Abdul Sattar Edhi (1928-2016), seorang filantropis dan humanis asal Pakistan, secara universal dikenal sebagai “Malaikat Belas Kasih” berkat dedikasinya yang tak kenal lelah terhadap kaum miskin dan terlantar. Dia adalah pendiri Edhi Foundation, sebuah organisasi yang dimulai dari sebuah apotek kecil dan berkembang menjadi jaringan kesejahteraan swasta terbesar di dunia. Prinsip inti Edhi adalah bahwa kemanusiaan adalah agama tertinggi, sebuah filosofi yang memandu organisasinya untuk melayani setiap orang tanpa memandang ras, agama, atau status sosial.

Kepercayaan publik terhadap Edhi terbangun dari gaya hidupnya yang sangat sederhana dan asketis. Meskipun mengelola sumbangan bernilai jutaan dolar, dia dan keluarganya hidup di sebuah apartemen dua kamar yang sederhana, tidak pernah mengambil gaji, dan bahkan menggali kuburannya sendiri bertahun-tahun sebelum kematiannya. Kehidupan paradoks ini, di mana kekayaan yang dikelola berbanding terbalik dengan kekayaan pribadi, menjadi fondasi kredibilitasnya yang tak tertandingi. Selama hidupnya, Edhi Foundation telah menyelamatkan ribuan nyawa, melatih puluhan ribu perawat, dan menyediakan tempat tinggal bagi puluhan ribu anak yatim. Di bawah kepemimpinan putranya, Faisal Edhi, warisan kemanusiaan ini terus berlanjut.

Malaikat Belas Kasih

Di tengah kota Karachi yang sering dilanda kekerasan dan kekacauan, sosok Abdul Sattar Edhi muncul sebagai sebuah mercusuar harapan. Dia adalah seorang filantropis yang dedikasinya pada kemanusiaan membuatnya dihormati sebagai salah satu figur terpenting di Pakistan dan sekitarnya. Julukan “Malaikat Belas Kasih” diberikan kepadanya oleh masyarakat yang menyaksikan sendiri bagaimana dia secara konsisten hadir untuk membantu mereka yang berada dalam penderitaan, kapan pun dan di mana pun, siang atau malam. Kehadirannya yang tanpa batas, bahkan di lingkungan paling berbahaya, menjadikannya simbol kasih sayang yang nyata bagi jutaan orang.

Cerita hidup Edhi adalah bukti bagaimana visi, yang berakar pada pengalaman pribadi yang mendalam, dapat diubah menjadi sebuah institusi sosial yang monumental. Selama lebih dari enam dekade, dia tidak hanya membangun sebuah organisasi, tetapi juga sebuah sistem layanan yang paralel dengan struktur negara dan agama, mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh institusi-institusi tersebut. Laporan ini akan mengulas secara mendalam kehidupan, filosofi, dan warisan Edhi, menjelaskan bagaimana seorang pria dengan sumber daya terbatas mampu menciptakan dampak kemanusiaan yang tak terbayangkan.

Asal Mula Belas Kasih

Fondasi dari komitmen seumur hidup Abdul Sattar Edhi terhadap layanan kemanusiaan terbentuk sejak usia dini. Lahir pada tahun 1928 di Bantawa, Gujarat, India Britania, pengalaman masa kecilnya yang paling transformatif adalah melalui bimbingan ibunya. Sang ibu mengajarinya arti penting belas kasih dan amal sejak dini, dengan memberinya dua keping koin setiap hari—satu untuk dirinya sendiri dan satu untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Ritual harian ini menanamkan kebiasaan memberi yang menjadi inti dari karakternya.

Ketika Edhi berusia sebelas tahun, hidupnya berubah drastis setelah ibunya lumpuh dan kemudian menderita penyakit mental. Edhi mengabdikan dirinya untuk merawat sang ibu secara penuh, mulai dari memberi makan, memandikan, hingga membersihkan. Pengalaman ini, yang dia sebut sebagai “perjuangan yang sia-sia melawan penyakit,” membuka matanya terhadap penderitaan orang sakit dan tak berdaya. Hal ini meninggalkan kesan mendalam yang memotivasinya untuk menciptakan sistem layanan yang dapat membantu orang-orang yang menderita seperti ibunya, yang tidak memiliki siapa pun untuk merawat mereka.

