Bard of Avon, Sosok yang Melampaui Zaman

William Shakespeare, yang sering dijuluki “Bard of Avon” atau “The Bard,” diakui secara luas sebagai penulis terbesar dalam bahasa Inggris dan dramawan terkemuka di dunia. Karya-karyanya yang berjumlah banyak, yang mencakup sekitar 39 drama, 154 soneta, dan beberapa puisi naratif panjang, terus dipentaskan lebih sering dan di lebih banyak negara dibandingkan karya penulis drama lainnya. Popularitas dan pengaruhnya tidak terbatas pada dunia teater; ia adalah penulis yang paling banyak dikutip setelah berbagai penulis Alkitab dan penulis yang paling banyak diterjemahkan ketiga dalam sejarah.

Tulisan ini dirancang untuk memberikan tinjauan mendalam tentang kehidupan, karya, dan warisan abadi William Shakespeare. Analisis ini akan melampaui biografi dasar dan daftar karya, menggali konteks yang lebih luas di mana ia hidup dan berkarya. Tulisan ini akan membahas profil kehidupannya yang sering kali misterius, meneliti kanon dramatis dan puitisnya yang luar biasa, dan menganalisis dampak signifikannya pada bahasa Inggris dan budaya global. Terakhir, tulisan ini akan mengupas kontroversi dan spekulasi yang mengelilingi namanya, menawarkan pemahaman yang bernuansa tentang mengapa Shakespeare tetap menjadi sosok yang mempesona dan relevan hingga hari ini.

Profil Kehidupan dan Karier Shakespeare

Kehidupan Awal dan Latar Belakang Keluarga di Stratford-upon-Avon

William Shakespeare lahir di Stratford-upon-Avon, sebuah kota pasar di Warwickshire, Inggris, pada tahun 1564. Meskipun tanggal lahirnya tidak diketahui secara pasti, ia dibaptis pada tanggal 26 April 1564. Tanggal ini sering dikaitkan dengan tanggal kematiannya, 23 April 1616. Ia adalah putra dari John Shakespeare, seorang pembuat sarung tangan, pedagang wol, dan tokoh sipil terkemuka di Stratford, dan Mary Arden. Keluarganya tinggal di sebuah rumah bertiang kayu abad ke-16 di Henley Street, yang juga berfungsi sebagai tempat usaha ayahnya.  Shakespeare kemungkinan besar dididik di King Edward VI Grammar School, di mana ia akan mempelajari bahasa Latin, sedikit bahasa Yunani, dan membaca dramawan Romawi. Pada usia delapan belas tahun, ia menikah dengan Anne Hathaway, yang berusia tujuh atau delapan tahun lebih tua darinya. Enam bulan setelah pernikahan mereka, putri pertama mereka, Susanna, lahir. Pasangan itu kemudian memiliki anak kembar, Hamnet dan Judith.

Tahun-Tahun yang “Hilang” dan Kemunculan di London

Periode antara 1585 dan 1592 sering disebut sebagai “Tahun-Tahun yang Hilang” karena sedikitnya dokumentasi tentang kegiatan Shakespeare. Meskipun ada spekulasi bahwa ia mungkin pernah bekerja sebagai guru sekolah selama periode ini, kemungkinan besar ia pindah ke London tak lama setelah tahun 1585 untuk memulai karier sebagai seorang aktor. Pada tahun 1592, reputasinya sebagai aktor dan penulis drama sudah mapan, sebagaimana dibuktikan oleh sindiran dari dramawan lain, Robert Greene, yang menyebutnya sebagai “gagak pendatang baru”.

Shakespeare Sang Pengusaha: Keterkaitan Keuangan dan Kreatif

Setelah teater-teater di London sering ditutup antara tahun 1592 dan 1594 karena wabah penyakit, Shakespeare memulai karier menulisnya yang produktif. Ia bergabung dengan Lord Chamberlain’s Men, sebuah perusahaan aktor terkemuka yang kemudian dikenal sebagai King’s Men di bawah perlindungan Raja James I. Peran Shakespeare dalam perusahaan ini melampaui peran sebagai penulis drama dan aktor semata. Ia adalah seorang “pemilik saham” (sharer) dan pemilik sebagian dari perusahaan tersebut, sebuah peran yang memberikan keuntungan finansial dari laba yang dihasilkan.

