Mengurai Miskonsepsi dan Fondasi Filosofis

Anarkisme, sebagai sebuah ideologi politik dan filsafat sosial, sering kali disalahpahami dan distereotipkan sebagai sinonim dari kekacauan, kekerasan, atau ketiadaan tatanan. Miskonsepsi ini tidak hanya menyesatkan, tetapi juga menutupi kekayaan intelektual dan sejarah panjang dari gerakan ini. Secara etimologis, kata “anarki” berasal dari bahasa Yunani, dari kata a- yang berarti “tanpa” atau “nihil” dan arkhos atau archein yang berarti “penguasa” atau “kekuasaan”. Dengan demikian, anarkisme secara harfiah berarti “tanpa penguasa” atau “tanpa pemimpin”, bukan “tanpa tatanan”. Tujuannya bukanlah untuk menciptakan kekacauan, melainkan untuk membangun masyarakat yang terorganisir tanpa hierarki dan paksaan dari otoritas eksternal.

Kesalahpahaman ini tidak terjadi secara kebetulan. Berbagai sumber menunjukkan bahwa narasi yang menghubungkan anarkisme dengan kekerasan sering kali diperkuat oleh media dan otoritas. Media massa, baik secara sadar maupun tidak, sering menyalahgunakan istilah “anarkis” untuk melabeli kelompok perusuh, demonstran, atau individu yang melakukan vandalisme, terlepas dari apakah mereka memiliki afiliasi ideologis dengan anarkisme atau tidak. Praktik ini menciptakan lingkaran setan: stereotip negatif yang disebarkan oleh media menyebabkan pemahaman publik yang salah , yang pada gilirannya digunakan oleh pihak berwenang untuk membenarkan tindakan represif terhadap gerakan sosial yang sah. Laporan ini bertujuan untuk mengupas tuntas anarkisme dari akar filosofisnya, menelusuri sejarah, menganalisis pemikiran para tokoh sentral, hingga meninjau manifestasinya di era kontemporer, sembari menjawab kritik-kritik fundamental terhadapnya.

Pilar-pilar Ideologis dan Prinsip Dasar Anarkisme

Anarkisme adalah sebuah filsafat politik yang mendasarkan dirinya pada keyakinan bahwa individu dan masyarakat mampu mengelola diri mereka sendiri melalui kerja sama dan swakelola, tanpa perlu adanya negara atau otoritas yang memaksakan kehendak. Ideologi ini menolak segala bentuk hierarki karena menganggapnya sebagai sumber utama penindasan dan ketidakadilan.

Prinsip-prinsip Utama Anarkisme

Beberapa pilar fundamental yang menjadi landasan anarkisme meliputi:

  • Kebebasan Individu: Anarkisme menempatkan kebebasan individu sebagai nilai tertinggi. Setiap individu memiliki hak untuk mengatur hidupnya sendiri tanpa campur tangan dari pemerintah atau otoritas eksternal. Kebebasan ini bukan kebebasan tanpa batas untuk melakukan apa pun tanpa konsekuensi, melainkan kebebasan dari penindasan.
  • Anti-Hierarki dan Anti-Otoritas: Penolakan terhadap hierarki adalah ciri khas anarkisme. Anarkisme mengkritik struktur pengorganisasian yang memiliki otoritas dan mendasari bentuk-bentuk penguasaan, terutama negara dan kapitalisme.
  • Solidaritas dan Swakelola: Berbeda dengan anggapan bahwa anarkisme mendorong egoisme, ideologi ini justru menekankan pentingnya solidaritas dan kerja sama. Prinsip swakelola mendorong komunitas untuk mengambil tanggung jawab dalam mengatur kehidupan mereka sendiri tanpa campur tangan otoritas eksternal.
  • Anti-Penindasan: Anarkis menentang segala bentuk diskriminasi dan penindasan, termasuk seksisme, rasisme, fasisme, dan militerisme. Mereka percaya bahwa semua bangsa, ras, dan gender setara.

Perbedaan Anarkisme dengan Komunisme/Marxisme

Meskipun anarkisme dan komunisme memiliki akar yang sama dalam tradisi sosialis dan sama-sama menentang kapitalisme, keduanya memiliki perbedaan mendasar, terutama terkait dengan peran negara. Kaum Marxisme berpendapat bahwa negara masih diperlukan—setidaknya sebagai alat “kediktatoran proletariat” yang transisional—untuk mencapai masyarakat tanpa kelas dan tanpa negara. Sebaliknya, anarkis menolak gagasan ini. Tokoh anarkis sentral seperti Mikhail Bakunin berpendapat bahwa kekuasaan negara, dalam bentuk apa pun, secara inheren melanggar hak-hak asasi individu yang bebas. Bagi Bakunin, negara harus segera dihancurkan dan digantikan oleh komunitas-komunitas yang bebas dan mandiri secara ekonomi.

