Latar Belakang dan Signifikansi Komunitas Amish
Komunitas Amish merepresentasikan fenomena sosial-keagamaan yang luar biasa di Amerika Utara. Dikenal karena ketergantungan pada transportasi kuda-dan-kereta serta gaya hidup pedesaan yang menolak kemudahan modern , Amish berfungsi sebagai studi kasus unik dalam sosiologi agama. Kehidupan mereka secara sadar dibentuk oleh prinsip separation (keterpisahan) dan non-conformity (ketidaksesuaian) dari masyarakat arus utama, yang mereka sebut sebagai dunia Englisch. Meskipun gambarannya sering disederhanakan sebagai penolak teknologi, kompleksitas sejati komunitas Amish terletak pada landasan teologis, mekanisme disiplin sosial, dan dinamika adaptasi yang memungkinkan mereka mempertahankan gaya hidup berabad-abad di tengah modernitas yang terus berkembang.
Ruang Lingkup dan Metodologi Analisis
Laporan ini mengadopsi pendekatan analitis komprehensif, mengintegrasikan data historis mengenai Anabaptisme, kerangka filosofis teologis, statistik demografi terbaru, dan interaksi hukum penting untuk menyajikan analisis yang bernuansa dan mendalam mengenai cara komunitas Amish mempertahankan batas-batas budaya mereka.
Akar Historis dan Landasan Teologis Anabaptisme
Kebangkitan Anabaptis dan Peran Menno Simons
Akar komunitas Amish tertanam kuat dalam Gerakan Reformasi Radikal abad ke-16 di Eropa. Mereka berasal dari kelompok Anabaptis, yang dikenal sebagai “pembaptis ulang,” sebuah nama yang merujuk pada penolakan mereka terhadap baptisan bayi. Anabaptis berpegang pada keyakinan bahwa baptisan hanya sah jika dilakukan setelah seseorang membuat komitmen sadar kepada Kristus.
Tokoh kunci dalam konsolidasi gerakan ini adalah Menno Simons (1496–1561). Ajarannya berhasil menyatukan berbagai faksi Anabaptis, dan pengikutnya kemudian dikenal sebagai Mennonites atau “pengikut Menno”. Amish mewarisi beberapa prinsip Mennonite yang esensial, termasuk pacifisme (penolakan untuk berpartisipasi dalam konflik militer), ketergantungan komunitas yang erat (sering bertindak sebagai keluarga besar yang diperluas), dan praktik disiplin gereja, khususnya pengucilan (shunning) bagi mereka yang melanggar aturan.
Perpecahan (Schism) dan Kelahiran Kaum Amish
Perpecahan yang secara definitif melahirkan gerakan Amish terjadi di Swiss dan wilayah berbahasa Jerman lainnya (seperti Palatinate) pada akhir abad ke-17, memisahkan faksi Mennonite Swiss yang lebih konservatif.
Tokoh Kunci dan Konflik Disiplin: Jakob Ammann (1644–sekitar 1712 hingga 1730), seorang pemimpin Anabaptis Swiss, memainkan peran sentral dan menjadi nama gerakan religius ini. Ammann mendorong interpretasi yang lebih ketat terhadap disiplin gereja. Titik perselisihan utama adalah penerapan Meidung (shunning) yang lebih ketat dan bagaimana berinteraksi dengan Mennonite atau non-Mennonite lain yang dikenal sebagai “True-Hearted.” Ammann bersikeras bahwa shunning harus diterapkan secara lebih keras dan menyeluruh untuk mempertahankan batas-batas teologis dan sosial komunitas. Perbedaan pendapat mengenai keketatan disiplin inilah yang menyebabkan pengikutnya dikenal sebagai Amish.