Pada tahun 1599, Shakespeare menjadi bagian dari sindikat yang membangun dan mengoperasikan Teater Globe, yang menjadi teater paling terkenal pada masanya. Peran ganda ini—sebagai seniman dan pengusaha—memberinya kemandirian yang krusial. Keberhasilan finansial dari Teater Globe memungkinkannya membeli New Place, rumah terbesar di Stratford-upon-Avon, pada tahun 1597. Stabilitas finansial ini adalah kunci yang tidak terpisahkan dari kebebasan kreatifnya. Ia tidak lagi sepenuhnya bergantung pada patron (meskipun ia mendedikasikan puisi-puisi awalnya kepada Henry Wriothesley ) dan dapat bereksperimen dengan plot, bahasa, dan genre tanpa kendala finansial yang ketat. Ini menjelaskan mengapa ia mampu menghasilkan rata-rata dua drama setiap tahun selama hampir dua dekade , sebuah ledakan kreativitas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Keberhasilannya di bidang bisnis tidak hanya melengkapi tetapi juga menjadi kekuatan pendorong di balik pencapaian artistiknya yang luar biasa.

Pensiun dan Kematian

Sekitar tahun 1612 atau 1613, Shakespeare tampaknya pensiun dari panggung dan kembali ke rumahnya di Stratford. Keputusan ini dimungkinkan oleh akumulasi kekayaan yang ia peroleh dari karier teaternya. Dengan memiliki New Place, ia dapat mempertahankan hubungan erat dengan kota kelahirannya meskipun sebagian besar karier profesionalnya dihabiskan di London. Ia meninggal pada 23 April 1616, pada usia 52 tahun, dan dimakamkan dua hari kemudian di Gereja Stratford. Catatan dalam wasiatnya, termasuk warisan “tempat tidur terbaik kedua” yang terkenal kepada istrinya, menunjukkan statusnya sebagai pria berkeluarga yang mapan. Kehidupan dan kematiannya yang tercatat dengan baik membantah narasi tentang seorang seniman yang kelaparan; sebaliknya, Shakespeare adalah seorang jenius yang berhasil dalam dunia seni dan bisnis, yang memungkinkannya untuk pensiun dengan nyaman dan terhormat.

Karya Dramatis dan Kategorisasi Genre

Tinjauan Umum Kanon Drama

Total drama yang diyakini ditulis oleh William Shakespeare bervariasi antara 38 dan 39. Meskipun hanya delapan belas dramanya yang diterbitkan secara terpisah dalam edisi quarto selama masa hidupnya, sebagian besar karyanya dilestarikan berkat upaya rekan-rekan aktornya, John Heminges dan Henry Condell. Pada tahun 1623, tujuh tahun setelah kematiannya, mereka menerbitkan koleksi definitif 36 dramanya yang dikenal sebagai First Folio.

Karya dramatis Shakespeare biasanya dibagi menjadi empat kategori utama: drama sejarah, komedi, tragedi, dan romansa (atau tragicomedy). Pergeseran dari satu genre ke genre lain mencerminkan evolusi artistik Shakespeare sepanjang kariernya.

Analisis Genre dan Karya Kunci

Drama Sejarah: Drama-drama awal Shakespeare sebagian besar adalah drama sejarah, seperti Henry VI Bagian 1, 2, dan 3, dan Richard III. Karya-karya ini berfokus pada politik Inggris dan sering mengeksplorasi tema kekuasaan, legitimasi, dan kekacauan sipil.

Komedi: Komedi Shakespeare cenderung ringan dan sering kali diakhiri dengan pernikahan atau reuni yang bahagia. Karya-karya ini ditandai dengan plot yang rumit, penyamaran, dan penggunaan bahasa yang cerdas untuk menciptakan permainan kata dan sindiran yang tajam.