Pada tahun 1947, setelah partisi India, Edhi dan keluarganya pindah ke Pakistan dan menetap di Karachi. Kekacauan dan penderitaan pengungsi yang dia saksikan secara langsung semakin memperkuat tekadnya untuk membangun jaringan kesejahteraan bagi kaum miskin dan rentan. Meskipun mengalami kesulitan ekonomi dan tidak memiliki pendidikan formal yang memadai—dia putus sekolah di kelas 5—Edhi menganggap pengalamannya dalam menyaksikan penderitaan sebagai “guru dan sumber kebijaksanaannya. Filosofi ini menempatkan pengalaman praktis dan empati di atas pendidikan formal, sebuah pendekatan yang kemudian membedakan karyanya dari yang lain.

Berikut adalah tabel yang merangkum beberapa tonggak penting dalam kehidupan Abdul Sattar Edhi:

Tanggal Tonggak Penting
1928 Lahir di Bantva, Gujarat, India Britania
1939 Ibunya lumpuh dan sakit mental (usia 11 tahun)
1947 Bermigrasi ke Karachi, Pakistan, setelah partisi
1951 Mendirikan apotek gratis pertama dengan sumbangan komunitas
1957 Membeli ambulans pertamanya
1965 Menikah dengan Bilquis
1986 Menerima Ramon Magsaysay Award
1989 Menerima Nishan-e-Imtiaz, penghargaan sipil tertinggi Pakistan
2016 Wafat pada tanggal 8 Juli

Membangun Kerajaan Kemanusiaan dari Nol

Edhi Foundation tidak dimulai sebagai organisasi besar. Setelah menabung dari pekerjaannya sebagai pedagang kain, Edhi mendirikan sebuah apotek kecil di Karachi pada tahun 1951 Apotek ini, yang dioperasikan dengan sumber daya minimal, menyediakan bantuan medis dasar bagi mereka yang tidak mampu. Awalnya, dia menghadapi keraguan dari komunitasnya sendiri, yang menolak memberikan dukungan finansial lebih lanjut. Namun, hal ini tidak menghentikannya. Edhi secara pribadi turun ke jalan, mengumpulkan sumbangan dari masyarakat umum, sebuah tindakan yang membangun kepercayaan yang tak tergoyahkan dari masyarakat.

Titik balik datang pada tahun 1957 ketika wabah flu Asia melanda Pakistan. Menyadari kurangnya layanan transportasi darurat, Edhi menggunakan sumbangan untuk membeli sebuah van kecil dan mengubahnya menjadi ambulans. Dia sendiri yang mengendarainya, membawa pasien ke rumah sakit tanpa memandang waktu. Komitmen langsung dan tanpa henti ini dengan cepat mendapatkan kepercayaan publik, yang menyebabkan peningkatan sumbangan dan memungkinkan Edhi untuk mengembangkan armada ambulansnya menjadi jaringan sukarelawan terbesar di dunia.

Saat ini, skala Edhi Foundation tidak tertandingi. Organisasi ini mengoperasikan lebih dari 300 pusat kesejahteraan di seluruh Pakistan. Jaringan layanannya sangat luas, meliputi:

  • Layanan Ambulans: Armada swasta terbesar di dunia dengan lebih dari 5.000 van ambulans, dua jet pribadi, dan satu helikopter untuk menanggapi keadaan darurat.
  • Layanan Kesehatan: Delapan rumah sakit di Karachi saja, klinik mata, pusat diabetes, bank darah, dan unit bedah.
  • Kesejahteraan Anak dan Wanita: Program ‘jhoola’ (tempat tidur bayi) yang menyelamatkan bayi terlantar, panti asuhan, dan rumah aman bagi wanita dan anak-anak yang tertekan.
  • Layanan Lainnya: Bantuan hukum gratis, pusat rehabilitasi narkoba, layanan untuk orang hilang, dan bahkan layanan penguburan untuk jenazah tak dikenal.