Perdebatan antara Bakunin dan Karl Marx dalam Asosiasi Buruh Internasional (Internasionale I) menggarisbawahi perpecahan ideologis ini. Perbedaan pandangan ini menunjukkan adanya dua jalur yang berbeda dalam gerakan sosialis: jalur Marxisme yang terpusat dan berorientasi pada partai politik dan negara, serta jalur anarkisme yang desentralisasi dan menolak segala bentuk kekuasaan politik. Anarkisme menegaskan bahwa kekuasaan, bahkan ketika dipegang oleh kaum revolusioner, akan cenderung mengarah pada penindasan, sehingga perjuangan untuk kebebasan harus dilakukan dari bawah ke atas dan tanpa perantara negara.

Sejarah Gerakan: Perkembangan dan Aliran Pemikiran

Anarkisme berkembang pesat pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, terutama di Eropa dan Amerika Utara, sebagai respons terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan rakyat. Anarkisme bukan ideologi yang monolitik; sebaliknya, ia adalah spektrum pemikiran yang beragam, dengan beberapa aliran utama yang memiliki fokus dan pendekatan yang berbeda.

Aliran-aliran Utama dalam Anarkisme

Beberapa aliran pemikiran anarkis yang paling signifikan adalah:

  • Anarkisme Individualis: Aliran ini menekankan kebebasan individu di atas segalanya. Penganutnya menolak otoritas eksternal seperti kelompok, masyarakat, atau tradisi. Salah satu tokohnya, Max Stirner, mengkritik bentuk-bentuk otoritas kolektif—bahkan komunisme—sebagai tirani baru. Stirner berpendapat bahwa kepatuhan pada “komune” atau “mayoritas” dapat menjadi bentuk aparatur negara baru yang akan menggunakan “pasukan polisi komunis” untuk menekan ketidakpatuhan, sehingga mengkhianati janji kebebasan.
  • Anarkisme Kolektif/Sosial: Aliran ini berfokus pada kerja sama dan solidaritas di antara individu. Anarkisme kolektif menekankan penghapusan kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi dan pengorganisasian ekonomi berdasarkan kesetaraan.
  • Anarko-Komunisme dan Anarko-Sindikalisme: Kedua aliran ini sering tumpang tindih tetapi memiliki fokus yang berbeda. Anarko-sindikalisme adalah  strategi atau metode revolusioner yang menggunakan serikat pekerja (trade union) sebagai alat perjuangan. Mereka menjalankan aksi langsung seperti pemogokan, sabotase, dan boikot untuk merampas kekuasaan dari negara dan korporat. Sementara itu, anarko-komunisme adalah tujuan akhir yang mengusulkan model masyarakat tanpa negara, tanpa kelas, dan tanpa mata uang, di mana produksi dan sumber daya dibagikan secara kolektif.

Sinergi antara kedua aliran ini dapat dilihat dalam gerakan buruh, khususnya di Spanyol. Sindikalisme menyediakan sarana perjuangan yang terorganisir, sedangkan komunisme menyediakan visi utopis yang dapat diperjuangkan. Aliran lain yang juga ada dalam spektrum anarkisme adalah anarko-primitivisme (menolak peradaban modern dan teknologi), anarko-naturisme (menekankan pelestarian lingkungan), dan anarkisme pasca-kiri (mengkritik hubungan anarkisme dengan politik sayap kiri tradisional).

Tokoh-tokoh Sentral: Para Arsitek Anarkisme Modern

Empat tokoh sentral, yaitu Max Stirner, Pierre-Joseph Proudhon, Mikhail Bakunin, dan Peter Kropotkin, sering disebut sebagai arsitek utama anarkisme modern. Pemikiran mereka tidak hanya membentuk landasan ideologi ini, tetapi juga menawarkan cetak biru yang berbeda untuk masyarakat masa depan.