  • A Midsummer Night’s Dream: Ditulis antara 1594 dan 1596, drama ini berlatar di Athens dan hutan ajaib. Plotnya melibatkan sekelompok bangsawan yang cintanya menjadi kacau balau karena campur tangan raja dan ratu peri. Drama ini mengeksplorasi tema sifat cinta yang irasional, ilusi, dan sihir.
  • As You Like It: Komedi ini menceritakan kisah Rosalind dan Celia yang melarikan diri dari penganiayaan di istana ke Hutan Arden. Dengan menyamar sebagai pria, Rosalind menguji cinta Orlando. Drama ini membandingkan kehidupan di istana dengan kehidupan pastoral di pedesaan, menggunakan penyamaran sebagai alat untuk eksplorasi identitas.
  • Twelfth Night: Berfokus pada kebingungan identitas yang muncul ketika Viola menyamar sebagai seorang pria bernama Cesario setelah mengalami kecelakaan kapal. Drama ini mengeksplorasi cinta yang tak terbalas dan berakhir dengan terungkapnya identitas dan penyatuan pasangan yang bahagia.

Tragedi: Periode paling terkenal dalam karier Shakespeare didedikasikan untuk tragedi, yang mengeksplorasi kehancuran karakter utama karena cacat fatal mereka. Tragedi-tragedi ini dianggap sebagai beberapa karya terbaik dalam bahasa Inggris.

  • Hamlet: Plotnya mengikuti Pangeran Hamlet dari Denmark yang berduka setelah kematian ayahnya. Ia didorong oleh hantu ayahnya untuk membalas dendam terhadap pamannya, Claudius, yang telah membunuh raja dan menikahi ibunya. Drama ini adalah studi mendalam tentang kegilaan, balas dendam, dan keraguan.
  • Macbeth: Menceritakan kisah seorang jenderal Skotlandia yang ambisiusnya, didorong oleh ramalan para penyihir dan manipulasi istrinya, membunuh Raja Duncan untuk merebut takhta. Drama ini adalah eksplorasi kekuasaan, rasa bersalah, dan kegilaan.
  • King Lear: Mengisahkan seorang raja tua yang memutuskan untuk membagi kerajaannya di antara ketiga putrinya berdasarkan seberapa baik mereka mengungkapkan cinta mereka kepadanya. Ketika putri bungsunya yang setia menolak untuk melebih-lebihkan perasaannya, Lear mengusirnya, memicu rantai pengkhianatan dan kegilaan yang tragis.

Romansa dan Tragicomedy: Di akhir kariernya, Shakespeare beralih ke genre yang menggabungkan elemen tragis dan komedi, dengan tema-tema penebusan, rekonsiliasi, dan keajaiban. Contohnya termasuk The Winter’s Tale dan The Tempest.

Evolusi kronologis dalam karya Shakespeare mencerminkan pendalaman pemahamannya tentang kondisi manusia. Ia memulai dengan eksplorasi kekuasaan dan kekacauan sosial (sejarah), beralih ke hasrat dan kebodohan manusia (komedi), lalu menggali kelemahan dan kehancuran manusia secara mendalam (tragedi), sebelum akhirnya beralih ke tema-tema penebusan dan rekonsiliasi (romansa). Perpindahan genre ini menunjukkan bukan sekadar kebetulan, melainkan arc yang disengaja dalam kariernya, menunjukkan keinginannya yang tak pernah puas untuk mengeksplorasi setiap segi pengalaman manusia.

Judul Drama Genre Perkiraan Tanggal Penulisan
Henry VI, Part I Sejarah 1589-1590
The Comedy of Errors Komedi 1592-1593
Titus Andronicus Tragedi 1593
Romeo and Juliet Tragedi 1594-1595
A Midsummer Night’s Dream Komedi 1595-1596
Julius Caesar Tragedi 1599-1600
Hamlet Tragedi 1600-1601
Othello Tragedi 1604-1605
King Lear Tragedi 1605-1606
Macbeth Tragedi 1605-1606
The Tempest Romansa 1611

Karya Puitis dan Soneta Shakespeare

Puisi Naratif

Selain dramanya, Shakespeare juga dikenal sebagai penyair yang mahir. Ia mendedikasikan dua puisi naratif panjang kepada pelindungnya, Henry Wriothesley, Earl of Southampton. Puisi-puisi ini,  Venus and Adonis (1593) dan The Rape of Lucrece (1594), adalah karya cetak pertamanya. Venus and Adonis sangat populer pada masanya, dan dicetak ulang enam kali dalam sembilan tahun pertama setelah penerbitannya.

