Budaya kuliner Kota Medan, yang berfungsi sebagai studi kasus yang ideal untuk memahami konsep keberagaman dan keterjangkauan pangan. Temuan utama menunjukkan bahwa budaya kuliner Medan adalah cerminan unik dari akulturasi etnis yang dinamis, didorong oleh peran sentral Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta pedagang kaki lima. Sektor ini secara signifikan berkontribusi pada ekonomi lokal dan menjadi magnet utama bagi pariwisata, yang dibuktikan dengan transaksi finansial yang substansial pada acara-acara kuliner.
Meskipun secara umum kuliner di Medan dinilai terjangkau, analisis menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara data harga bahan pokok yang stabil dengan realitas yang dihadapi pedagang kecil, yang sering kali harus menaikkan harga atau mengurangi porsi untuk menjaga keuntungan. Permasalahan ini berakar pada kerentanan rantai pasok dan biaya tidak langsung. Di sisi lain, Medan memiliki tantangan yang perlu diatasi, termasuk masalah kebersihan dan sanitasi di beberapa area kuliner, risiko gentrifikasi yang dapat meminggirkan pedagang tradisional, dan perlindungan resep-resep warisan.
Sebagai respons terhadap tantangan ini, laporan ini merekomendasikan strategi yang terfokus pada penguatan rantai pasok, peningkatan standar higiene melalui pelatihan, optimalisasi promosi digital, dan pengembangan ekosistem kuliner yang berkelanjutan. Dengan langkah-langkah strategis ini, Medan dapat memperkuat posisinya sebagai “The Kitchen of Asia” dan memastikan keberlanjutan warisan kulinernya di masa depan.
Pendahuluan: Kerangka Konseptual Budaya Kuliner
Definisi Budaya Makanan yang Beragam dan Terjangkau
Definisi budaya makanan yang beragam dan terjangkau tidak hanya bersifat deskriptif, tetapi juga berlandaskan pada kerangka regulasi dan sosiologis. Dari perspektif kebijakan, konsep ini mengacu pada amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, yang mewajibkan pemerintah untuk mewujudkan penganekaragaman konsumsi pangan dengan membudayakan pola konsumsi yang Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman.
Penganekaragaman pangan, dalam konteks ini, didefinisikan sebagai upaya peningkatan ketersediaan dan konsumsi makanan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada potensi sumber daya lokal.
- Beragam berarti mengonsumsi berbagai jenis makanan, baik hewani maupun nabati, sebagai sumber karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral. Konsumsi yang beragam ini penting untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan gizi yang berbeda dari setiap jenis makanan.
- Bergizi Seimbang mengacu pada konsumsi zat gizi makro dan mikro yang dibutuhkan tubuh dalam proporsi yang sesuai dengan panduan “Isi Piringku”.
- Aman mensyaratkan bahwa makanan harus bebas dari cemaran fisik, kimia, dan mikrobiologi, yang menegaskan pentingnya proses pengolahan dan penyimpanan yang higienis.
Konsep B2SA memberikan dasar ilmiah yang kuat untuk kesehatan publik dan menjadi tolok ukur formal. Namun, definisi ini konvergen dengan pemahaman sosiologis bahwa makanan adalah “ilustrasi dan rekognisi atas keberagaman”. Kuliner tidak hanya berfungsi sebagai sumber nutrisi, tetapi juga sebagai elemen budaya yang fundamental. Cita rasa yang dibudidayakan secara regional, seperti kecenderungan rasa manis di Jawa Tengah atau pedas dan asin di Jawa Timur, merupakan identitas dasar suatu daerah. Oleh karena itu, keberagaman kuliner dapat dianalisis sebagai manifestasi kebijakan pemerintah dalam mempromosikan pangan lokal sekaligus sebagai ekspresi otentik dari identitas etnis dan budaya yang berkembang.
