/18805/15822
  4. Eksplorasi Ornamen Rumah Adat Melayu Terhadap Konsep Geometri, diakses Agustus 29, 2025, https://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/download/15193/10290/25888
  5. RUMAH MELAYU ˜CINDAI™ MODEL RUMAH PANGGUNG BERCIRIKAN SENIUKIR ORNAMEN MELAYU DELI | BAHAS, diakses Agustus 29, 2025, https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/bahas/article/view/5704
  6. Pengaruh Islam dalam Bidang Arsitektur – Kompas.com, diakses Agustus 29, 2025, https://www.kompas.com/stori/read/2024/08/06/213000679/pengaruh-islam-dalam-bidang-arsitektur
  7. Istana Maimun, Kemegahan Sentuhan Arsitektur Beragam Budaya, diakses Agustus 29, 2025, https://validnews.id/kultura/istana-maimun-kemegahan-sentuhan-arsitektur-beragam-budaya
  8. Mengenal Istana Siak Sri Indrapura, Salah satu … – Website DJKN, diakses Agustus 29, 2025, https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-rsk/baca-artikel/14803/Mengenal-Istana-Siak-Sri-Indrapura-Salah-satu-Kerajaan-yang-pernah-berdiri-dan-berkuasa-di-Pulau-Sumatera.html
  9. Puisi Rakyat: Pengertian, Ciri, Jenis, Struktur & Contohnya – Ruangguru, diakses Agustus 29, 2025, https://www.ruangguru.com/blog/puisi-rakyat
  10. Gurindam Dua Belas: A Timeless Reflection of Malay Wisdom in Literature | infobudaya.net, diakses Agustus 29, 2025, https://www.infobudaya.net/2025/04/gurindam-dua-belas-a-timeless-reflection-of-malay-wisdom-in-literature/
  11. Analysis of Character Education in Gurindam Dua Belas by Raja Ali Haji from the Perspective of TARGHIB WA TARHIB (Exploring the – SHS Web of Conferences, diakses Agustus 29, 2025, https://www.shs-conferences.org/articles/shsconf/pdf/2024/25/shsconf_icome2024_02002.pdf
  12. Fungsi Tari Zapin, Warisan Budaya Melayu yang Penuh Makna – Feeds Liputan6.com, diakses Agustus 29, 2025, https://www.liputan6.com/feeds/read/5847383/fungsi-tari-zapin-warisan-budaya-melayu-yang-penuh-makna
  13. 4 Fungsi Tari Zapin beserta Gerakan dan Propertinya | kumparan.com, diakses Agustus 29, 2025, https://kumparan.com/ragam-info/4-fungsi-tari-zapin-beserta-gerakan-dan-propertinya-21tIHfM7BE4
  14. Teater Tradisional Melayu Makyong dalam Lintasan Sejarah dan Kekinian Di Sumatera Utara – SciSpace, diakses Agustus 29, 2025, https://scispace.com/pdf/teater-tradisional-melayu-makyong-dalam-lintasan-sejarah-dan-4txmy1h7vi.pdf
  15. studi perspektif antropologi gaya tari makyong muda di sanggar ledang balai tanjung pinang – Online Journal of ISI Yogyakarta, diakses Agustus 29, 2025, https://journal.isi.ac.id/index.php/IJOPAED/article/download/7194/2818
  16. Mak Yong …. Sejarah dan Mistiknya Mak Yong – IezwanMalique’s Life In Random, diakses Agustus 29, 2025, https://iezwanmalique.wordpress.com/2011/06/21/mak-yong-sejarah-dan-mistiknya-mak-yong/
  17. Kerajinan Tangan Unik Khas Nusantara yang Otentik, diakses Agustus 29, 2025, https://www.kemenparekraf.go.id/ragam-ekonomi-kreatif/Kerajinan-Tangan-Unik-Khas-Nusantara-yang-Otentik
  18. Museum Raja Ali Haji Batam: Penjaga Sejarah dan Budaya Melayu …, diakses Agustus 29, 2025, https://kepricek.com/14/02/2025/museum-raja-ali-haji-batam-penjaga-sejarah-dan-budaya-melayu-di-kota-industri/
  19. Jadikan Riau Pusat Kebudayaan Melayu Di Asia Tenggara Riau ,”The Homeland Of Melayu” – BeritaKlik.com, diakses Agustus 29, 2025, https://beritaklik.com/news/cetak/5054/jadikan-riau-pusat-kebudayaan-melayu-di-asia-tenggara-riau-the-homeland-of-melayu
  20. PRESERVASI BUDAYA MELAYU MELALUI PENDIDIKAN DI SMP …, diakses Agustus 29, 2025, https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/RDJE/article/download/28894/7686
  21. 256 Collaborative Governance Dalam Upaya Pelestarian Budaya Daerah Melalui Festival Langkisau Di Kabupaten Pesisir Selatan Prov – Jurnal Universitas Padjadjaran, diakses Agustus 29, 2025, https://jurnal.unpad.ac.id/jane/article/viewFile/41312/18103
  22. tata cara hidup orang melayu riau: warisan budaya … – Jurnal Center, diakses Agustus 29, 2025, https://e-jurnal.jurnalcenter.com/index.php/micjo/article/download/409/294/2095

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

3 + 2 =
Powered by MathCaptcha