Migrasi ke Amerika Utara
Tidak seperti Reformis lain yang didukung negara, Mennonites dan Anabaptis lainnya sering kali tersebar dan dianiaya di seluruh Eropa Tengah dan Barat Laut. Pada tahun 1700-an, banyak komunitas Amish memutuskan untuk mencari perlindungan. Mereka meninggalkan Eropa, tertarik oleh janji kebebasan beragama yang ditawarkan di Amerika Utara. Imigran Amish pertama kali menetap di Pennsylvania. Sejak pemukiman awal ini, komunitas Amish kemudian menyebar ke berbagai negara bagian AS dan Kanada, mempertahankan cara hidup tradisional mereka, termasuk menggunakan transportasi kuda-dan-kereta dan menolak listrik dan fasilitas modern lainnya.
Filosofi Kehidupan Inti: Gelassenheit, Ordnung, dan Keterpisahan
Fondasi kehidupan sosial dan spiritual Amish terletak pada tiga pilar konseptual: Gelassenheit, Ordnung, dan Meidung.
Gelassenheit: Semangat Kerendahan Hati dan Penyerahan Diri
Gelassenheit adalah konsep filosofis dan teologis inti yang membentuk perilaku Amish. Meskipun terjemahan harfiahnya mungkin ‘ketenangan’ atau ‘kepasrahan’, dalam konteks Amish, konsep ini melampaui kedamaian. Gelassenheit adalah semangat kerendahan hati, kesederhanaan, dan penyerahan diri total atau kepatuhan kepada otoritas yang lebih tinggi: kehendak Tuhan, gereja, tetua, orang tua, komunitas, dan tradisi.
Prinsip ini secara esensial adalah antitesis dari kebanggaan diri (Hochmut) dan individualisme modern. Kepatuhan yang diminta oleh Gelassenheit menjelaskan mengapa Amish secara kolektif menolak teknologi atau gaya hidup yang dapat memicu kebanggaan diri, menciptakan ketidaksetaraan kekayaan, atau menonjolkan preferensi pribadi daripada kepentingan kolektif.
Prinsip ini memiliki implikasi mendalam, berfungsi sebagai anti-kapitalisme fungsional. Dengan membatasi penggunaan teknologi yang mendorong persaingan individu yang cepat (seperti mobil atau komunikasi digital) , komunitas Amish memastikan bahwa individu secara fundamental harus tunduk pada kecepatan dan kebutuhan kolektif. Pembatasan ini mempertahankan struktur ekonomi yang berbasis pada pertanian pedesaan dan bisnis skala kecil, memaksa ketergantungan internal dan secara efektif menghalangi munculnya disparitas kekayaan yang akan merusak kesetaraan sosial dan semangat penyerahan diri.
Ordnung: Kode Etik Tak Tertulis untuk Keterpisahan
Ordnung (bahasa Jerman untuk ‘keteraturan’ atau ‘aturan’) adalah seperangkat peraturan spesifik distrik yang mengatur hampir setiap aspek kehidupan sehari-hari, mulai dari pakaian hingga teknologi. Peraturan ini biasanya tidak tertulis, diwariskan melalui tradisi lisan dan praktik, dan ditegaskan dua kali setahun.
Tujuan utama Ordnung adalah untuk menerapkan prinsip alkitabiah separation from the world. Karena Ordnung bersifat dinamis dan spesifik per distrik, pemimpin gereja (uskup dan tetua) secara rutin meninjau dan memperbarui peraturan ini seiring munculnya isu-isu baru (misalnya, penggunaan ponsel atau desain perabotan).
Contoh implementasi Ordnung sangat terperinci: larangan memiliki mobil, mengakses listrik dari jaringan utilitas publik, memiliki perangkat komunikasi massa (TV, radio, komputer pribadi), atau melanjutkan pendidikan formal di luar sekolah kelas delapan. Selain itu, Ordnung mengatur pakaian sebagai simbol kepatuhan: pria menikah diharapkan memelihara jenggot tanpa kumis dan mengenakan penutup kepala khas, sementara wanita harus mengenakan penutup kepala dan gaun tiga potong (cape dan apron). Pakaian ini berfungsi sebagai simbol publik dari identitas kelompok dan penyerahan diri kepada tatanan kolektif, bukan ekspresi preferensi pribadi.
