Ibadah haji, sebagai rukun Islam kelima, adalah salah satu ritual keagamaan tertua dan terbesar di dunia. Setiap tahun, jutaan umat Islam dari seluruh penjuru dunia berkumpul di Makkah dan Madinah untuk menunaikan ibadah ini. Lebih dari sekadar perjalanan spiritual, haji adalah sebuah fenomena global yang kompleks dengan dimensi demografi, ekonomi, sosial, dan politik yang saling terkait. Laporan ini bertujuan untuk mengulas secara mendalam dinamika pelaksanaan haji, dengan fokus pada data terkini dan analisis bernuansa. Laporan ini akan mengupas tiga pilar utama: jumlah jemaah haji, pendapatan yang dihasilkan, dan kondisi pelaksanaannya. Analisis kondisi akan meluas ke aspek infrastruktur, manajemen, keselamatan, serta dampak sosial dan diplomasi. Laporan ini disusun berdasarkan sintesis data dan informasi dari berbagai sumber, termasuk laporan media, jurnal akademis, laporan pemerintah, dan dokumen resmi. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dan analitis, untuk menyajikan gambaran yang holistik dan kredibel.

Lanskap Demografi Jemaah Haji Global

Tren dan Statistik Jemaah Haji Terkini (2024-2025)

Pelaksanaan ibadah haji menunjukkan tren pemulihan signifikan pasca-pandemi COVID-19, dengan jumlah jemaah kembali mendekati angka pra-pandemi. Pada tahun 2024, total jemaah haji mencapai 1,8 juta jiwa. Angka ini sedikit berfluktuasi pada tahun berikutnya, di mana pada tahun 2025 tercatat total 1.673.230 jemaah yang melaksanakan ibadah haji. Perbedaan data antara tahun 2024 dan 2025 ini mencerminkan dinamika yang mungkin disebabkan oleh penyesuaian kuota, perbedaan waktu pencatatan data oleh otoritas, atau faktor logistik lainnya. Meskipun ada sedikit penurunan dari 2024 ke 2025, angka-angka ini tetap sangat besar dan menandakan kembalinya haji ke skala besar. Hal ini juga menyoroti tantangan manajemen massa yang sangat besar bagi otoritas Arab Saudi.

Perincian lebih lanjut menunjukkan bahwa pada tahun 2025, 1.506.576 jemaah berasal dari luar Kerajaan Arab Saudi, sementara 166.654 jemaah adalah domestik, termasuk warga negara dan penduduk Arab Saudi. Komposisi berdasarkan jenis kelamin juga menunjukkan dominasi jemaah laki-laki, dengan perbandingan 958.137 jemaah laki-laki (52%) dan 875.027 jemaah perempuan (48%) pada tahun 2024. Data tahun 2025 mencatat 877.841 jemaah laki-laki dan 795.389 jemaah perempuan dari total jemaah domestik dan internasional.

Sebaran Jemaah Berdasarkan Kawasan dan Negara

Jemaah haji global menunjukkan sebaran yang tidak merata, dengan dominasi yang sangat jelas dari benua Asia. Berdasarkan data tahun 2024, jemaah yang berasal dari kawasan Asia mencapai 63,3% dari total keseluruhan jemaah. Sementara itu, jemaah dari negara-negara Arab menyumbang 22,3%, jemaah dari kawasan Afrika 11,3%, dan sisanya sebesar 3,2% berasal dari Eropa, Amerika, Amerika Latin, dan Australia.

Dalam konteks ini, Indonesia secara konsisten memegang posisi sebagai negara pengirim jemaah haji terbesar di dunia. Kuota jemaah haji Indonesia pada tahun 2024 mencapai 241.000 jiwa, dan kuota untuk tahun 2025 adalah 221.000 jiwa. Penurunan kuota pada 2025 dibandingkan 2024 ini kemungkinan adalah bagian dari penyesuaian tahunan dan masih menempatkan Indonesia di posisi teratas. Selain Indonesia, negara-negara lain yang memiliki kuota besar termasuk Pakistan, India, Bangladesh, dan Nigeria. Dominasi jemaah dari Asia, terutama dari negara-negara dengan populasi Muslim yang sangat besar, memiliki implikasi geopolitik dan logistik yang signifikan. Hal ini menjelaskan mengapa kebijakan dan inovasi yang diterapkan oleh Arab Saudi sering kali berfokus pada kebutuhan jemaah Asia. Sebagai contoh, rencana pembangunan “Kampung Haji” khusus untuk jemaah Indonesia di Makkah  adalah respons langsung terhadap permintaan dari negara pengirim terbesar. Ini menunjukkan bahwa hubungan bilateral yang kuat, seperti antara Arab Saudi dan Indonesia, menjadi kunci keberlanjutan dan kesuksesan penyelenggaraan haji.