Model pendanaan Edhi Foundation adalah salah satu aspek yang paling luar biasa. Organisasi ini sepenuhnya mengandalkan sumbangan individu dan secara prinsipil menolak pendanaan dari pemerintah dan bantuan asing. Sikap ini bukan hanya etika, tetapi juga strategi yang krusial yang memastikan kemandirian dan netralitas yayasan. Dengan tidak terikat pada agenda politik atau ideologis apa pun, Edhi dapat beroperasi secara bebas, bahkan di lingkungan yang berbahaya, dan memelihara filosofi “kemanusiaan di atas segalanya” tanpa kompromi. Keberhasilannya menunjukkan bahwa sebuah organisasi yang efektif dan tepercaya dapat membangun otoritas moralnya sendiri dari bawah ke atas.

Berikut adalah tabel yang merangkum jaringan layanan dan pencapaian Edhi Foundation:

Layanan/Pencapaian Deskripsi/Jumlah
Pusat Kesejahteraan Lebih dari 300 di seluruh Pakistan
Ambulans Darat Lebih dari 5.000 van
Ambulans Udara & Laut 2 pesawat, 1 helikopter, dan 28 kapal penyelamat
Anak-Anak Terlantar yang Diselamatkan Lebih dari 20.000
Anak Yatim yang Ditampung Lebih dari 50.000
Perawat Terlatih Lebih dari 40.000
Bayi yang Dilahirkan di Pusat Bersalin Edhi 1 juta
Rumah Sakit 8 rumah sakit di Karachi

Pilar Kehidupan dan Warisan

Kehidupan dan pekerjaan Abdul Sattar Edhi dibangun di atas prinsip-prinsip yang tak tergoyahkan. Salah satu filosofinya yang paling terkenal adalah, “Agama saya adalah kemanusiaan, yang merupakan dasar dari setiap agama di dunia”. Prinsip non-diskriminasi ini adalah ciri khas dari Edhi Foundation, yang melayani semua orang—termasuk Kristen, Hindu, dan Muslim, kaya dan miskin, tua dan muda—tanpa memandang afiliasi agama atau status sosial. Pendekatan universal ini terkadang membuatnya berselisih dengan kelompok-kelompok ekstremis, yang menyerangnya karena dianggap “tidak Islami”. Namun, dia tidak pernah goyah dalam misinya, terus bekerja tanpa lelah meskipun menghadapi ancaman.

Kesuksesan Edhi tidak bisa dilepaskan dari peran vital istrinya, Bilquis Edhi (1947-2022) . Sebagai seorang perawat dan rekan ketua yayasan, Bilquis memainkan peran yang krusial dalam mengembangkan layanan kesejahteraan anak dan wanita. Dia bertanggung jawab atas proyek ‘jhoola’ yang menyelamatkan ribuan bayi terlantar. Kemitraan mereka bersifat simbiotik: Abdul Sattar yang dikenal publik dan berani membangun infrastruktur skala besar (seperti jaringan ambulans), sementara Bilquis yang penuh kasih membangun kepercayaan untuk layanan yang sangat sensitif seperti rumah aman dan program adopsi. Tanpa kontribusi Bilquis, jangkauan dan kedalaman pekerjaan yayasan tidak akan seluas itu, yang menegaskan bahwa Edhi Foundation adalah sebuah usaha keluarga, bukan hanya hasil kerja satu orang.

Yang paling mengesankan dari sosok Edhi adalah gaya hidupnya yang asketis dan sederhana. Dia dijuluki sebagai “orang miskin terkaya” karena meskipun mengelola jutaan dolar sumbangan, dia tidak pernah mengambil gaji. Edhi dan keluarganya tinggal di sebuah apartemen dua kamar yang sederhana di samping kantor pusat yayasan. Dia menolak penghargaan dan publisitas, dan memilih untuk mengabdikan hidupnya pada prinsip-prinsip kebenaran, kesederhanaan, kerja keras, dan ketepatan waktu. Kematiannya pun mencerminkan kesederhanaan ini; dia dikuburkan dengan pakaian yang sama saat meninggal, di kuburan yang telah dia gali sendiri bertahun-tahun sebelumnya. Kesederhanaan ini memberinya kredibilitas yang tak tertandingi di mata publik, yang tahu bahwa setiap sumbangan akan digunakan sepenuhnya untuk tujuan yang dimaksudkan.