Disiplin Komunitas: Meidung (Shunning)
Untuk menjaga integritas Ordnung dan memurnikan iman, Amish menerapkan Meidung (pengucilan atau shunning), yang merupakan hukuman sosial yang ketat. Meidung (atau bann) diterapkan kepada anggota yang telah dibaptis yang melanggar peraturan atau kepada mereka yang menolak untuk dibaptis dan dengan demikian menolak tunduk pada komunitas. Praktik ini berfungsi sebagai bentuk kurungan sosial dari teman dan keluarga, dengan tujuan untuk menstigmatisasi mereka yang tidak patuh dan memperkuat batas moral komunitas. Konsekuensi Meidung adalah isolasi sosial dan terkadang ekonomi. Tingkat keketatan penerapan bervariasi; misalnya, di Lancaster County, shunning bisa sangat ketat, sementara komunitas lain mungkin menerapkan weak shun, seperti makan di meja terpisah dari keluarga yang dikucilkan, atau bahkan tidak menerapkan shunning sama sekali.
Dinamika Internal: Keragaman, Teknologi Selektif, dan Konflik Teologis
Spektrum Konservatisme dan Afiliasi
Komunitas Amish bukanlah entitas tunggal. Sebaliknya, mereka terdiri dari spektrum konservatisme yang luas, dengan lebih dari 40 afiliasi berbeda yang tersebar di 30 negara bagian dan satu provinsi Kanada.
Afiliasi didefinisikan sebagai “kluster dua atau lebih distrik dengan sejarah bersama minimal dua puluh tahun” yang berbagi Ordnung serupa, menciptakan simbol-simbol gaya hidup yang membedakan mereka satu sama lain. Spektrum ini berkisar dari kelompok yang sangat konservatif (misalnya, Swartzentruber Amish), kelompok konservatif tradisional (Old Order Amish), hingga kelompok yang lebih progresif (New Order Amish), dan yang paling progresif yang telah mengadopsi mobil dan teknologi modern (Beachy Amish Mennonite).
Keberagaman internal ini, yang diwujudkan dalam lebih dari 40 afiliasi , dapat dipandang sebagai katup pengaman sosiologis. Daripada memaksa anggota yang memiliki perbedaan interpretasi Ordnung untuk sepenuhnya meninggalkan Anabaptisme, perpecahan memungkinkan faksi-faksi (seperti New Order pada tahun 1960-an) untuk membentuk kelompok terpisah. Mekanisme ini memungkinkan komunitas yang lebih konservatif untuk mempertahankan keketatan Ordnung mereka, sambil mempertahankan anggota yang lebih progresif di dalam spektrum Anabaptis yang lebih luas, sehingga mendukung pertumbuhan populasi Anabaptis secara keseluruhan.
Perbedaan Old Order vs. New Order: Konflik Teologis
Perpecahan antara New Order dan Old Order Amish pada tahun 1960-an berakar pada perbedaan teologis yang signifikan dan isu pengawasan pemuda.
Teologi Keselamatan: New Order Amish secara teologis lebih selaras dengan prinsip-prinsip Protestan Injili. Mereka menekankan hubungan pribadi dengan Yesus, pembacaan Alkitab, dan yang paling penting, keyakinan pada jaminan keselamatan (assurance of salvation). Sebaliknya, Old Order Amish cenderung mengajarkan keselamatan melalui kepatuhan pada Ordnung (works) dan menyatakan bahwa seseorang hanya dapat berharap untuk masuk surga, menganggap klaim jaminan keselamatan sebagai tindakan yang didorong oleh kesombongan (prideful).
Praktik dan Teknologi: New Order umumnya lebih longgar dalam hal teknologi dan disiplin sosial. Mereka mengizinkan anggotanya memiliki telepon di rumah, sementara Old Order membatasi penggunaan telepon hanya pada bilik di luar rumah (shanties) di ujung jalan masuk. New Order juga lebih evangelistik, ingin berbagi keselamatan dengan dunia luar, berbeda dengan fokus Old Order pada keterpisahan.