Kuliner sebagai Identitas dan Rekognisi Budaya: Dari Filosofi hingga Cita Rasa
Lebih dari sekadar komoditas, makanan tradisional di Indonesia sering kali menyimpan nilai filosofis yang mendalam. Sebagai contoh, sayur lodeh memiliki makna simbolis untuk “menolak bala,” di mana bahan-bahan intinya seperti labu (waluh dalam bahasa Jawa) secara etimologis bermakna “membuang air mata” atau menjauhkan dari kesedihan. Fenomena ini menunjukkan bahwa hidangan bukanlah produk pasif, melainkan narasi budaya yang terwujud. Hal ini menimbulkan pertanyaan penting tentang sejauh mana makna-makna historis ini dipertahankan oleh generasi saat ini, terutama di tengah modernisasi industri kuliner. Mungkinkah hidangan ikonik seperti Soto Medan atau Arsik Ikan Mas tetap menjadi pembawa makna warisan, ataukah telah berevolusi menjadi sekadar komoditas ekonomi?
Penelitian ini memilih Kota Medan sebagai studi kasus yang komprehensif. Meskipun beberapa panduan wisata menggambarkannya sebagai kota yang “keras, abrasif, dan intens” dengan “infrastruktur yang runtuh” dan “reputasi suram”, secara ironis, kondisi ini telah memungkinkan Medan untuk tetap menjadi salah satu kota kuliner terbaik yang “belum sepenuhnya terekspos”. Potensi ini telah diakui oleh pemerintah kota dengan branding “The Kitchen of Asia” , yang menyoroti perpaduan unik antara stigmatisasi dan kekayaan kuliner yang tersembunyi.
Medan sebagai Mozaik Kuliner: Analisis Keberagaman Etnis dan Street Food
Akulturasi Etnis dalam Makanan Khas Medan
Medan dikenal sebagai kota dengan kekayaan budaya dan etnis yang luar biasa , yang tercermin secara langsung dalam keragaman kulinernya. Perpaduan etnis Melayu, Batak, Tionghoa, dan India telah menciptakan sebuah mozaik rasa yang unik. Makanan di Medan tidak hanya beragam dalam tampilan dan aroma, tetapi juga dalam cita rasanya yang khas.
Salah satu contoh paling menonjol adalah pengaruh kuliner Batak. Mie Gomak, yang dijuluki “spaghetti Batak,” adalah hidangan khas Batak Toba dan Batak Mandailing yang disajikan dengan kuah santan kental dan kaya rempah, termasuk andaliman yang memberikan rasa unik dan pedas. Demikian pula, Arsik Ikan Mas, hidangan Batak Toba, memiliki makna adat yang mendalam. Ikan mas yang digunakan harus disajikan utuh—dari kepala hingga ekor dengan sisiknya—dan dalam jumlah ganjil untuk melambangkan keutuhan hidup. Hidangan ini bahkan telah terdaftar sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Etnis Batak juga memiliki keju tradisional dari susu kerbau yang disebut Dali ni Horbo, yang dikenal akan cita rasanya yang gurih.
Pengaruh Melayu Deli terlihat pada hidangan seperti Anyang Pakis, yaitu sayuran pakis yang dicampur dengan kelapa parut dan rempah-rempah, serta Roti Jala yang disajikan dengan kuah kari. Sementara itu, kuliner Tionghoa telah menjadi bagian tak terpisahkan dari lanskap kuliner Medan, diwakili oleh hidangan-hidangan seperti Kari Bihun Tabona dan Bakmi Hock Seng, yang telah konsisten menjaga cita rasanya sejak tahun 1932.
Selain itu, banyak hidangan Medan yang telah menjadi simbol akulturasi. Soto Medan, meskipun awalnya dibuat oleh komunitas Batak, kini telah diadopsi secara luas dan menjadi salah satu kuliner paling populer dengan kuah santan kental dan rempah yang kuat. Demikian pula, Lontong Medan, meskipun serupa dengan lontong sayur di Pulau Jawa, memiliki cita rasa yang berbeda dan sulit dilupakan karena disajikan dengan Sayur Tauco.
