Analisis menunjukkan bahwa Indonesia memegang posisi dominan di pasar global untuk beberapa mineral kritis, didukung oleh cadangan geologi yang melimpah, terutama nikel, batubara, tembaga, dan timah. Kebijakan hilirisasi mineral yang tegas, diatur oleh Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba), telah berhasil meningkatkan nilai tambah ekspor secara signifikan, mengubah Indonesia dari eksportir bahan mentah menjadi pemain kunci dalam rantai pasok global. Studi kasus nikel menunjukkan lonjakan nilai ekspor dari USD 1,1 miliar menjadi USD 30-33 miliar setelah larangan ekspor bijih diberlakukan.

Namun, keberhasilan ini tidak tanpa tantangan. Laporan ini mengidentifikasi beberapa isu krusial: tantangan dalam implementasi hilirisasi, seperti kendala investasi dan perizinan pada pembangunan smelter bauksit; risiko pasar global yang muncul akibat teknologi baterai alternatif seperti LFP (Lithium Ferro Phosphate); serta isu sosial dan lingkungan, termasuk pencemaran dan konflik di tingkat lokal.

Laporan ini merekomendasikan pendekatan yang lebih terintegrasi untuk mengoptimalkan potensi, termasuk diversifikasi portofolio mineral, penguatan regulasi lingkungan, dan investasi berkelanjutan yang berfokus pada kesejahteraan masyarakat lokal.

Pertambangan Indonesia sebagai Kekuatan Global

Sektor pertambangan di Indonesia memegang peranan vital sebagai pilar utama perekonomian nasional. Sebagai salah satu produsen mineral dan batubara (minerba) terbesar di dunia, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Posisi ini menempatkan Indonesia sebagai pemain kunci dalam rantai pasok mineral global. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi sektor minerba terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai Rp2.198 triliun pada tahun 2023, atau sekitar 10,5 persen dari total PDB nasional yang sebesar Rp20.892 triliun. Nilai yang signifikan ini menegaskan peran fundamental sektor pertambangan dalam menopang pertumbuhan ekonomi negara.

Garis Besar Kebijakan dan Evolusi Regulasi

Menyadari potensi besar yang dimiliki, Pemerintah Indonesia telah melakukan pergeseran paradigma kebijakan dari fokus pada pengelolaan hulu (ekstraksi) ke hilirisasi. Reformasi manajemen pertambangan ini pertama kali dicanangkan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara. Kebijakan ini diperkuat dengan landasan hukum yang lebih tegas melalui Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, yang mewajibkan pengolahan dan/atau pemurnian produk tambang di dalam negeri. Undang-Undang ini juga secara eksplisit melarang ekspor bahan mineral mentah terhitung tiga tahun setelah diundangkan.

Untuk mengarahkan implementasi kebijakan ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama Kadin Indonesia telah menetapkan 22 mineral strategis. Klasifikasi mineral ini, yang akan ditinjau setiap tahun, didasarkan pada beberapa kriteria kunci, termasuk penggunaannya sebagai bahan baku untuk industri strategis (seperti kendaraan listrik dan pertahanan), dominasi sumber daya yang berpotensi mengendalikan pasar global, serta kontribusi besar terhadap pendapatan negara dan cadangan devisa. Mineral-mineral ini mencakup nikel, bauksit, tembaga, emas, kobalt, dan timah, yang menjadi fokus utama dalam analisis ini.

Tinjauan Potensi dan Sebaran Mineral Strategis

Nikel: Jantung Rantai Pasok Baterai Global

Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, dengan proporsi sebesar 6,08% dari total cadangan global. Secara spesifik, cadangan nikel Indonesia mencapai 140,3 juta ton. Sebagian besar cadangan ini terkonsentrasi di Provinsi Sulawesi Tenggara, yang memiliki sumber daya nikel sebesar 61,3 juta ton dan cadangan sebesar 20,45 juta ton, menjadikannya provinsi terkaya nikel di Indonesia.

Kekayaan sumber daya ini tercermin dari kinerja produksi yang impresif. Pada tahun 2023, produksi nikel tambang di Indonesia meningkat sebesar 29% menjadi sekitar 2,0 juta ton (dalam konten nikel). Produksi  nickel pig iron (NPI) juga mengalami peningkatan sebesar 22% menjadi 9,9 juta ton. Data ini menunjukkan bahwa Indonesia telah menjadi produsen bijih nikel terbesar di dunia sejak tahun 2019.