Tabel 1: Perbandingan Sosiologis Tiga Afiliasi Utama Amish
Kriteria Perbandingan | Old Order Amish (Konservatif Tradisional) | New Order Amish (Progresif Teologis) | Beachy Amish Mennonite (Paling Progresif) |
Peralatan Komunikasi Rumah | Telepon di bilik umum (shanty) di luar rumah. | Diperbolehkan memiliki telepon di rumah. | Penggunaan telepon di rumah, seringkali memiliki akses internet terbatas. |
Kepemilikan Mobil | Dilarang keras. Menggunakan kereta kuda (buggy). | Dilarang keras. Menggunakan kereta kuda. | Umumnya diperbolehkan memiliki atau menggunakan mobil. |
Pandangan Keselamatan | Keselamatan melalui kerja dan berharap mencapai surga (“hope to make it”). | Keyakinan yang lebih kuat pada jaminan keselamatan; mendorong hubungan pribadi dengan Yesus. | Keyakinan pada jaminan keselamatan dan evangelisme aktif. |
Evangelisme/Misi | Tidak evangelistik; fokus pada pemisahan diri. | Aktif evangelistik; bersemangat membagikan keselamatan. | Sangat evangelistik dan misionaris. |
Adopsi Teknologi Selektif: Melawan Mitos Penolakan Total
Pandangan umum yang salah adalah bahwa Amish menolak semua bentuk teknologi. Kenyataannya, Amish menerapkan adopsi teknologi secara selektif. Teknologi tidak dianggap jahat secara inheren, tetapi dievaluasi berdasarkan bagaimana ia akan memengaruhi kohesi komunitas, merusak semangat Gelassenheit, atau melanggar prinsip keterpisahan.
Amish adalah ahli dalam manajemen batas; mereka siap membeli teknologi modern tertentu seperti alat bengkel, panggangan gas, atau beberapa peralatan pertanian, dan mereka juga memodifikasi mesin agar sesuai dengan pedoman budaya (misalnya, menggunakan tenaga hidrolik atau diesel, bukan listrik dari jaringan publik).
Pemimpin Amish bekerja dengan dua aksioma: perubahan itu buruk, dan apa yang sudah ada itu baik. Dengan demikian, setiap pengembangan baru diinterogasi untuk menilai dampaknya pada komunitas. Terdapat pergeseran dalam pengambilan keputusan Amish dari model “pagar” (membuat aturan untuk membatasi teknologi) ke model “saklar” (mengontrol aliran informasi), sebuah strategi yang lebih canggih untuk mempertahankan batas budaya di era informasi. Kemampuan untuk menerima teknologi tertentu (alat bengkel yang mendukung mata pencaharian) sambil menolak yang lain (listrik publik yang menghubungkan mereka dengan dunia luar) menunjukkan bahwa konservatisme Amish adalah hasil dari proses adaptasi dinamis dan terus-menerus, bukan penghentian total adopsi teknologi. Kelangsungan hidup mereka justru bergantung pada adaptasi terstruktur yang cerdas ini.
Siklus Kehidupan, Pendidikan, dan Interaksi Hukum
Rumspringa: Periode Pengambilan Keputusan Kritis
Rumspringa (istilah Belanda Pennsylvania untuk “masa berlari-lari”) adalah periode formatif yang dialami pemuda Amish, biasanya dimulai sekitar usia 16 tahun, sebelum mereka membuat keputusan monumental untuk dibaptis.
Periode ini berfungsi sebagai jembatan yang ambigu antara pengawasan orang tua dan otoritas gereja. Karena pemuda belum dibaptis, secara teknis mereka tidak tunduk pada regulasi gereja dan konsekuensi berat dari Meidung. Meskipun sering digambarkan secara dramatis dalam budaya populer sebagai “masa liar” dengan obat-obatan dan pesta, realitasnya bagi mayoritas komunitas yang mempraktikkannya adalah Rumspringa berarti memperoleh lebih banyak kemandirian untuk bersosialisasi dengan pemuda Amish lainnya—seperti pergi ke pertemuan menyanyi Jerman, bermain voli, atau bergabung dengan tim bisbol—tanpa pengawasan ketat. Masa ini berakhir ketika individu tersebut memilih untuk dibaptis, yang merupakan persyaratan praktis dan teologis untuk menjadi anggota penuh komunitas dan untuk dapat menikah.