Pierre-Joseph Proudhon (1809-1865)

Proudhon adalah orang pertama yang secara terbuka menyebut dirinya sebagai seorang anarkis. Ia berupaya mengubah konotasi negatif dari istilah tersebut. Kontribusinya yang paling signifikan adalah teori  mutualisme dan federalisme. Mutualisme adalah sebuah sistem ekonomi di mana individu atau kelompok produsen saling berdagang, dan Proudhon mengadvokasi pinjaman bebas dari bank dan serikat pekerja. Federalisme adalah model organisasi sosial dari bawah ke atas, di mana komunitas yang mandiri bersatu dalam sebuah federasi tanpa otoritas pusat yang mengikat.

Mikhail Bakunin (1814-1876)

Dikenal sebagai “salah satu pendiri gerakan anarkisme,” Bakunin adalah tokoh revolusioner yang dahsyat. Ia mengambil ide-ide Proudhon dan mengembangkannya ke arah ekonomi  kolektivisme, yang menekankan hak milik kolektif atas tanah dan alat-alat produksi. Bakunin adalah sosok sentral dalam pengembangan aktivisme dan ide anarkis modern. Ia melegalkan dan mempopulerkan  aksi langsung (direct action) dan pemberontakan massa sebagai cara untuk menciptakan masyarakat yang bebas dan tanpa kelas. Penentangannya yang keras terhadap konsep negara sosialis Marxisme menjadi titik perpecahan paling penting dalam sejarah gerakan sosialis.

Peter Kropotkin (1842-1921)

Sebagai seorang ilmuwan, Kropotkin membangun fondasi pemikiran anarkis yang lebih canggih. Ia mengembangkan teori  anarko-komunisme, yang mengusulkan agar alat-alat produksi dan hasilnya dimiliki dan dibagikan secara kolektif. Namun, kontribusinya yang paling terkenal adalah konsep saling membantu (mutual aid). Kropotkin berpendapat bahwa saling membantu adalah insting alami manusia dan hewan yang diperlukan untuk bertahan hidup dan berkembang, sebuah pandangan yang menantang ideologi Darwinisme sosial yang dominan pada masanya. Teorinya ini menjadi landasan moral dan ilmiah bagi visi utopisnya tentang dunia tanpa persaingan atau konflik.

Berikut adalah perbandingan singkat antara ketiga tokoh anarkis utama:

Tokoh Periode Hidup Aliran Pemikiran Kontribusi Kunci Perbedaan Utama
Pierre-Joseph Proudhon 1809-1865 Individualis/Mutualis Teori mutualisme dan federalisme. Orang pertama yang menyebut dirinya anarkis. Menekankan sistem pertukaran ekonomi yang adil.
Mikhail Bakunin 1814-1876 Kolektivisme Pemberontakan massa, aksi langsung, penentangan terhadap Marxisme. Berfokus pada penghancuran negara secara langsung melalui revolusi.
Peter Kropotkin 1842-1921 Anarko-Komunisme Teori saling membantu (mutual aid) dan anarko-komunisme. Berfokus pada masyarakat berbasis kerja sama dan distribusi kolektif.

Anarkisme di Indonesia: Sejarah dan Konteks Kontemporer

Meskipun anarkisme adalah ideologi yang berakar di Eropa, ide-idenya tidak terbatas pada satu wilayah saja. Di Indonesia, narasi anarkisme telah hadir bahkan sebelum kemerdekaan dan mengakar dalam beberapa kearifan lokal Nusantara.

Akar Anarkisme di Hindia Belanda

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, anarkisme mulai berpengaruh dalam pemikiran anti-kolonial di Hindia Belanda, bersamaan dengan bangkitnya komunisme dan nasionalisme. Novel  Max Havelaar yang ditulis oleh Eduard Douwes Dekker pada tahun 1860 dianggap sebagai karya sastra awal yang menggambarkan kecenderungan anarkis dengan mengkritik keras pemerintah kolonial. Perjuangan ini kemudian dilanjutkan oleh cucunya, Ernest François Eugène Douwes Dekker. Gerakan anarkis juga dipengaruhi oleh anarkis Cina dan Belanda. Namun, seiring dengan perkembangannya, pemerintah kolonial Belanda menggunakan label “anarkis” untuk menangkap para kritikus pemerintah dan menindak para aktivis.

Anarkisme dan Subkultur Punk

Anarkisme mengalami kebangkitan kembali di Indonesia pasca-reformasi 1998, yang sangat dipengaruhi oleh subkultur punk dan skinhead. Subkultur ini menjadi wadah bagi kelompok-kelompok anarkis untuk melakukan diskusi, mencetak zine (publikasi amatir), dan menyebarkan pesan anti-otoritarianisme melalui musik. Konsep  Do It Yourself (DIY) yang menjadi etika sentral dalam punk, selaras dengan prinsip anarkisme tentang swakelola dan kemandirian.