Tingginya konsentrasi cadangan nikel di wilayah seperti Sulawesi Tenggara dan Tengah, berbarengan dengan kebijakan hilirisasi yang mewajibkan pengolahan di dalam negeri, telah secara langsung memengaruhi tren investasi. Laporan realisasi investasi menunjukkan bahwa Sulawesi Tengah menjadi salah satu lokasi dengan realisasi investasi terbesar di Triwulan I 2024, menempati peringkat keempat. Peningkatan investasi di wilayah ini adalah konsekuensi langsung dari kekayaan sumber daya geologi dan mandat kebijakan hilirisasi yang mendorong investor untuk membangun fasilitas pengolahan di dekat sumber bahan baku. Pola ini memvalidasi efektivitas kebijakan pemerintah dalam mengarahkan aliran modal ke wilayah-wilayah yang memiliki potensi mineral.

Bauksit: Fondasi Industri Aluminium Nasional

Indonesia menduduki peringkat keempat negara dengan cadangan bauksit terbesar di dunia, dengan total sumber daya yang diperkirakan mencapai 839,9 juta ton. Area penghasil utama tersebar di Kepulauan Riau (khususnya Pulau Bintan), Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat. Cadangan spesifik di Kepulauan Riau saja mencapai 180,97 juta ton.

Meskipun potensi cadangan sangat besar dan pemerintah telah memberlakukan larangan ekspor bijih mentah sejak Juni 2023, terdapat disparitas antara ambisi kebijakan dan realitas kapasitas industri. Dari 12 proyek smelter bauksit yang terdata, hanya 4 yang telah selesai dan beroperasi, termasuk PT Indonesia Chemical Alumina dan PT Well Harvest Winning Alumina Refinery. Delapan proyek lainnya masih dalam tahap konstruksi dengan kemajuan yang bervariasi antara 23% hingga 65%. Adanya ketidaksesuaian antara laporan kemajuan perusahaan dan hasil verifikasi independen juga menjadi masalah yang memengaruhi kebijakan relaksasi ekspor.

Kesenjangan antara larangan ekspor yang telah berlaku dan kesiapan infrastruktur pengolahan di dalam negeri ini menunjukkan adanya tantangan signifikan dalam implementasi kebijakan hilirisasi bauksit. Hal ini dapat menciptakan hambatan ekonomi jika kapasitas produksi aluminium dalam negeri tidak dapat mengimbangi pasokan bijih yang melimpah, berpotensi membatasi produksi atau ekspor produk olahan hingga seluruh smelter selesai dibangun.

Emas dan Tembaga: Aset Bernilai Tinggi dengan Prospek Jangka Panjang

Indonesia memiliki cadangan tembaga yang signifikan, menempati urutan ketujuh terbesar di dunia dengan 3,29% dari total cadangan global. Emas dan tembaga seringkali ditemukan bersamaan dalam satu deposit, dengan lokasi tambang utama berada di:

  • Tambang Grasberg, Mimika, Papua: Dioperasikan oleh PT Freeport Indonesia, tambang ini adalah salah satu yang terbesar di dunia. Perusahaan mencatat produksi tembaga sebesar 753.000 ton dan emas 62 ton pada tahun 2023. Tambang ini memiliki cadangan emas sekitar 1,76 juta ton.
  • Tambang Batu Hijau, Nusa Tenggara Barat: Dioperasikan oleh PT Amman Mineral Nusa Tenggara, tambang ini memiliki cadangan emas terbesar kedua di Indonesia, diperkirakan mencapai 2,7 juta ton.