“The Great Equalizer”: Peran Vital Street Food
Di balik reputasinya yang kurang menarik, Medan menyimpan rahasia kuliner yang luar biasa dalam bentuk street food atau jajanan kaki lima. Kekayaan kuliner ini tidak hanya tersedia di restoran, tetapi juga mudah diakses di pinggir jalan dan pasar malam. Pedagang kaki lima berfungsi sebagai “The Great Equalizer” , menyajikan hidangan otentik yang dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, tanpa memandang status ekonomi.
Berbagai varian jajanan kaki lima mencerminkan keragaman ini, mulai dari hidangan berat seperti Sate, Bakso, Nasi Goreng, dan Soto Tangkar hingga makanan manis seperti Pisang Cokelat, Kue Leker, dan Kue Putu Bambu. Keterjangkauan dan ketersediaan ini menjaga budaya kuliner tetap hidup dan inklusif.
Fakta bahwa Medan sering digambarkan dengan reputasi yang sulit dan infrastruktur yang tidak sempurna justru memiliki dampak yang tidak disengaja. Kondisi ini secara efektif melindungi lanskap kuliner otentiknya dari gentrifikasi yang berlebihan, yang sering kali menaikkan harga dan mengusir pedagang kecil di kota-kota lain. Lingkungan yang “keras” ini secara paradoks telah melahirkan ekosistem kuliner di mana kualitas dan cita rasa otentik menjadi prioritas utama, bukan sekadar daya tarik komersial.
Dinamika Ekonomi: Mengukur Keterjangkauan Kuliner
Analisis Biaya Hidup Pangan di Medan
Budaya kuliner Medan dikenal tidak hanya karena keberagamannya tetapi juga karena keterjangkauannya. Analisis biaya hidup menunjukkan bahwa makan di Medan, terutama di warung makan atau pedagang kaki lima, sangat terjangkau. Survei menunjukkan bahwa pengeluaran untuk makan per kapita dalam sebulan rata-rata sebesar Rp1.886.286. Estimasi biaya makan minimal per bulan untuk individu yang mengandalkan warung dan pedagang kaki lima adalah sekitar Rp 1.425.000, dengan asumsi makan tiga kali sehari. Perhitungan ini didasarkan pada harga rata-rata hidangan sehari-hari:
- Sarapan (misalnya Nasi Goreng atau Lontong Medan): sekitar Rp 10.000 – Rp 15.000.
- Makan Siang (misalnya Nasi Campur atau Nasi Padang): sekitar Rp 15.000 – Rp 20.000.
- Makan Malam (misalnya Mie Aceh atau Nasi Goreng): sekitar Rp 15.000 – Rp 20.000.
Dengan mengambil harga tengah, total biaya makan per hari diperkirakan sekitar Rp 47.500. Jika dikalikan 30 hari, totalnya mencapai Rp 1.425.000, sebuah angka yang menunjukkan bahwa memenuhi kebutuhan pangan dengan hidangan yang bervariasi dapat dilakukan dengan anggaran yang relatif ketat. Angka ini jauh lebih rendah daripada pengeluaran bulanan rata-rata per rumah tangga di Medan yang mencapai Rp 7.733.760, menunjukkan bahwa makanan adalah komponen yang dapat dikelola dengan efisien dalam anggaran harian.
Volatilitas Harga Bahan Baku dan Respons Pelaku Usaha
Meskipun biaya pangan secara umum terjangkau, pelaku usaha kuliner, terutama UMKM, menghadapi tantangan signifikan dari volatilitas harga bahan baku. Laporan harga rata-rata pangan dari pemerintah menunjukkan fluktuasi harian yang relatif kecil untuk komoditas seperti cabai, bawang, gula, dan daging. Data prediksi stok juga seringkali menunjukkan kondisi “SURPLUS”.
Namun, realitas di lapangan bagi pedagang kecil sering kali berbeda. Kenaikan harga bahan pokok, meskipun terkadang sporadis, memiliki dampak langsung dan parah pada marjin keuntungan mereka. Ketidaksesuaian antara data resmi yang stabil dan pengalaman pedagang dapat dijelaskan oleh beberapa faktor. Data pemerintah mungkin mencerminkan harga di tingkat distributor atau pasar grosir utama yang tidak selalu dapat diakses oleh pedagang kecil. Selain itu, kenaikan biaya tidak langsung seperti biaya pengiriman yang dipengaruhi oleh harga BBM turut menekan keuntungan, meskipun tidak tercermin dalam harga komoditas itu sendiri.