Soneta Shakespeare: Struktur dan Tema

Kanon puitis Shakespeare yang paling terkenal adalah kumpulan 154 sonetanya , yang disusun antara tahun 1593 dan 1601 tetapi tidak diterbitkan sampai tahun 1609. Soneta Shakespeare mengikuti struktur khas soneta Inggris: sebuah puisi 14 baris yang ditulis dalam iambic pentameter, yang terdiri dari tiga kuartrain (empat baris) dan sebuah kuplet penutup (dua baris) dengan skema sajak abab cdcd efef gg.

Tema-tema sentral dalam soneta ini berpusat pada kerusakan waktu yang tak terhindarkan dan upaya untuk mengabadikan keindahan dan cinta melalui puisi. Shakespeare juga mengeksplorasi gagasan bahwa hanya puisi yang dapat melawan waktu. Tema lainnya termasuk perbedaan antara cinta platonis dan hasrat yang bersifat duniawi, serta rasa iri dan ketidaksetiaan.

Misteri Fair Youth dan Dark Lady

Soneta-soneta Shakespeare dibagi menjadi dua kelompok utama. Soneta 1-126 ditujukan kepada seorang pria muda yang menarik, yang dijuluki “Fair Youth”. Sebagian besar soneta ini mendesak pemuda tersebut untuk menikah dan memiliki anak agar kecantikannya dapat diabadikan. Soneta 127-152 ditujukan kepada seorang wanita misterius yang digambarkan memiliki rambut hitam keriting dan kulit gelap, yang dikenal sebagai “Dark Lady”. Hubungan ini, tidak seperti yang spiritual dengan Fair Youth, digambarkan sangat seksual, obsesif, dan terkadang didorong oleh kebencian.

Identitas Fair Youth dan Dark Lady telah menjadi subjek spekulasi dan perdebatan akademis yang luas selama berabad-abad. Beberapa kandidat untuk Fair Youth termasuk Henry Wriothesley, Earl of Southampton, dan William Herbert, Earl of Pembroke. Sementara itu, kandidat untuk Dark Lady berkisar dari wanita terhormat hingga pekerja seks, termasuk Mary Fitton, Emilia Lanier, dan “Black Luce”.

Meskipun banyak upaya telah dilakukan untuk mengidentifikasi sosok-sosok ini, “tidak satu pun dari banyak upaya untuk mengidentifikasi dark lady… yang pada akhirnya meyakinkan”. Ketidakmampuan untuk secara pasti mengidentifikasi subjek-subjek ini tidak merusak karya tersebut; sebaliknya, hal itu menjadi fitur utamanya. Bukannya menjadi catatan otobiografi murni, soneta-soneta tersebut dapat dilihat sebagai konstruk seni atau arketipe yang digunakan untuk mengeksplorasi tema-tema universal seperti cinta yang ideal versus hasrat yang merusak. Fakta bahwa para sarjana terus-menerus mencoba untuk menemukan orang-orang nyata di balik puisi-puisi tersebut merupakan bukti yang tidak disengaja dari kekuatan karya Shakespeare, karena ia berhasil menciptakan karakter-karakter yang terasa begitu nyata sehingga para pembaca yakin bahwa mereka pasti ada dalam sejarah.