Meskipun Indonesia berada di urutan ketujuh dalam hal cadangan tembaga dunia, industri hilirnya hanya menempati urutan ke-18. Posisi ini jauh di bawah negara-negara seperti Jepang dan China yang tidak memiliki sumber daya tembaga sebesar Indonesia, tetapi telah mengembangkan industri hilir yang lebih maju. Kondisi ini menyoroti adanya paradoks, di mana Indonesia masih mengimpor beberapa produk mineral olahan, meskipun memiliki cadangan bahan baku yang melimpah. Kebijakan hilirisasi bertujuan untuk mengatasi ketidakseimbangan ini, yang ditunjukkan dengan pembangunan smelter Manyar oleh PT Freeport Indonesia. Smelter ini, yang dirancang untuk memproses 1,7 juta metrik ton konsentrat tembaga per tahun, telah mencapai 90% penyelesaian per Desember 2023. Perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga yang diberikan kepada PT Freeport Indonesia hingga September 2025 menunjukkan bahwa pemerintah menyadari tantangan teknis dan finansial dalam menyelesaikan proyek vital ini dan bersikap pragmatis untuk menghindari gangguan ekspor sementara proses konstruksi masih berjalan.

Mineral Lainnya: Timah, Kobalt, dan Batubara

Selain mineral utama, Indonesia juga memiliki potensi signifikan pada komoditas lainnya:

  • Timah: Indonesia memiliki 16,67% dari cadangan timah dunia. Wilayah penghasil utama adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang memegang predikat wilayah penghasil timah terbesar di Indonesia dan juga merupakan pemasok 20-30% kebutuhan timah global.
  • Kobalt: Sebagai mineral kunci untuk pembuatan baterai, kobalt sering ditemukan sebagai produk sampingan dari penambangan nikel laterit. Cadangan kobalt Indonesia diperkirakan mencapai 600.000 ton, atau 6,82% dari cadangan dunia.
  • Batubara: Indonesia memiliki cadangan batubara terbukti sebesar 17,54 miliar ton, dengan total sumber daya mencapai 97,96 miliar ton. Pada tahun 2024, produksi batubara mencapai rekor tertinggi, yaitu 836 juta ton. Sebaran utama batubara berada di Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur.

Tabel 2.1 di bawah ini memberikan ringkasan visual dari cadangan dan sumber daya mineral strategis Indonesia berdasarkan temuan di atas.

Jenis Mineral Cadangan Dunia (%) Cadangan Indonesia (Juta Ton) Lokasi Konsentrasi Utama
Nikel 6,08% 140,3 Sulawesi Tenggara dan Tengah
Tembaga 3,29% 26,000 Mimika (Papua), Nusa Tenggara Barat
Timah 16,67% 800 Kepulauan Bangka Belitung
Bauksit 3,33% 839,9 (Sumber Daya) Kepulauan Riau, Kalimantan Barat
Kobalt 6,82% 600 (Sumber Daya) Terkait penambangan nikel laterit
Batubara 2-3% 17,540 (Cadangan Terbukti) Sumatera Selatan, Kalimantan Timur

Peran Pertambangan dalam PDB dan Ekspor Nasional

Pada tahun 2023, sektor pertambangan dan penggalian berkontribusi sebesar Rp2.198 triliun atau 10,5% terhadap total PDB Indonesia. Nilai ini menunjukkan bahwa sektor ini merupakan salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi yang paling signifikan. Dari sisi ekspor, produk mineral menyumbang nilai sebesar $69 miliar pada tahun 2023, atau 27% dari total ekspor nasional yang mencapai $259 miliar. Ekspor logam dasar dan produknya juga mencapai nilai $41 miliar, yang setara dengan 16% dari total ekspor. Komoditas mineral ekspor terkemuka adalah batubara dan feronikel, masing-masing menyumbang 13% dan 6% dari total ekspor Indonesia.

Kebijakan hilirisasi mineral telah memicu transformasi ekonomi yang luar biasa. Contoh paling nyata adalah sektor nikel. Setelah larangan ekspor bijih nikel diberlakukan pada Januari 2020, nilai ekspor feronikel dan produk intermediet nikel lainnya melonjak drastis. Laporan pemerintah menunjukkan nilai ekspor nikel meroket dari USD 1,1 miliar menjadi USD 30-33 miliar. Peningkatan nilai ekspor hampir 30 kali lipat ini merupakan bukti kuat dari keberhasilan kebijakan hilirisasi. Fenomena ini tidak hanya menambah cadangan devisa negara, tetapi juga mengindikasikan adanya pergeseran struktural dalam perekonomian, di mana Indonesia kini mengekspor produk dengan nilai tambah yang jauh lebih tinggi.