Respons umum UMKM terhadap kenaikan harga adalah dengan menaikkan harga jual, mengurangi volume penjualan, atau memperkecil ukuran porsi jajanan. Strategi ini sering kali memiliki dampak negatif karena konsumen merespons dengan mengurangi frekuensi pembelian atau mencari alternatif lain. Fenomena ini menciptakan lingkaran ekonomi yang menantang, di mana pedagang berjuang mempertahankan keuntungan dan konsumen menghadapi kompromi antara harga, ukuran, dan cita rasa.
Rantai Pasok Bahan Pangan: Tinjauan Kritis
Rantai pasok bahan pangan di Medan memiliki peran vital dalam menjaga keberlangsungan ekosistem kuliner kota. Pasar tradisional memainkan peran sentral dalam distribusi, dengan beberapa di antaranya menjadi pusat grosir regional. Pusat Pasar atau Pajak Sambu, misalnya, dikenal sebagai “jantung ekonomi Medan” dan “pusat grosir utama” untuk sayur, daging, dan ikan, yang melayani pedagang dari seluruh Sumatera Utara. Pasar ini berfungsi sebagai titik penting dalam rantai distribusi regional, di mana para grosir besar menjual barangnya kepada pedagang pengecer.
Di samping itu, ada upaya untuk meningkatkan standar pasar tradisional. Pasar Sei Sikambing telah meraih sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI) 8152:2015, menjadikannya salah satu pasar yang terkelola dengan baik dan menjadi referensi harga bahan pokok.
Meskipun demikian, rantai pasok bagi UMKM kuliner masih menghadapi beberapa masalah, mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi, hingga pemasaran dan distribusi. Kurangnya koordinasi yang kuat antar pelaku rantai pasok dapat menghambat kelancaran pasokan, yang pada akhirnya memengaruhi ketersediaan dan harga produk di tingkat konsumen. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan mekanisme koordinasi yang lebih baik antara pemerintah, pemasok, dan pelaku usaha untuk memastikan kelancaran rantai pasok.
Dampak Ekonomi dan Pariwisata
Kontribusi Sektor Kuliner terhadap Perekonomian Lokal
Sektor kuliner di Medan memainkan peran krusial dalam pertumbuhan ekonomi daerah. Meskipun data spesifik kontribusi sektor kuliner terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tidak tersedia secara eksplisit dalam laporan yang ada , fakta bahwa PDRB Kota Medan tumbuh sebesar 5,04% pada tahun 2023 memberikan konteks yang kuat. Pertumbuhan ini didorong oleh sektor perdagangan, jasa, dan industri , di mana UMKM kuliner adalah motor penggerak utama. Sebagai contoh, di Kecamatan Medan Marelan, UMKM kuliner merupakan sektor usaha terbesar, dengan 857 unit, jauh lebih banyak daripada sektor lainnya. Jumlah ini menunjukkan bahwa UMKM kuliner adalah mesin ekonomi yang signifikan, meskipun kontribusinya mungkin “tersembunyi” dalam kategori PDRB yang lebih luas.
Kuliner sebagai Daya Tarik Pariwisata
Kuliner telah menjadi magnet pariwisata yang sangat efektif bagi Medan. Upaya pemerintah kota dalam mempromosikan pariwisata kuliner telah menunjukkan hasil yang nyata. Medan Festival Kuliner 2024, yang diikuti oleh 140 tenant UMKM, berhasil mencatat total transaksi sebesar Rp 575 juta hanya dalam empat hari. Angka ini membuktikan bahwa acara semacam ini tidak hanya efektif sebagai promosi pariwisata tetapi juga memberikan dorongan ekonomi langsung bagi pelaku usaha lokal.