Warisan dan Pengaruh Abadi

Dampak pada Bahasa Inggris

Shakespeare adalah tokoh transformatif dalam sejarah bahasa Inggris. Pada masanya, bahasa Inggris tertulis tidak distandarisasi dan sering kali “longgar, spontan”. Melalui karyanya, Shakespeare menyuntikkan vitalitas baru ke dalam bahasa tersebut dengan menyatukan tradisi Anglo-Saxon, kontinental, dan klasik. Ia meminjam dari sumber-sumber populer dan rakyat, serta menciptakan atau mempopulerkan ribuan kata dan frasa baru. Berdasarkan  Oxford English Dictionary, kontribusi leksikalnya mencakup kata-kata seperti arch-villain, birthplace, blood-sucking, dan uncomfortable.

Selain itu, ia juga menciptakan banyak frasa idiomatik yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari percakapan sehari-hari, bahkan bagi mereka yang tidak menyadari bahwa mereka mengutipnya. Popularitas dramanya kemudian secara tidak langsung membantu menstandarisasi bahasa Inggris melalui proyek-proyek seperti kamus Samuel Johnson, yang mengutip karyanya sebagai model. Kontribusi Shakespeare jauh melampaui sekadar memperkaya kosakata; ia membantu membentuk gaya, struktur, dan aturan yang mendasari bahasa Inggris modern.

Kata yang Dikenalkan Frasa yang Dikenalkan
arch-villain a fool’s paradise
birthplace the game is up
bloodsucking dead as a doornail
downstairs more in sorrow than in anger
fanged cruel, only to be kind
hunchbacked break the ice
lackluster heart of gold
manager all the world’s a stage
misquote to be or not to be
puppy dog the course of true love never did run smooth
swagger my only love sprung from my only hate

Pengaruh Global

Pengaruh Shakespeare meluas ke teater, sastra, dan budaya global. Ia adalah dramawan yang paling banyak dipentaskan dan karyanya telah diterjemahkan ke dalam setiap bahasa utama yang masih hidup. Karyanya telah menginspirasi novelis dan penyair terkemuka seperti Herman Melville dan Charles Dickens.

Dampak global Shakespeare paling baik diilustrasikan melalui perbandingan lintas budaya. Misalnya, Waris Shah, seorang penyair Sufi abad ke-18 dari Punjab, sering disebut “Shakespeare dari Punjab”. Meskipun mereka berasal dari waktu, budaya, dan agama yang berbeda , karya mereka memiliki kesamaan yang luar biasa. Keduanya mengeksplorasi tema-tema universal tentang kondisi manusia, cinta yang tragis, ketidakadilan sosial, dan kekuasaan.

Perbandingan ini bukan sekadar gelar kosong; itu menunjukkan bahwa tema-tema yang diangkat Shakespeare—tentang emosi, moralitas, dan kekuasaan manusia—adalah arketipe yang beresonansi di seluruh dunia, dari panggung di London hingga cerita rakyat di Punjab. Dengan demikian, Shakespeare bukan hanya ikon Inggris; ia adalah milik dunia, dengan karyanya yang berfungsi sebagai “cermin yang mencerminkan tantangan sosial hari ini”.

Kontroversi dan Spekulasi

Debat Kepengarangan

Setelah sekitar 230 tahun kematiannya, keraguan mulai muncul tentang kepengarangan karya-karya yang dikaitkan dengan William Shakespeare. Teori-teori alternatif muncul, mengusulkan nama-nama seperti Francis Bacon, Christopher Marlowe, dan Edward de Vere (Earl of Oxford). Argumen utama di balik teori-teori ini adalah bahwa seorang “putra pembuat sarung tangan” yang berpendidikan sederhana tidak mungkin memiliki pengetahuan yang mendalam tentang hukum, etiket istana, kedokteran, dan bahasa-bahasa lain yang ditemukan dalam dramanya.

Meskipun demikian, pandangan ilmiah yang umum adalah bahwa ini adalah “teori pinggiran” atau “konspirasi”. Keraguan tersebut tidak muncul selama masa hidup Shakespeare, yang diakui oleh para sejawatnya sebagai dramawan dan aktor terkemuka. Bukti dari rekan-rekannya, termasuk penerbitan First Folio, dengan jelas mengaitkan karya-karya tersebut dengannya. Debat itu sendiri dapat dilihat sebagai cerminan prasangka kelas, di mana orang-orang pada abad ke-19 merasa sulit untuk menerima bahwa seorang pria dari latar belakang sederhana dapat mencapai kejeniusan seperti itu. Mereka secara keliru menganggap bahwa karya-karya tersebut pasti ditulis oleh seorang bangsawan atau intelektual, sebuah pandangan yang tidak didukung oleh bukti faktual.