Filosofi dan Struktur Pendidikan Amish
Komunitas Old Order Amish memiliki filosofi pendidikan yang unik yang dirancang untuk membekali anak-anak dengan keterampilan dasar yang relevan dengan kehidupan pedesaan dan, yang terpenting, nilai-nilai komunitas. Pendidikan formal secara ketat dibatasi hingga kelas delapan, atau sekitar usia 14 tahun.
Kurikulumnya dirancang untuk menanamkan kepatuhan dan mempersiapkan anak-anak untuk peran tradisional di komunitas. Pendidikan, dalam pandangan Amish di abad ke-21, menjadi kurang tentang isolasi total dari dunia luar dan lebih banyak tentang membentuk cara anak-anak berinteraksi dengan dunia Englisch secara bertanggung jawab.
Implikasi Hukum: Wisconsin v. Yoder (1972)
Kasus Mahkamah Agung Amerika Serikat, Wisconsin v. Yoder (1972), merupakan momen hukum yang krusial yang mengukuhkan hak komunitas Amish untuk mendefinisikan batas-batas pendidikan mereka.
Mahkamah Agung memutuskan bahwa hak keluarga Amish untuk menjalankan agama secara bebas lebih penting daripada kepentingan negara bagian Wisconsin untuk memaksa anak-anak melanjutkan sekolah umum setelah kelas delapan. Pengadilan mencatat bahwa kurikulum sekolah menengah Englisch “sangat bertentangan” dengan nilai-nilai Amish, dan jika dipaksakan, akan mengancam kelangsungan hidup komunitas tersebut. Keputusan Yoder membebaskan keluarga Amish dari hukum negara bagian Wisconsin, yang secara hukum mengukuhkan kemampuan mereka untuk mengontrol paparan budaya anak-anak.
Keputusan Yoder ini berfungsi sebagai instrumen kontrol budaya yang dilegalkan. Dengan membatasi pendidikan formal pada kelas delapan, Amish secara efektif membatasi paparan anak-anak terhadap ideologi, aspirasi karir, dan mobilitas sosial yang terkait dengan dunia Englisch. Ini secara langsung meningkatkan kemungkinan bahwa pemuda, setelah menyelesaikan Rumspringa, akan memilih baptisan, karena pilihan karir dan prospek masa depan mereka sebagian besar sudah terikat pada ekosistem pertanian, pertukangan, dan bisnis komunitas Amish.
Demografi, Geografi, dan Isu Genealogi
Populasi Amish mengalami pertumbuhan yang eksplosif, didorong oleh tingkat kelahiran yang tinggi dan tingkat retensi pemuda yang kuat setelah Rumspringa. Mereka terkonsentrasi di Amerika Utara, khususnya di Amerika Serikat.
Tabel 2: Perkiraan Populasi dan Pemukiman Amish di Negara Bagian Utama AS (Data Terbaru)
Negara Bagian | Jumlah Pemukiman (Settlements) | Populasi Perkiraan |
Pennsylvania | 61 | 89,765 |
Ohio | 69 | 84,065 |
Indiana | 27 | 63,645 |
Wisconsin | 64 | 24,920 |
New York | 58 | 23,285 |
Total (Lima Negara Bagian) | 279 | 285,680 |
Data demografi terbaru menunjukkan Ohio memiliki jumlah pemukiman terbanyak (69) dibandingkan Pennsylvania (61), meskipun Pennsylvania mempertahankan populasi total terbesar. Konsentrasi populasi yang padat ini di beberapa negara bagian mendukung ketergantungan internal yang menjadi ciri khas Amish.