Perincian jalur kedatangan jemaah juga memberikan gambaran penting mengenai logistik haji modern. Pada tahun 2024, mayoritas jemaah hadir melalui jalur udara, dengan total 1.546.345 jemaah. Jumlah ini jauh melebihi jemaah yang datang melalui jalur darat (60.251 jemaah) dan laut (4.714 jemaah). Data tahun 2025 juga mengonfirmasi hal serupa, dengan 1.435.017 jemaah asing tiba melalui udara, 66.465 melalui darat, dan 5.094 melalui laut. Ketergantungan pada transportasi udara ini menjadi dasar untuk analisis di bab selanjutnya mengenai pentingnya manajemen transportasi dan infrastruktur yang efisien. Untuk memvisualisasikan data ini secara lebih jelas, berikut adalah perbandingan kuota jemaah haji dari lima negara pengirim terbesar.

Tabel 1.1: Perbandingan Kuota Jemaah Haji 5 Negara Terbesar (2022-2025)

Negara Kuota 2022 Kuota 2023 Kuota 2024 Kuota 2025
Indonesia 100.051 221.000 241.000 221.000
Pakistan 81.132 180.000 179.210 180.000
India 79.237 175.025 175.025 175.000
Bangladesh 57.585 127.198 127.298 127.000
Nigeria 43.008 95.000 87.000 95.000
         

Mesin Ekonomi Haji: Pendapatan dan Kontribusi Lintas Batas

Analisis Pendapatan Haji bagi Kerajaan Arab Saudi

Ibadah haji dan umrah tidak hanya merupakan ritual spiritual tetapi juga salah satu sektor ekonomi terpenting di Arab Saudi. Pariwisata religi, yang mencakup haji dan umrah, menyumbang sekitar 7% dari total PDB non-migas negara tersebut. Ini menunjukkan bahwa Arab Saudi, dalam upaya diversifikasi ekonominya, menempatkan sektor ini sebagai pilar utama. Secara rata-rata, pelaksanaan haji menghasilkan pendapatan bagi Arab Saudi sebesar USD 10 miliar hingga USD 15 miliar per tahun. Pendapatan ini menjadi bagian pendapatan pemerintah terbesar kedua, hanya di belakang penjualan hidrokarbon. Selain haji, ibadah umrah, yang dapat dilakukan kapan saja di luar musim haji, juga menambah pendapatan negara sebesar USD 4 miliar hingga USD 5 miliar dari sekitar 8 juta jemaah.

Ketergantungan ekonomi Arab Saudi pada pendapatan haji dan umrah adalah manifestasi konkret dari Visi 2030 mereka. Ketergantungan historis pada hidrokarbon membuat ekonomi negara ini rentan terhadap fluktuasi harga minyak global. Meningkatkan sektor layanan, terutama pariwisata religi, adalah strategi yang cerdas untuk mengurangi risiko ekonomi dan menciptakan sumber pendapatan yang lebih stabil. Setiap inovasi dalam manajemen haji, mulai dari visa digital hingga pembangunan infrastruktur canggih seperti kereta cepat, tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan jemaah, tetapi juga untuk meningkatkan efisiensi operasional dan, pada akhirnya, memaksimalkan pendapatan. Dengan demikian, spiritualitas dan ekonomi berjalan beriringan dalam kebijakan haji Arab Saudi.

Peran Haji dan Umrah dalam Visi Saudi 2030

Visi Saudi 2030 adalah peta jalan ambisius yang berupaya mereformasi ekonomi Arab Saudi dari yang semula berbasis minyak dan gas menjadi berbasis industri dan jasa. Dalam visi ini, pengembangan fasilitas dan layanan haji dan umrah menjadi prioritas utama. Program ini menargetkan peningkatan jumlah jemaah haji hingga 30 juta jiwa pada tahun 2030, meskipun target yang lebih spesifik dari Program Pengalaman Jemaah (Pilgrim Experience Program) adalah menampung 15 juta jemaah umrah internasional setiap tahunnya pada 2025. Proyeksi pendapatan dari sektor ini diperkirakan mencapai USD 13,32 miliar hanya dari haji dan lebih dari USD 52 miliar jika digabungkan dengan umrah pada tahun 2030.