Untuk menarik pasar yang lebih luas, pemerintah kota juga menyoroti aspek kuliner yang “halal, aman, dan sehat” untuk menarik wisatawan muslim. Stigma bahwa kuliner halal sulit ditemukan di Medan, yang dihuni oleh berbagai etnis, telah ditanggapi dengan tegas oleh pemerintah kota, yang berupaya menampilkan keragaman kuliner halal yang melimpah. Sinergi antara sektor pariwisata dan kuliner juga memberdayakan sektor-sektor lain, seperti petani lokal dan penyedia bahan baku, yang menyediakan produk untuk warung makan tradisional di daerah sekitar.
Tantangan dan Rekomendasi untuk Masa Depan Berkelanjutan
Ancaman Terhadap Keberlanjutan Kuliner: Isu Gentrifikasi, Higiene, dan Perlindungan Budaya
Meskipun potensi kuliner Medan sangat besar, ada beberapa tantangan yang dapat mengancam keberlanjutannya. Salah satu risiko adalah gentrifikasi. Peningkatan reputasi dan perbaikan infrastruktur dapat menarik investasi yang dapat mengarah pada kenaikan harga properti, yang pada gilirannya dapat meminggirkan pedagang kaki lima dan UMKM di area strategis. Namun, keberlanjutan tempat legendaris seperti Soto Kesawan (sejak 1950-an) dan Restoran Tip Top (sejak 1934) menunjukkan bahwa warisan merek dan tradisi dapat bertahan di tengah perubahan zaman.
Masalah higiene dan sanitasi juga menjadi perhatian. Meskipun ada inisiatif seperti festival kuliner yang menekankan aspek “aman dan sehat” dan sertifikasi SNI untuk pasar tradisional, keluhan mengenai kebersihan dan sanitasi di beberapa kawasan kuliner masih muncul. Kesenjangan ini menunjukkan perlunya implementasi kebijakan yang lebih ketat. Selain itu, ada tantangan dalam melindungi kekayaan intelektual yang terkait dengan resep dan teknik pengolahan makanan tradisional.
Analisis SWOT dari UMKM kuliner di Medan Tembung memberikan kerangka strategis untuk memahami posisi mereka.
Kategori | Faktor |
Kekuatan (Strengths) | Kreativitas, kearifan lokal, dan fleksibilitas |
Kelemahan (Weaknesses) | Keterbatasan modal, kurangnya pengetahuan manajemen modern, dan kualitas produk yang tidak konsisten |
Peluang (Opportunities) | Minat masyarakat pada produk lokal, perkembangan teknologi informasi, dan dukungan pemerintah |
Ancaman (Threats) | Persaingan ketat, perubahan preferensi konsumen, dan ketidakpastian ekonomi |
Rekomendasi Kebijakan Berbasis Bukti
Berdasarkan analisis di atas, beberapa rekomendasi strategis dapat diajukan untuk memastikan keberlanjutan dan pertumbuhan budaya kuliner Medan:
- Peningkatan Kualitas dan Higiene: Pemerintah perlu mengintensifkan program pendidikan dan pelatihan bagi UMKM, terutama mengenai standar kebersihan dan sanitasi, untuk menjembatani kesenjangan antara kebijakan dan praktik di lapangan.
- Penguatan Rantai Pasok Lokal: Diperlukan koordinasi yang lebih baik antara pemerintah, distributor, dan UMKM untuk mengatasi tantangan yang terkait dengan pengadaan bahan baku dan volatilitas harga. Keterlibatan petani lokal dalam rantai pasok juga harus didorong untuk menjaga keaslian bahan baku.
- Optimalisasi Promosi Digital: Memanfaatkan secara maksimal media sosial dan kemitraan dengan food blogger/vlogger dan food influencer untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan mempromosikan kekayaan kuliner Medan.
- Pengembangan Ekosistem Berkelanjutan: Mendorong inovasi produk yang tetap mempertahankan kearifan lokal. Di samping itu, memfasilitasi akses UMKM ke modal dan pengetahuan manajemen modern untuk meningkatkan daya saing mereka di pasar yang semakin ketat.
Dengan menerapkan strategi ini, Medan dapat tidak hanya mempertahankan warisan kulinernya, tetapi juga mengubahnya menjadi motor penggerak pembangunan berkelanjutan, mengukuhkan posisinya sebagai destinasi kuliner terkemuka di Asia.