Dinamika Investasi: Tren PMA dan PMDN

Sektor pertambangan terus menarik investasi yang substansial, baik dari Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Pada Triwulan I 2024, sektor pertambangan menempati urutan ketiga untuk total realisasi investasi (PMA dan PMDN), dengan nilai mencapai Rp42,3 triliun. Secara terpisah, realisasi investasi PMA di sektor pertambangan mencapai US$1,4 miliar pada periode yang sama, menjadikannya subsektor terbesar kedua untuk PMA.

Data investasi menunjukkan adanya tren kenaikan PMA di sektor pertambangan dari tahun 2020 hingga awal 2024, meskipun terdapat fluktuasi pada investasi PMDN. Peningkatan investasi PMA ini terjadi di tengah gugatan dan resistensi dari pihak asing terhadap kebijakan larangan ekspor mineral mentah. Hal ini menunjukkan bahwa, alih-alih menghalangi investasi, kebijakan hilirisasi yang tegas justru menarik modal asing yang berorientasi pada pembangunan fasilitas pengolahan (smelter) dan industri bernilai tambah. Perusahaan global kini melihat Indonesia bukan hanya sebagai sumber bahan baku, tetapi sebagai pusat manufaktur produk mineral yang strategis. Kondisi ini membuktikan bahwa ketegasan regulasi pemerintah, yang memberikan kepastian arah industri, dapat menjadi pendorong utama bagi masuknya modal asing berkualitas.

Tabel 3.1: Kontribusi Sektor Pertambangan terhadap PDB dan Ekspor

Tahun Kontribusi PDB (Rp Triliun) Kontribusi PDB (%) Nilai Ekspor Mineral ($ Miliar)
2020 42,6 5,2% $24.7 (PMA) / $298 (PMDN)
2021 81,2 9,0% $14.8 (PMA) / $171.7 (PMDN)
2022 156,5 11,0% $5.1 (PMA) / $86.7 (PMDN)
2023 2.198 10,5% $69 (Produk Mineral)
2024 (Q1) 234.230,9 (Miliar IDR) 10,5%

Kebijakan Hilirisasi dan Implikasinya

Kerangka Regulasi dan Landasan Hukum Larangan Ekspor Mineral Mentah

Pemerintah Indonesia secara tegas menghentikan ekspor mineral mentah sebagai bagian dari strategi hilirisasi. Landasan hukum utama kebijakan ini adalah Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba), yang mengamanatkan pengolahan dan pemurnian produk tambang di dalam negeri. Untuk memperkuat implementasi UU, pemerintah juga menerbitkan peraturan pendukung seperti Peraturan Pemerintah No. 96 Tahun 2021 dan Peraturan Menteri ESDM No. 11 Tahun 2023. Regulasi ini memberikan dasar hukum yang kuat bagi larangan ekspor yang dimulai pada Juni 2023 untuk bauksit dan mineral lainnya, dengan pengecualian bagi perusahaan yang telah menunjukkan kemajuan pembangunan smelter di atas 50%.

Progres dan Tantangan Pembangunan Smelter

Perkembangan proyek smelter bervariasi di setiap sektor. Sektor nikel telah menjadi studi kasus keberhasilan, di mana pembangunan smelter telah mendorong peningkatan nilai ekspor secara signifikan dan menciptakan lapangan kerja.

Namun, sektor lain menghadapi tantangan yang lebih besar. Untuk bauksit, dari 12 proyek smelter yang ada, hanya 4 yang telah selesai dibangun dan beroperasi, termasuk PT Indonesia Chemical Alumina dan PT Well Harvest Winning Alumina Refinery. Delapan proyek lainnya masih dalam tahap konstruksi dengan kemajuan yang berbeda-beda, dari 23% hingga 65%. Proyek utama seperti Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, yang merupakan kerja sama antara Inalum dan Antam, sedang dalam proses ekspansi dengan target operasi pada tahun 2028.

Untuk tembaga, proyek smelter Manyar milik PT Freeport Indonesia, yang dirancang untuk mengolah 1,7 juta metrik ton konsentrat per tahun, telah mencapai 90% penyelesaian per Desember 2023. Relaksasi ekspor konsentrat tembaga PTFI berakhir pada September 2025, yang menunjukkan pemerintah terus memantau kemajuan pembangunan sebelum menghentikan sepenuhnya ekspor bahan mentah.