Untuk mencapai tujuan ini, pemerintah Arab Saudi, melalui Pilgrim Experience Program, telah melakukan berbagai inisiatif strategis, termasuk menyediakan fasilitas kelas dunia, meningkatkan infrastruktur, dan mendigitalisasi layanan untuk memastikan pengalaman spiritual yang tak terlupakan. Ambisi ini menunjukkan secara jelas peluang ekonomi yang sangat besar dari haji dan umrah. Peningkatan ini juga tidak bisa dicapai tanpa dukungan dari sektor swasta, yang dipercaya dapat mengangkat status Kerajaan sebagai tujuan wisata Islami dan budaya modern.

Tabel 2.1: Proyeksi Target dan Kontribusi Ekonomi Haji & Umrah dalam Visi Saudi 2030

Indikator Target 2025 Proyeksi Target 2030
Jemaah Umrah Internasional 15 Juta Lebih dari 15 Juta
Jemaah Haji 30 Juta
Pendapatan dari Haji USD 13,32 Miliar
Pendapatan dari Umrah Lebih dari USD 52 Miliar
Kontribusi PDB Non-Migas 7%
     

Studi Kasus Ekonomi Haji bagi Negara Pengirim (Indonesia)

Dampak ekonomi haji bersifat bi-directional. Selain mendatangkan pendapatan besar bagi Arab Saudi, ibadah haji juga menggerakkan roda ekonomi di negara-negara pengirim, dengan Indonesia sebagai studi kasus utama. Biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) yang dibayarkan oleh jemaah Indonesia sangatlah besar, mencapai triliunan rupiah per tahun. Sebagai ilustrasi, pada tahun 2023, dengan rata-rata biaya haji sekitar Rp40 juta dan kuota 221.000 jemaah, total pengeluaran mencapai sekitar Rp8,84 triliun.

Pengeluaran ini tidak sepenuhnya mengalir ke Arab Saudi. Sebagian besar dana tetap berputar di dalam negeri melalui persiapan, logistik, dan layanan terkait. Sektor-sektor seperti agen perjalanan haji dan umrah, penjual perlengkapan haji, serta akomodasi di kota-kota embarkasi mengalami peningkatan penjualan yang signifikan selama musim haji. Industri ritel, misalnya, mengalami peningkatan penjualan sebesar 15-20% menjelang musim haji, didorong oleh pembelian pakaian ihram dan oleh-oleh. Selain itu, pengelolaan dana setoran awal jemaah haji yang dilakukan oleh Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) dan diinvestasikan dalam instrumen syariah juga memberikan manfaat ekonomi bagi Indonesia.

Haji juga berfungsi sebagai alat diplomasi ekonomi. Sebagai negara pengirim jemaah terbesar, Indonesia memanfaatkan posisinya untuk menyediakan produk-produk UMKM lokal kepada jemaahnya di Arab Saudi, yang berpotensi meningkatkan volume ekspor dan pendapatan bagi UMKM di dalam negeri. Fenomena ini menggarisbawahi bagaimana haji, sebagai ritual global, menciptakan hubungan ekonomi yang kompleks dan saling menguntungkan. Negara pengirim jemaah memiliki kepentingan ekonomi langsung dalam penyelenggaraan haji, yang membuat mereka menjadi mitra strategis bagi Arab Saudi.

Transformasi dan Tantangan dalam Kondisi Pelaksanaan Haji

Modernisasi Infrastruktur dan Manajemen Jemaah

Peningkatan jumlah jemaah haji yang drastis dalam lima dekade terakhir, dari 200.000 menjadi jutaan, telah memaksa Arab Saudi untuk melakukan transformasi besar-besaran dalam infrastruktur dan manajemen jemaah. Respons utama dari pemerintah adalah meluncurkan Program Peningkatan Pengalaman Jemaah (Pilgrim Experience Program – PEP) pada tahun 2019 sebagai bagian dari Visi Saudi 2030. Program ini mencakup digitalisasi layanan, seperti penyediaan e-visa bagi jemaah asing, serta peningkatan infrastruktur dan pengalaman budaya yang imersif.