Daftar Pustaka :
- Budaya Makanan Tradisional – Berita Magelang, diakses September 11, 2025, https://www.beritamagelang.id/kolom/budaya-makanan-tradisional
- Transaksi di Medan Festival Kuliner 2024 Mencapai Rp575 juta | IDN Times Sumut, diakses September 11, 2025, https://sumut.idntimes.com/news/business/transaksi-di-medan-festival-kuliner-2024-mencapai-rp575-juta-00-fj96j-ljpyxm
- Kawasan Heritage Kesawan di Medan akan Jadi The Kitchen of Asia – Travel Kompas, diakses September 11, 2025, https://travel.kompas.com/read/2021/03/28/203100227/kawasan-heritage-kesawan-di-medan-akan-jadi-the-kitchen-of-asia
- BERITA | Kuliner Halal, Aman, dan Sehat Nilai Plus Bagi Pariwisata Medan, diakses September 11, 2025, https://portal.medan.go.id/berita/kuliner-halal-aman-dan-sehat-nilai-plus-bagi-pariwisata-medan__read3455.html
- Kuliner Medan mencerminkan akulturasi budaya – ANTARA News Yogyakarta, diakses September 11, 2025, https://jogja.antaranews.com/berita/620973/kuliner-medan-mencerminkan-akulturasi-budaya
- 11 Makanan Khas Medan yang Wajib Dicoba Saat Berkunjung …, diakses September 11, 2025, https://www.tempo.co/gaya-hidup/11-makanan-khas-medan-yang-wajib-dicoba-saat-berkunjung-kesana-96912
- Makanan Khas Medan yang Wajib Dicoba: Nikmatnya Ragam Kuliner Sumatera Utara, diakses September 11, 2025, https://adminpublik.uma.ac.id/2023/09/08/makanan-khas-medan-yang-wajib-dicoba-nikmatnya-ragam-kuliner-sumatera-utara/
- 50 Makanan Khas Medan yang Menggugah Selera | kumparan.com, diakses September 11, 2025, https://kumparan.com/kabar-harian/50-makanan-khas-medan-yang-menggugah-selera-248zWaMafn8
- Sejarah dan Makna Ikan Mas Arsik, Kuliner Tradisional Ikon Budaya Sumatera Utara, diakses September 11, 2025, https://www.liputan6.com/regional/read/5095315/sejarah-dan-makna-ikan-mas-arsik-kuliner-tradisional-ikon-budaya-sumatera-utara
- 5 Hidangan Khas Melayu Deli, Wajib Dicicipi Ketika di Medan – detikcom, diakses September 11, 2025, https://www.detik.com/sumut/kuliner/d-7208211/5-hidangan-khas-melayu-deli-wajib-dicicipi-ketika-di-medan
- 100 Must Eat Local Street Food in Medan 2024! – Makanmana, diakses September 11, 2025, https://makanmana.net/2023/05/07/100-must-eat-local-street-food-in-medan-2023/
- 100 Must Eat Local Street Food in Medan 2020! – Makanmana, diakses September 11, 2025, https://makanmana.net/2020/11/23/medan-best-food-guide-2019/
- Asal usul soto medan beserta resepnya – ANTARA News, diakses September 11, 2025, https://www.antaranews.com/berita/4434213/asal-usul-soto-medan-beserta-resepnya
- Berapa Biaya Hidup di Medan? Berikut Rincian Lengkapnya! – RuangmeNYALA, diakses September 11, 2025, https://www.ruangmenyala.com/article/read/berapa-biaya-hidup-di-medan-berikut-rincian-lengkapnya
- Berapa biaya paling sedikit (pas pas an) untuk makan di Medan …, diakses September 11, 2025, https://id.quora.com/Berapa-biaya-paling-sedikit-pas-pas-an-untuk-makan-di-Medan-dalam-sebulan-berapa
- Dampak Naiknya Harga Bahan Pokok bagi Rakyat Indonesia – BPMID, diakses September 11, 2025, https://bpmid.uma.ac.id/dampak-naiknya-harga-bahan-pokok-bagi-rakyat-indonesia/