Tantangan ini menyoroti adanya kesenjangan antara ambisi kebijakan dan realitas kapabilitas industri. Pembangunan smelter membutuhkan investasi yang masif dan waktu yang panjang, serta kesiapan infrastruktur energi, SDM, dan logistik yang memadai. Lambatnya perkembangan beberapa proyek smelter bauksit menunjukkan bahwa target pemerintah tidak selalu dapat diimbangi oleh realisasi di lapangan. Dilema ini menimbulkan pertanyaan tentang keberlanjutan kebijakan jangka panjang. Pemerintah perlu menyeimbangkan ketegasan regulasi dengan fleksibilitas yang diperlukan untuk mengatasi kendala-kendala praktis yang dihadapi oleh investor, agar laju industrialisasi tidak terhambat.

Tabel 4.1: Perkembangan Smelter Mineral Kunci di Indonesia

Mineral Nama Proyek/Perusahaan Lokasi Status Progres Pembangunan (%)
Bauksit PT Indonesia Chemical Alumina (ICA) Tayan, Kalbar Beroperasi
Bauksit PT Well Harvest Winning Alumina Refinery Ketapang, Kalbar Beroperasi
Bauksit PT Borneo Alumina Indonesia Mempawah, Kalbar Konstruksi 23,67%
Bauksit PT Sumber Bumi Marau Ketapang, Kalbar Konstruksi 50,05%
Bauksit PT Quality Sukses Sejahtera Sanggau, Kalbar Konstruksi 65,65%
Tembaga Smelter Manyar, PT Freeport Indonesia Gresik, Jatim Konstruksi 90% per Desember 2023

Tantangan Lingkungan: Reklamasi dan Risiko Pencemaran

Aktivitas pertambangan menimbulkan dilema antara keuntungan ekonomi dan kerugian lingkungan serta sosial. Kerusakan lingkungan yang sering terjadi meliputi degradasi ekosistem, erosi tanah, perubahan aliran sungai, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Salah satu isu paling mencolok adalah bahaya lubang bekas tambang yang tidak direklamasi, yang seringkali menelan korban jiwa. Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) mencatat setidaknya 24 korban meninggal akibat jatuh ke lubang tambang bekas, dengan korban mayoritas anak-anak. Contoh spesifik terjadi di Kalimantan, di mana lubang tambang maut telah merenggut nyawa.

Selain itu, pembangunan smelter dan aktivitas pertambangan secara umum juga menimbulkan risiko pencemaran. Di Sulawesi, dilaporkan bahwa sungai, danau, dan laut tercemar limbah dan logam berat, termasuk kromium heksavalen, akibat kegiatan penambangan dan peleburan nikel.

Konflik Sosial dan Hak Masyarakat Lokal

Aktivitas pertambangan sering kali menjadi pemicu konflik sosial. Konflik dapat timbul akibat berbagai faktor, seperti ingkar janji, provokasi dari pihak luar, dan respons negatif dari pemerintah. Di beberapa daerah, masyarakat merasa bahwa kompensasi yang mereka terima tidak sebanding dengan dampak negatif yang ditimbulkan, seperti kerusakan jalan dan polusi debu yang mengganggu kesehatan.

Fenomena ini juga terlihat dalam konteks hilirisasi nikel di Sulawesi. Meskipun investasi masif telah masuk, tingkat kemiskinan di provinsi tersebut tetap tinggi. Selain itu, ada ketidakseimbangan antara jumlah tenaga kerja lokal dan tenaga kerja asing, yang dapat memicu ketegangan sosial. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi makro yang didorong oleh hilirisasi tidak secara otomatis diterjemahkan menjadi kesejahteraan dan keadilan sosial di tingkat lokal.

Dinamika Pasar Global: Prospek Nikel di Tengah Munculnya Baterai LFP

Strategi hilirisasi nikel Indonesia sangat bergantung pada permintaan global akan baterai berbasis nikel, terutama untuk kendaraan listrik (EV). Namun, terdapat pergeseran signifikan di pasar global yang berpotensi menjadi risiko strategis jangka panjang. Perdebatan antara teknologi baterai nikel dan baterai Lithium Ferro Phosphate (LFP) semakin mengemuka.