Salah satu inovasi infrastruktur paling signifikan adalah Kereta Cepat Haramain (HHR). Jalur kereta sepanjang 450 km ini menghubungkan Makkah, Madinah, dan Jeddah, dengan kecepatan hingga 300 km/jam, secara signifikan memangkas waktu tempuh dan meningkatkan efisiensi pergerakan jemaah. Selain itu, pemerintah juga meluncurkan inisiatif terbaru seperti “Taksi Makkah” pada tahun 2025, yang beroperasi 24/7 dan didukung oleh 1.800 armada pada akhir tahun, untuk memastikan ketersediaan transportasi yang memadai, terutama di sekitar Masjidil Haram.

Manajemen logistik juga menjadi kunci. Inovasi termasuk peluncuran 60 unit bus baru oleh BPKH Limited untuk layanan jemaah haji dan umrah. Inisiatif kolaborasi bilateral juga semakin penting, seperti rencana pemerintah Indonesia untuk membangun “Kampung Haji” di Makkah untuk melayani jemaah Indonesia secara terpadu. Proyek ini, yang dipimpin oleh Danantara, menunjukkan adanya kemitraan strategis yang menggabungkan kepentingan layanan jemaah dengan potensi komersial. Investasi dalam infrastruktur ini bukan hanya tentang kenyamanan; ini adalah prasyarat untuk keberlanjutan. Tanpa infrastruktur yang memadai, peningkatan jumlah jemaah akan menimbulkan masalah keselamatan dan kelancaran yang serius.

Aspek Keselamatan dan Mitigasi Risiko

Sejarah pelaksanaan haji diwarnai oleh berbagai insiden tragis, termasuk desak-desakan, kebakaran tenda, dan kecelakaan transportasi. Insiden-insiden ini menjadi pendorong utama bagi Arab Saudi untuk berinvestasi besar-besaran dalam manajemen keselamatan. Salah satu strategi mitigasi modern yang paling berhasil adalah skema murur di Muzdalifah, yang diterapkan pada haji 2024 dan terbukti efektif mengurangi kepadatan yang berpotensi membahayakan. Dalam skema ini, jemaah tetap berada di dalam bus saat melintasi Muzdalifah dan langsung dibawa menuju Mina, sehingga tidak ada penumpukan di area yang terbatas.

Strategi keselamatan telah berevolusi dari reaktif menjadi proaktif. Perbaikan lain termasuk penggunaan tenda tahan api sebagai respons terhadap kebakaran di masa lalu 1dan penggunaan teknologi untuk kontrol kerumunan. Selain itu, ada fokus khusus pada penanganan jemaah berisiko tinggi, yang didefinisikan sebagai jemaah berusia di atas 50 tahun atau yang memiliki riwayat penyakit kronis seperti diabetes atau hipertensi. Untuk jemaah ini, diterapkan prinsip istitha’ah kesehatan dan skema tanazaul (pemulangan lebih awal) bagi yang sakit atau lansia. Laporan menunjukkan bahwa haji 2025 “berakhir tanpa sebarang insiden” , sebuah bukti efektivitas dari strategi mitigasi yang diterapkan. Meskipun demikian, tantangan tetap ada, seperti masalah penggunaan visa haji ilegal, yang harus diantisipasi untuk penyelenggaraan haji mendatang.

Dinamika Sosial dan Peran Diplomasi

Haji dan umrah adalah platform diplomasi publik yang krusial bagi Arab Saudi, memungkinkan mereka membina hubungan dengan negara-negara Muslim di seluruh dunia. Interaksi antara jemaah dari berbagai negara juga menciptakan hubungan antar-masyarakat yang penting dalam diplomasi ekonomi. Arab Saudi secara strategis memanfaatkan haji untuk mempromosikan citranya sebagai penjaga dua masjid suci.