- ANALISIS KENAIKAN BAHAN POKOK PADA PENDAPATAN PEDAGANG JAJANAN TRADISIONAL DI KECAMATAN TANAH ENAM RATUS MEDAN STUDI KASUS SEMES – Universitas Dharmawangsa, diakses September 11, 2025, https://jurnal.dharmawangsa.ac.id/index.php/juwarta/article/viewFile/2919/2055
- 5 Pasar Tradisional bersejarah di Sumut yang Wajib Kamu Kunjungi, diakses September 11, 2025, https://sumut.idntimes.com/travel/destination/5-pasar-tradisional-bersejarah-di-sumut-yang-wajib-kamu-kunjungi-1-01-2j5kq-prqxm8
- Medan Mall: Jantung Perdagangan Legendaris dan Titik Pikat Properti – Brighton, diakses September 11, 2025, https://www.brighton.co.id/about/articles-all/2025/medan-mall-pusat-pasar-properti-komersial-mt-haryono-medan-kota
- Suasana PASAR SAMBU Tahun 2020 | Pusat Pasar Terbesar di Medan – YouTube, diakses September 11, 2025, https://www.youtube.com/watch?v=Ljm5o2sSFyE
- Revitalisasi Pasar Sambu (Studi Kasus – Talenta Conference Series, diakses September 11, 2025, https://talentaconfseries.usu.ac.id/ee/article/download/1456/1192/
- Pemerintah Beri Perhatian Khusus Pada Rantai Pasok Bahan Pokok – Kemenko PMK, diakses September 11, 2025, https://www.kemenkopmk.go.id/pemerintah-beri-perhatian-khusus-pada-rantai-pasok-bahan-pokok
- PDRB Kota Medan 2023 Tumbuh 5,04% – inspirasinews, diakses September 11, 2025, https://inspirasinews.id/2024/12/pdrb-kota-medan-2023-tumbuh-504/
- analisa kualitas konsumsi pangan masyarakat kota medan, diakses September 11, 2025, https://portal.medan.go.id/storage/files/6/PENGUMUMAN/LAPORAN_AKHIR.pdf
- BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOTA MEDAN TAHUN 2022, diakses September 11, 2025, https://brida.medan.go.id/storage/berita/files/Kajian%20Pengembangan%20UMKM%20dan%20Potensi%20Koperasi%20melalui%20Inovasi%20Berbasis%20Teknologi%20di%20Kecamatan%20Medan%20Marelan%20Kota%20Medan.pdf
- Kuliner di Medan bisa jadi magnet bagi wisatawan – ANTARA News Sumatera Utara, diakses September 11, 2025, https://sumut.antaranews.com/berita/373264/kuliner-di-medan-bisa-jadi-magnet-bagi-wisatawan
- The potential of traditional food as culinary tourism attraction In karo district – e-Jurnal Politeknik Pariwisata Medan, diakses September 11, 2025, https://ejurnal.poltekparmedan.ac.id/index.php/tehbmj/article/download/449/392
- Cerita Soto Kesawan yang Melegenda di Medan | IDN Times Sumut, diakses September 11, 2025, https://sumut.idntimes.com/food/dining-guide/soto-kesawan-medan-menjaga-rasa-sejak-1950-an-00-hz1ln-5sj6t5
- Potential Development of Culinary Tourism Based on Local Wisdom in Tongging Village Kecamatan Merek Karo Regency, North Sumatera – e-Jurnal Politeknik Pariwisata Medan, diakses September 11, 2025, http://ejurnal.poltekparmedan.ac.id/index.php/jiapm/article/download/103/85/407
- Analisis UMKM Kuliner dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan (Studi Kasus UMKM Kecamatan Medan Tembung), diakses September 11, 2025, https://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/download/17302/11701/30119
- Analisis Pengembangan Wisata Kuliner Kota Medan – Lembaga KITA Open Journal Systems, diakses September 11, 2025, https://journal.lembagakita.org/index.php/emt/article/download/1590/1148/5333