Warisan yang Abadi

Warisan Abdul Sattar Edhi tidak hanya tercermin dari pekerjaan yang dia lakukan, tetapi juga dari pengakuan yang dia terima di tingkat nasional dan global. Dia dianugerahi berbagai penghargaan, termasuk Nishan-e-Imtiaz, penghargaan sipil tertinggi di Pakistan, dan Ramon Magsaysay Award dari Filipina. Dia juga dinominasikan beberapa kali untuk Nobel Perdamaian. Penghargaan ini tidak hanya menghormati layanannya, tetapi juga filosofi uniknya yang melampaui batas-batas politik dan agama.

Kematian Edhi pada tanggal 8 Juli 2016 menjadi duka nasional. Pemakamannya adalah yang terbesar dalam sejarah Pakistan, dihadiri oleh ribuan orang, termasuk para pemimpin militer dan pejabat pemerintah. Dia adalah satu-satunya warga sipil yang diberi pemakaman kenegaraan dengan pengawal kehormatan dan 19 tembakan kehormatan. Pengakuan resmi ini, yang diberikan meskipun ia sering mengkritik para pemimpin politik dan agama, dapat dilihat sebagai pengakuan terhadap otoritas moral yang telah ia bangun. Itu adalah pengakuan bahwa kredibilitasnya di mata masyarakat jauh melampaui kredibilitas mereka sendiri. Bahkan dalam kematian, dia tetap berkomitmen pada kemanusiaan dengan mendonorkan korneanya kepada dua orang yang buta.

Warisan Edhi terus berlanjut di bawah kepemimpinan putranya, Faisal Edhi, yang telah berjanji untuk menjunjung tinggi misi ayahnya. Yayasan ini tetap menjadi simbol harapan bagi jutaan orang. Sebagai penghormatan anumerta, Google merayakan ulang tahunnya dengan sebuah Doodle pada tahun 2017, dan Pakistan Post mengeluarkan prangko khusus. Namun, warisan sejatinya terletak pada jutaan nyawa yang dia sentuh dan gerakan kemanusiaan yang dia inspirasi, yang membuktikan bahwa kekayaan sejati tidak diukur dari kepemilikan materi, tetapi dari jumlah kehidupan yang diubah menjadi lebih baik.

Berikut adalah tabel yang merinci beberapa penghargaan dan penghormatan penting yang diterima oleh Abdul Sattar Edhi:

Penghargaan Pemberi Penghargaan Tahun
Ramon Magsaysay Award Ramon Magsaysay Award Foundation 1986
Nishan-e-Imtiaz Pemerintah Pakistan 1989
Lenin Peace Prize Uni Soviet 1988
Guinness Book of World Records Guinness Book of World Records 2000
International Balzan Prize Pakistan Civic Society 2000
UNESCO Madanjeet Singh Prize UNESCO 2009
Seoul Peace Prize POSCO TJ Park Foundation 2009
London Peace Award London Peace Award 2011
Doktor Kehormatan Institute of Business Administration 2006
Pemakaman Kenegaraan Pemerintah Pakistan 2016

Kesimpulan: Sebuah Inspirasi bagi Kemanusiaan

Abdul Sattar Edhi adalah sosok yang tak tertandingi dalam sejarah filantropi. Hidupnya adalah bukti nyata dari kekuatan tekad dan belas kasih tanpa syarat. Ia mengambil pengalaman pahit dari merawat ibunya dan mengubahnya menjadi visi untuk melayani orang-orang yang terlantar. Dengan prinsip-prinsip sederhana seperti kebenaran, kerja keras, dan kerendahan hati, ia membangun Edhi Foundation dari nol, tanpa mengandalkan dukungan pemerintah atau lembaga besar.

Warisan Edhi melampaui layanan yang diberikannya. Ia menunjukkan bahwa seseorang dapat memperoleh otoritas moral yang lebih besar daripada pemimpin politik atau agama, hanya dengan dedikasi murni dan pelayanan tanpa pamrih. Sikap hidupnya yang sangat sederhana, meskipun mengelola kekayaan yang sangat besar, menjadi contoh yang kuat bagi semua orang. Misi Yayasan Edhi, yang dirangkum dalam moto “Hidup dan Bantu Hidup,” tetap menjadi seruan yang kuat bagi kita semua. Kehidupan Edhi membuktikan bahwa kekayaan sejati tidak diukur dari kepemilikan materi, tetapi dari dampak positif yang diberikan pada kehidupan orang lain.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

32 + = 41
Powered by MathCaptcha