Di sisi lain, haji juga memiliki pengaruh sosial yang mendalam. Ritual haji menumbuhkan sikap egaliter dan persaudaraan yang sejati. Penggunaan pakaian ihram yang seragam, berkumpulnya jemaah di Arafah tanpa memandang status sosial, dan berbaurnya laki-laki dan perempuan saat tawaf adalah manifestasi nyata dari nilai-nilai kesetaraan. Ruang ideal haji ini di mana prinsip-prinsip Islam tentang persaudaraan dan kesetaraan diwujudkan secara utuh. Namun, realitas di luar itu menunjukkan adanya kesenjangan antara idealisme spiritual dan praktik sosial. Meskipun ritual haji memiliki potensi transformatif yang mendalam, dampak sosialnya setelah kembali ke negara asal menjadi tantangan tersendiri.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, pelaksanaan ibadah haji adalah sebuah ekosistem yang kompleks dan dinamis. Secara demografi, tren menunjukkan stabilisasi dan peningkatan jumlah jemaah pasca-pandemi, dengan dominasi yang jelas dari kawasan Asia. Secara ekonomi, haji adalah pilar vital dalam strategi diversifikasi ekonomi Arab Saudi (Visi 2030) dan memiliki dampak lintas batas yang signifikan, terutama bagi negara pengirim seperti Indonesia. Secara operasional, Arab Saudi telah melakukan transformasi besar-besaran, dari modernisasi infrastruktur hingga mitigasi risiko keselamatan, sebagai respons terhadap tantangan manajemen massa yang semakin besar.

Implikasi dan Rekomendasi

  • Bagi Arab Saudi: Agar dapat memenuhi target Visi 2030 dan menjaga reputasi sebagai penjaga dua masjid suci, Arab Saudi harus terus berinvestasi dalam infrastruktur dan teknologi. Kolaborasi bilateral dengan negara-negara pengirim jemaah, seperti yang ditunjukkan oleh proyek “Kampung Haji” dengan Indonesia, adalah model yang efektif dan harus diperkuat.
  • Bagi Indonesia: Pemerintah Indonesia perlu mengoptimalkan manfaat ekonomi dari haji, termasuk mempromosikan lebih banyak produk UMKM di Arab Saudi. Selain itu, manajemen risiko finansial, seperti penggunaan instrumen lindung nilai (hedging) terhadap fluktuasi nilai tukar, menjadi krusial untuk melindungi biaya haji jemaah dari ketidakpastian ekonomi global.

Melihat ke Depan

Prospek masa depan haji akan terus dibentuk oleh inovasi teknologi. Penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk manajemen kerumunan, teknologi IoT (Internet of Things) untuk logistik, dan layanan digital terintegrasi akan terus meningkatkan efisiensi dan keselamatan. Namun, tantangan seperti perubahan iklim, isu visa ilegal, dan dinamika geopolitik juga akan menjadi faktor kunci yang perlu diantisipasi. Dengan terus beradaptasi dan berinovasi, ibadah haji dapat terus menjadi salah satu pilar spiritual, ekonomi, dan sosial yang paling penting di dunia.

 

Daftar Pustaka :