Secara teknis, baterai berbasis nikel (seperti nikel-mangan-kobalt/NMC) memiliki keunggulan kepadatan energi yang lebih tinggi (220 Wh/kg) dibandingkan LFP (120 Wh/kg). Namun, baterai LFP menawarkan siklus hidup pengisian yang jauh lebih lama (3.000 hingga 6.000 kali) dan dianggap lebih aman karena kurang rentan terhadap panas berlebih.

Dari sisi tren pasar, penggunaan baterai LFP telah mengalami peningkatan signifikan, dengan pangsa pasar global naik dari 7% pada tahun 2018 menjadi 27% pada tahun 2022. Mayoritas EV yang diproduksi di China, pasar EV terbesar di dunia, menggunakan baterai LFP. Meskipun baterai nikel masih mendominasi pasar global secara keseluruhan, pertumbuhan pesat LFP berpotensi menggerus prospek jangka panjang investasi smelter nikel Indonesia jika permintaan LFP terus meningkat. Ketergantungan pada satu jenis teknologi baterai menempatkan investasi masif Indonesia pada risiko strategis, di mana aset-aset yang dibangun bisa menjadi kurang relevan di masa depan.

Kesimpulan

Indonesia memiliki potensi geologis yang tak terbantahkan, memposisikannya sebagai pemain kunci dalam transisi energi global. Kebijakan hilirisasi telah terbukti efektif dalam meningkatkan nilai tambah ekonomi dan investasi, dengan sektor nikel menjadi studi kasus keberhasilan yang luar biasa. Namun, keberhasilan ini diiringi oleh tantangan yang kompleks dan multidimensi. Terdapat kesenjangan dalam implementasi kebijakan, khususnya pada pembangunan smelter bauksit, serta risiko strategis dari dinamika pasar global yang bergeser. Selain itu, masalah lingkungan dan sosial yang tidak terpecahkan dapat mengikis legitimasi dan keberlanjutan sektor pertambangan di mata masyarakat.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, laporan ini merekomendasikan langkah-langkah strategis berikut untuk mengoptimalkan potensi pertambangan Indonesia secara berkelanjutan:

  1. Optimalisasi Kebijakan Hilirisasi: Pemerintah perlu mengatasi kendala perizinan dan investasi pada pembangunan smelter, terutama untuk bauksit dan tembaga, melalui pemberian insentif fiskal yang lebih terstruktur dan penyederhanaan birokrasi. Pengawasan yang lebih ketat dan transparan terhadap verifikasi progres pembangunan juga harus ditingkatkan untuk memastikan akuntabilitas.
  2. Mitigasi Risiko Pasar Global: Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan satu jenis teknologi baterai. Diperlukan penelitian dan pengembangan yang lebih intensif untuk diversifikasi produk turunan nikel, tidak terbatas pada baterai NMC, tetapi juga mencakup produk yang relevan dengan tren masa depan seperti prekursor untuk baterai LFP atau daur ulang baterai.
  3. Penguatan Keberlanjutan dan Keadilan Sosial: Menerapkan regulasi yang lebih ketat dan pengawasan yang efektif untuk reklamasi lahan dan pengolahan limbah. Perluasan partisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan dan alokasi manfaat dari aktivitas pertambangan sangat krusial untuk meminimalkan konflik. Sebagian dari pendapatan negara yang meningkat dari hilirisasi harus dialokasikan secara transparan untuk program pembangunan sosial dan ekonomi di daerah penghasil mineral.

Proyeksi jangka panjang menegaskan posisi Indonesia sebagai pemain kunci di masa depan transisi energi global. Namun, keberhasilan sejati akan diukur bukan hanya dari angka-angka ekonomi, melainkan juga dari kemampuan negara untuk memastikan bahwa kekayaan alamnya dikelola secara bijaksana, berkelanjutan, dan memberikan manfaat yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.