Gerakan Kontemporer di Era Digital

Di era digital, gerakan anarkis di Indonesia telah bertransformasi dengan memanfaatkan media sosial sebagai alat mobilisasi massa dan penyebaran ide. Ketidakpuasan sosial, seperti yang terlihat dalam penanganan pandemi COVID-19, mendorong aktivisme daring. Media sosial memungkinkan aktivis untuk memobilisasi massa dalam jumlah yang lebih besar, membangun opini publik, dan membentuk identitas kolektif. Namun, penggunaan media digital juga membawa risiko baru. Seperti halnya media tradisional, media daring sering kali keliru atau sengaja salah mengartikan anarkisme, mengaitkannya dengan tindakan kekerasan dan vandalisme, yang kemudian digunakan oleh pihak berwenang untuk membenarkan tindakan represif. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun teknologi memfasilitasi gerakan, ia tidak dapat sepenuhnya mengatasi stigma yang telah lama melekat pada anarkisme.

Analisis Kritis dan Tantangan Kontemporer

Meskipun anarkisme menawarkan visi utopis tentang masyarakat yang bebas dan setara, ideologi ini menghadapi kritik serius yang menantang kelayakan praktisnya.

Masalah Keamanan dan Keteraturan

Salah satu kritik paling mendasar adalah ketidakmampuan anarkisme untuk menjamin keamanan dan perlindungan hak asasi manusia karena kurangnya struktur dan organisasi yang memadai. Tanpa negara atau sistem hukum yang terpusat, anarkisme berpotensi menimbulkan kekacauan dan perebutan kekuasaan, yang ironisnya bertentangan dengan tujuan utamanya. Beberapa eksperimen sosial tanpa hierarki, seperti yang terjadi di Spanyol, menunjukkan betapa problematisnya situasi tanpa struktur otoritas, terutama ketika berhadapan dengan kekuatan militer atau tantangan kolektif yang kompleks.

Polemik Otoritas dan Hierarki

Anarkis mengkritik bahwa otoritas negara, terutama yang bersifat non-konsensual, secara historis selalu mengundang tindakan opresif dan represif. Mereka berargumen bahwa negara mengikat individu sejak lahir tanpa persetujuan, menjadikannya sebuah tindakan tidak etis. Namun, para kritikus, seperti filsuf Yuval Noah Harari dan Joseph Raz, berpendapat bahwa otoritas dan hierarki justru diperlukan untuk memungkinkan kerja sama manusia dalam skala besar dan untuk menyejahterakan rakyat. Mereka menjelaskan bahwa kepatuhan manusia pada birokrasi—baik monarkis maupun demokratis—dimungkinkan oleh keberadaan narasi atau teks otoritatif, seperti hukum, yang memberikan legitimasi.

Dilema ini menyoroti perdebatan inti dalam filsafat politik: apakah kebebasan mutlak dapat dicapai tanpa mengorbankan keteraturan dan keamanan? Pandangan anarkis adalah bahwa keteraturan dapat dicapai melalui swakelola dan persetujuan sukarela, sementara kritikus berargumen bahwa tanpa struktur otoritatif yang mengikat, masyarakat akan selalu rentan terhadap kekacauan dan konflik.

Kesimpulan: Anarkisme di Abad ke-21

Anarkisme adalah ideologi yang kaya, beragam, dan kompleks, jauh dari stereotip kekacauan yang sering dilekatkan padanya. Inti dari anarkisme adalah penolakan terhadap otoritas yang tidak adil dan hierarki yang menindas, dengan keyakinan bahwa manusia mampu mengatur diri mereka sendiri secara harmonis melalui kerja sama dan swakelola. Dari akar sejarahnya di Eropa yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Proudhon, Bakunin, dan Kropotkin, hingga manifestasinya dalam gerakan sosial kontemporer di Indonesia, anarkisme telah membuktikan dirinya sebagai sebuah “ide yang dibangun atas dasar kesadaran perlawanan” yang terus bertahan.

Di abad ke-21, anarkisme tetap relevan sebagai kritik terhadap berbagai bentuk penindasan modern, termasuk kapitalisme global, nasionalisme yang eksklusif, dan otoritas yang represif. Alih-alih menjadi cetak biru yang kaku untuk sistem politik baru, anarkisme saat ini berfungsi lebih sebagai  mode of critique dan strategi aksi langsung. Meskipun menghadapi kritik fundamental terkait masalah keamanan dan struktur, relevansi anarkisme tetap kuat sebagai sebuah filsafat yang mendorong individu untuk mempertanyakan otoritas, mencari solusi dari bawah ke atas, dan berjuang untuk masyarakat yang lebih adil dan setara.