  1. 1,8 Juta Jemaah Haji 2024, 63% dari Asia – Haji Kemenag, accessed on September 8, 2025, https://haji.kemenag.go.id/v5/detail/1-8-juta-jemaah-haji-2024-63-dari-asia-1
  2. Jamaah Haji Tahun Ini Mencapai 1.673.230 Jamaah – Minanews.net, accessed on September 8, 2025, https://minanews.net/jamaah-haji-tahun-ini-mencapai-1-673-230-jamaah/
  3. Indonesia Negara Pengirim Jamaah Haji Terbesar – NU Online, accessed on September 8, 2025, https://www.nu.or.id/fragmen/indonesia-negara-pengirim-jamaah-haji-terbesar-73eTV
  4. Daftar Negara Pengirim Jemaah Haji Terbanyak 2025, Indonesia Masih Nomor Satu, accessed on September 8, 2025, https://travel.detik.com/travel-news/d-7945947/daftar-negara-pengirim-jemaah-haji-terbanyak-2025-indonesia-masih-nomor-satu
  5. 5 Negara dengan Kuota Haji Terbanyak di Dunia, Indonesia Nomor Satu? – detikcom, accessed on September 8, 2025, https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7897768/5-negara-dengan-kuota-haji-terbanyak-di-dunia-indonesia-nomor-satu
  6. 5 Negara Ini Punya Kuota Haji Paling Banyak di Dunia, Indonesia Nomor Berapa?, accessed on September 8, 2025, https://www.insertlive.com/lifestyle/20250507121159-210-366372/5-negara-ini-punya-kuota-haji-paling-banyak-di-dunia-indonesia-nomor-berapa
  7. Danantara akan Memimpin Pembangunan Kampung Haji di Arab Saudi – Tempo.co, accessed on September 8, 2025, https://www.tempo.co/politik/danantara-akan-memimpin-pembangunan-kampung-haji-di-arab-saudi-2053144
  8. RI Bangun Kampung Haji di Mekah, Danantara Pegang Kendali – Warta Ekonomi, accessed on September 8, 2025, https://wartaekonomi.co.id/read577119/ri-bangun-kampung-haji-di-mekah-danantara-pegang-kendali
  9. JHI_Boosting Indonesia’s Economy Through Hajj … – Journal UMY, accessed on September 8, 2025, https://journal.umy.ac.id/index.php/jhi/article/download/20688/pdf/88774
  10. Berapa Pendapatan Arab Saudi dari Pelaksanaan Haji? Ternyata …, accessed on September 8, 2025, https://international.sindonews.com/read/1549171/43/berapa-pendapatan-arab-saudi-dari-pelaksanaan-haji-ternyata-tembus-rp2482-triliun-per-tahun-1743148986?showpage=all
  11. Saudi Vision 2030, accessed on September 8, 2025, https://www.vision2030.gov.sa/en
  12. Pilgrim Experience Program, accessed on September 8, 2025, https://www.vision2030.gov.sa/en/explore/programs/pilgrim-experience-program
  13. Manfaat Sosial Dan Ekonomi Ibadah Haji Untuk Indonesia – Validnews.id, accessed on September 8, 2025, https://validnews.id/opini/manfaat-sosial-dan-ekonomi-ibadah-haji-untuk-indonesia
  14. All you need to know about Saudi Arabia’s Haramain High-Speed Rail (HHR) – Gulf News, accessed on September 8, 2025, https://gulfnews.com/living-in-uae/transport/all-you-need-to-know-about-saudi-arabias-haramain-high-speed-rail-hhr-1.500224470
  15. Layanan Taksi Makkah Diluncurkan untuk Melayani Jemaah Haji 24/7 – Oase.id, accessed on September 8, 2025, https://m.oase.id/read/wgKa7w-layanan-taksi-makkah-diluncurkan-untuk-melayani-jemaah-haji-24-7
  16. BPKH Limited Luncurkan 60 Unit Bus Baru untuk Layanan Jemaah Haji dan Umrah, accessed on September 8, 2025, https://bpkh.go.id/bpkh-limited-luncurkan-60-unit-bus-baru-untuk-layanan-jemaah-haji-dan-umrah/
  17. on September 8, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Insiden_saat_Haji
  18. 40 Persen Jemaah Haji Beresiko Terserang Penyakit – Kementerian Agama RI, accessed on September 8, 2025, https://kemenag.go.id/read/40-persen-jemaah-haji-beresiko-terserang-penyakit-godx
  19. Berita |pesan-kesehatan-bagi-jemaah-haji-indonesia – Sekretariat Jenderal, accessed on September 8, 2025, https://setjen.kemkes.go.id/berita/detail/pesan-kesehatan-bagi-jemaah-haji-indonesia
  20. Ibadah haji 2025 berakhir tanpa sebarang insiden – Astro Awani, accessed on September 8, 2025, https://www.astroawani.com/berita-dunia/ibadah-haji-2025-berakhir-tanpa-sebarang-insiden-524461
  21. Haji dan Pengembangan Sikap Egaliter ( Kajian Sosiologi ), accessed on September 8, 2025, https://ejournal.aripafi.or.id/index.php/Moral/article/download/542/587/2940
  22. Haji dan Inklusivisme Islam | Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Website Resmi, accessed on September 8, 2025, https://uinjkt.ac.id/index.php/id/haji-dan-inklusivisme-islam
  23. Kesan Ibadah Haji terhadap Ekonomi – Dampak dan Dalil, accessed on September 8, 2025, https://masjidalkahfibunut.org/kesan-ibadah-haji-terhadap-ekonomi-dampak-dan-dalil/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

91 − 89 =
Powered by MathCaptcha