 

Daftar Pustaka :

  1. Indonesia Tegas Tolak Desakan AS! Ekspor Mineral Mentah Tetap …, accessed September 4, 2025, https://industri.kontan.co.id/news/indonesia-tegas-tolak-desakan-as-ekspor-mineral-mentah-tetap-dilarang
  2. 22 Mineral Strategis Ditetapkan: Poin Penting Implikasi Hilirisasi …, accessed September 4, 2025, https://kadin.id/analisa/22-mineral-strategis-ditetapkan-poin-penting-implikasi-hilirisasi-mineral/
  3. POTENSI CADANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI INDONESIA DAN DUNIA – INTAN Jurnal Penelitian Tambang, accessed September 4, 2025, https://www.jurnal-intan.ac.id/index.php/intan/article/download/7/4
  4. POTENSI CADANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI INDONESIA DAN DUNIA – INTAN Jurnal Penelitian Tambang, accessed September 4, 2025, https://jurnal-intan.ac.id/index.php/intan/article/download/7/4/4
  5. Indonesia memiliki sumber daya logam nikel sebanyak 140,3, accessed September 4, 2025, https://sultra.bpk.go.id/wp-content/uploads/2024/11/6.58.-Sulawesi-Tenggara-Provinsi-Paling-Kaya-Nikel-di-Indonesia.pdf
  6. The Mineral Industry of Indonesia in 2023 – USGS Publications …, accessed September 4, 2025, https://pubs.usgs.gov/myb/vol3/2023/myb3-2023-indonesia.pdf
  7. 4 Daerah Penghasil Bauksit di Indonesia – Halaman all – Tribun …, accessed September 4, 2025, https://makassar.tribunnews.com/2021/06/30/4-daerah-penghasil-bauksit-di-indonesia?page=all
  8. Potensi Indonesia Jadi Raja Aluminium Dunia Mampu Produksi 2 Juta Ton Alumina, accessed September 4, 2025, https://industri.kontan.co.id/news/potensi-indonesia-jadi-raja-aluminium-dunia-mampu-produksi-2-juta-ton-alumina
  9. Daftar Daerah Penghasil Bauksit di Indonesia Terbesar – Kompas Money, accessed September 4, 2025, https://money.kompas.com/read/2022/12/24/131842226/daftar-daerah-penghasil-bauksit-di-indonesia-terbesar
  10. Melihat Lebih Dekat Kegiatan Penambangan PT Antam UBP Bauksit Tayan – ESDM, accessed September 4, 2025, https://www.esdm.go.id/en/media-center/news-archives/melihat-lebih-dekat-kegiatan-penambangan-pt-antam-ubp-bauksit-tayan
  11. Melacak Perkembangan Smelter Bauksit di Indonesia – Sucofindo, accessed September 4, 2025, https://www.sucofindo.co.id/artikel-1/smelter-bauksit/
  12. Ekspor Konsentrat Tembaga Masuki Masa Tenggat, Freeport Tunggu Hasil Evaluasi ESDM, accessed September 4, 2025, https://industri.kontan.co.id/news/ekspor-konsentrat-tembaga-masuki-masa-tenggat-freeport-tunggu-hasil-evaluasi-esdm
  13. Daftar Daerah Penghasil Timah Terbesar di Indonesia – CNN Indonesia, accessed September 4, 2025, https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20240404081423-85-1082616/daftar-daerah-penghasil-timah-terbesar-di-indonesia
  14. Indonesia Menuju Kedaulatan Mineral Kritis, accessed September 4, 2025, https://indonesia.go.id/kategori/editorial/8718/indonesia-menuju-kedaulatan-mineral-kritis?lang=1
  15. Kementerian ESDM Sebut Cadangan Batubara Indonesia Tembus 31,9 Miliar Ton, accessed September 4, 2025, https://industri.kontan.co.id/news/kementerian-esdm-sebut-cadangan-batubara-indonesia-tembus-319-miliar-ton-1
  16. Indonesia’s 2024 coal output hits record high – MINING.COM, accessed September 4, 2025, https://www.mining.com/web/indonesias-2024-coal-output-hits-record-high/
  17. 15 Potensi Sumber Daya Tambang di Indonesia & Persebarannya – Tirto.id, accessed September 4, 2025, https://tirto.id/potensi-sumber-daya-tambang-di-indonesia-dan-wilayah-persebaran-tambang-gtzG