 

Daftar Pustaka :

  1. FENOMENOLOGI ANARKISME – journal.unair.ac.id, accessed on September 18, 2025, https://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmntsa11e00b523full.pdf
  2. KAUS HITAM DAN PARANOIA NEGARA – Lokataru Foundation, accessed on September 18, 2025, https://lokataru.id/wp-content/uploads/2020/05/anarko.pdf
  3. Kesalahpahaman Pengertian Anarki, Dan Arti Sebenarnya. | PDF | Politik – Scribd, accessed on September 18, 2025, https://id.scribd.com/document/626191673/Kesalahpahaman-Pengertian-Anarki-Dan-Arti-Sebenarnya
  4. Chaos or Cooperation? Punk, Anarchism and Building a Better World, accessed on September 18, 2025, https://punkrockphilosophy.com/punk-rock-philosophy/chaos-or-cooperation-punk-anarchism-and-building-a-better-world/
  5. Makna Anarkisme di Media Pemberitaan Online (Analisis Wacana Pada Pemberitaan Pengunjuk Rasa Bulan Maret Tahun 2015, accessed on September 18, 2025, https://journal.binadarma.ac.id/index.php/jurnalinovasi/article/download/668/362/
  6. PENGKHIANATAN MAKNA ANARKISME – KMJURNALISTIK, accessed on September 18, 2025, https://kmjurnalistik.com/2016/03/pengkhianatan-makna-anarkisme-2/
  7. Menjawab Kritik Anarkisme tentang Otoritas Hierarkisme – MariNews, accessed on September 18, 2025, https://marinews.mahkamahagung.go.id/artikel/menjawab-kritik-anarkisme-tentang-otoritas-hierarkisme-0zf
  8. Prinsip-Prinsip Anarkisme – UMSU Kampus Terbaik, accessed on September 18, 2025, https://fisip.umsu.ac.id/prinsip-prinsip-anarkisme/
  9. Sejarah Beserta Kelebihan dan Kekurangan Anarkisme – FISIP UMSU, accessed on September 18, 2025, https://fisip.umsu.ac.id/sejarah-beserta-kelebihan-dan-kekurangan-anarkisme/
  10. Mikhail Bakunin | S1 | Terakreditasi | Universitas STEKOM Semarang, accessed on September 18, 2025, https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Mikhail_Bakunin
  11. Sama-sama Tolak Kapitalisme, Beda Anarko Sindikalis – Komunisme – Tempo.co, accessed on September 18, 2025, https://www.tempo.co/hukum/sama-sama-tolak-kapitalisme-beda-anarko-sindikalis-komunisme-747431
  12. Aliran Pemikiran Dalam Anarkisme – UMSU Kampus Terbaik, accessed on September 18, 2025, https://fisip.umsu.ac.id/aliran-pemikiran-dalam-anarkisme/
  13. Max Stirner, Anarkis Individualis, dan Pandangan Kritis pada Komunisme Egois, accessed on September 18, 2025, https://bodoamat.noblogs.org/post/2020/12/18/max-stirner-anarkis-individualis-dan-pandangan-kritis-pada-komunisme-egois/
  14. Menggali Akar Anarkisme di Indonesia – Historia.ID, accessed on September 18, 2025, https://www.historia.id/article/menggali-akar-anarkisme-di-indonesia-vgxg7
  15. Anarkis | S1 | Terakreditasi | Universitas STEKOM Semarang, accessed on September 18, 2025, https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Anarkis
  16. A.4 Who are the major anarchist thinkers? – Activism.net, accessed on September 18, 2025, https://www.activism.net/government/AnarchistFAQ/secA4.html
  17. Article: Sejarah Singkat Anarkisme Di Indonesia – AnarchistStudies …, accessed on September 18, 2025, https://anarchiststudies.noblogs.org/article-sejarah-singkat-anarkisme-di-indonesia/
  18. PERAN RUANG DIGITAL SEBAGAI TRANSFORMASI GERAKAN AKSI SOSIAL MAHASISWA MELALUI PLATFORM SOSIAL MEDIA | Anshori | Jurnal Analisa Sosiologi, accessed on September 18, 2025, https://jurnal.uns.ac.id/jas/article/view/68981

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

9 + 1 =
Powered by MathCaptcha