Teori Kepengarangan Argumen Utama Status Akademis
Stratfordian Shakespeare, pria dari Stratford-upon-Avon, adalah penulisnya. Didukung oleh catatan sejarah, kesaksian rekan-rekannya, dan penerbitan First Folio. Konsensus utama.
Baconian Francis Bacon adalah penulisnya. Pendukung berpendapat bahwa Shakespeare, seorang yang berlatar belakang sederhana, tidak mungkin memiliki pengetahuan ensiklopedis tentang hukum, sains, dan etiket istana. Teori pinggiran, secara umum ditolak oleh para sarjana Shakespeare.
Oxfordian Edward de Vere, Earl of Oxford ke-17, adalah penulisnya. Teori ini berpendapat bahwa bangsawanlah yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang diperlukan. Teori pinggiran yang paling populer, dianggap sebagai konspirasi oleh sebagian besar akademisi.

Karya-Karya yang Hilang

Kanon karya Shakespeare tidak sempurna. Meskipun ia adalah salah satu penulis drama paling terkenal, beberapa karyanya yang diketahui telah hilang dari sejarah, seperti Cardenio dan Love’s Labour’s Won. Hilangnya drama-drama ini tidak mengejutkan mengingat kerapuhan sejarah teater pada era tersebut. Naskah-naskah asli seringkali ditulis di atas kertas yang rapuh, dan teater-teater rentan terhadap bencana, seperti kebakaran Teater Globe pada tahun 1613.

Fakta bahwa bahkan karya Shakespeare pun tidak kebal terhadap kehancuran sejarah menggarisbawahi betapa pentingnya tindakan rekan-rekannya, Heminges dan Condell, yang mengumpulkan dan menerbitkan First Folio. Upaya ini kemungkinan besar merupakan tindakan paling penting yang menyelamatkan sebagian besar warisan dramatisnya, memastikannya dapat diakses dan dipelajari oleh generasi mendatang.

Kesimpulan

William Shakespeare adalah sosok yang kompleks, seorang dramawan dan penyair yang kejeniusannya tidak terlepas dari perannya sebagai pengusaha yang cerdik. Kehidupan dan kariernya yang terjalin erat antara kreativitas artistik dan bisnis yang cerdas memberinya stabilitas dan kebebasan untuk bereksperimen, yang menghasilkan kanon karya yang luar biasa dalam genre dan tema.

Warisan abadi Shakespeare meluas ke setiap sudut budaya dan bahasa. Ia tidak hanya memperkaya bahasa Inggris dengan ribuan kata dan frasa, tetapi juga membantu membentuknya menjadi alat ekspresi yang lebih terstruktur dan fasih. Pengaruhnya yang meluas, yang diwujudkan dalam perbandingan lintas budaya dengan penulis seperti Waris Shah, menegaskan bahwa karyanya melampaui batas geografis atau temporal. Ia adalah penulis universal yang berhasil menangkap dan mengartikulasikan esensi pengalaman manusia, dari cinta dan kekuasaan hingga kejatuhan dan penebusan.

Meskipun kontroversi seputar kepengarangan dan misteri yang mengelilingi kehidupan pribadinya terus memicu perdebatan, hal-hal ini hanya memperkuat daya pikatnya. Seperti yang dikatakan oleh saingannya, Ben Jonson, Shakespeare “bukan milik satu zaman, melainkan untuk selamanya”. Pernyataan ini tetap menjadi kebenaran yang bertahan lama. Karyanya terus mempesona, menginspirasi, dan menantang pembaca dan penonton di seluruh dunia, mengukuhkan posisinya yang tak tertandingi sebagai seniman yang benar-benar abadi.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

3 + 6 =
Powered by MathCaptcha