  18. Daerah Penghasil Tembaga Terbesar di Indonesia | kumparan.com, accessed September 4, 2025, https://kumparan.com/berita-bisnis/daerah-penghasil-tembaga-terbesar-di-indonesia-1zq3rvfxYHS
  19. Dampak Positif Hilirisasi Industri bagi Penanaman … – DPMPTSP, accessed September 4, 2025, https://dpmptsp.babelprov.go.id/content/dampak-positif-hilirisasi-industri-bagi-penanaman-modal-di-indonesia
  20. PDB Indonesia Dari Pertambangan | 2010-2025 Data | 2026-2027 Perkiraan, accessed September 4, 2025, https://id.tradingeconomics.com/indonesia/gdp-from-mining
  21. Menteri ESDM Hentikan Ekspor Mineral Mentah per 10 Juni 2023, accessed September 4, 2025, https://menpan.go.id/site/berita-terkini/berita-daerah/menteri-esdm-hentikan-ekspor-mineral-mentah-per-10-juni-2023
  22. Smelter Nikel, Bauksit Dan Tembaga Dongkrak Pendapatan Negara Rp158 Triliun Selama 8 Tahun – IndoPremier, accessed September 4, 2025, https://www.indopremier.com/ipotnews/newsDetail.php?jdl=Smelter_Nikel__Bauksit_Dan_Tembaga_Dongkrak_Pendapatan_Negara_Rp158_Triliun_Selama_8_Tahun&news_id=185338&group_news=IPOTNEWS&news_date=&taging_subtype=LOGAMDANSEJENISNYA&name=&search=y_general&q=bauksit,%20tembaga,%20nikel&halaman=1
  23. Inalum Pepet Danantara Danai Rp71 T Ekspansi Proyek Hilirisasi Bauksit – CNN Indonesia, accessed September 4, 2025, https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20250619055747-85-1241295/inalum-pepet-danantara-danai-rp71-t-ekspansi-proyek-hilirisasi-bauksit
  24. MIND ID Perkuat Hilirisasi Bauksit Menuju Aluminium Bernilai Tambah dan Berkelanjutan, accessed September 4, 2025, https://swa.co.id/read/463261/mind-id-perkuat-hilirisasi-bauksit-menuju-aluminium-bernilai-tambah-dan-berkelanjutan
  25. MASALAH KONFLIK PERTAMBANGAN DI INDONESIA MINING …, accessed September 4, 2025, https://jurnal.unpad.ac.id/jkrk/article/download/53283/22247
  26. Tantangan Keberlanjutan dalam Pertambangan Pasir Di Indonesia – Widya Robotics, accessed September 4, 2025, https://widya.ai/tantangan-keberlanjutan-dalam-pertambangan-pasir-di-indonesia/
  27. 2 ABG Tewas di Bekas Lubang Tambang Kaltim yang Disulap Jadi Objek Wisata, accessed September 4, 2025, https://news.detik.com/berita/d-5163664/2-abg-tewas-di-bekas-lubang-tambang-kaltim-yang-disulap-jadi-objek-wisata
  28. Lubang Pasca Tambang, Destinasi Maut Warga Kalsel – WALHI | Kalimantan Selatan, accessed September 4, 2025, https://walhikalsel.or.id/lubang-pasca-tambang-destinasi-maut-warga-kalsel/
  29. Aliansi Sulawesi: Hilirisasi Nikel Cenderung Merugikan Ketimbang Menguntungkan, accessed September 4, 2025, https://www.voaindonesia.com/a/aliansi-sulawesi-hilirisasi-nikel-cenderung-merugikan-ketimbang-menguntungkan/7235316.html
  30. Perlawanan terhadap pertambangan di Sulawesi – Selamatkan Hutan Hujan, accessed September 4, 2025, https://www.hutanhujan.org/proyek/11909/perlawanan-terhadap-pertambangan-di-sulawesi
  31. Lebih Unggul Mana Antara Baterai Nikel vs LFP? — Bibit, accessed September 4, 2025, https://artikel.bibit.id/investasi1/lebih-unggul-mana-baterai-nikel-vs-lfp-ini-jawabannya
  32. LFP Akan Menggerus Prospek Baterai Berbasis Nikel? – PT. Trimegah Bangun Persada., accessed September 4, 2025, https://tbpnickel.com/id/media/kabar-obi/highlight/will-lfp-undermine-the-prospects-of-nickel-based-batteries
  33. Baterai LFP vs Nikel, Manakah yang Lebih Baik? – Future Skills, accessed September 4, 2025, https://futureskills.id/blog/baterai-lfp-vs-nikel-manakah-yang-lebih-baik/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

+ 49 = 55
Powered by MathCaptcha