Genealogi dan Kekerabatan: Isolasi yang didorong oleh Ordnung dan Gelassenheit secara kultural dan geografis, telah menimbulkan konsekuensi biologis. Penelitian epidemiologi di Lancaster County, Pennsylvania, menunjukkan pola inbreeding (consanguinity) yang tinggi dan meningkat dari waktu ke waktu. Koefisien kekerabatan rata-rata (kinship coefficient) dan proporsi pernikahan terkait telah meningkat secara signifikan, mencapai 98% dari pernikahan setelah tahun 1950 yang melibatkan pasangan yang berkerabat. Data ini menunjukkan bahwa tingkat pernikahan sedarah yang tinggi adalah konsekuensi yang tidak terhindarkan dari separation from the world yang efektif. Meskipun endogami religius ini melestarikan integritas budaya dan teologis, hal itu menyebabkan peningkatan risiko penyakit genetik resesif, memberikan kontras unik terhadap tren penurunan inbreeding di sebagian besar dunia.
Isu-Isu Kontemporer dan Tantangan Eksternal
Dilema Pariwisata dan Komersialisasi Budaya
Gaya hidup Amish yang sederhana telah menarik perhatian luas, menjadikannya objek daya tarik pariwisata yang signifikan. Namun, interaksi dengan industri pariwisata menimbulkan dilema substansial.
Sebagaimana dicatat dalam analisis pariwisata secara umum, sektor ini sering kali didorong oleh segi komersial murni, yang berpotensi menyebabkan pencemaran dan pengikisan budaya tradisional. Dalam konteks Amish, komersialisasi ini merupakan ancaman langsung terhadap Gelassenheit. Ketika anggota komunitas menjadi pengusaha yang sangat sukses atau bergantung pada pendapatan Englisch yang dihasilkan dari menjual produk atau citra budaya mereka, hal itu dapat memicu Hochmut (kebanggaan) dan menciptakan ketidaksetaraan ekonomi di dalam komunitas. Tekanan ini memaksa para pemimpin gereja untuk terus-menerus meninjau kembali Ordnung untuk memastikan bahwa bisnis tetap berskala kecil dan berorientasi pada komunitas, membatasi potensi kekayaan yang dapat merusak struktur sosial yang setara.
Tantangan Ekonomi dan Adaptasi Modern
Pertumbuhan populasi yang tinggi telah mengurangi ketersediaan lahan pertanian untuk generasi baru. Sebagai respons, banyak pria Amish beralih dari pertanian ke industri non-pertanian, seperti pertukangan, konstruksi, dan bisnis manufaktur kecil.
Adaptasi ekonomi ini memerlukan kompromi cerdas dalam penerapan Ordnung. Mereka menggunakan mesin-mesin modern di bengkel mereka (misalnya, mesin bertenaga udara atau generator diesel) untuk tetap bersaing di pasar Englisch, selama mesin-mesin tersebut tidak terhubung ke jaringan listrik utilitas publik. Adaptasi ini menunjukkan bahwa Amish bukanlah penolak perubahan melainkan ahli dalam manajemen batas; mereka menyesuaikan Ordnung mereka untuk mengizinkan inovasi yang mendukung mata pencaharian tanpa merusak keterpisahan teologis mereka.
Masa Depan Komunitas Amish: Keberlanjutan Budaya
Dengan tingkat kelahiran yang tinggi dan tingkat retensi pemuda yang kuat, populasi Amish diperkirakan akan terus tumbuh. Tantangan utama di masa depan adalah mengelola tekanan eksternal dan internal yang meningkat.
Secara eksternal, tekanan pariwisata dan harga lahan yang tinggi akan terus menjadi masalah. Secara internal, tantangan terbesar adalah bagaimana mengelola evolusi teknologi, seperti telepon seluler dan internet. Keberhasilan jangka panjang komunitas Amish akan bergantung pada kemampuan pemimpin gereja untuk terus menafsirkan Ordnung secara fleksibel—mengizinkan teknologi yang mendukung mata pencaharian tetapi memblokir teknologi yang merusak kohesi sosial—sambil mempertahankan dasar filosofis Gelassenheit dan perlindungan hukum yang diberikan oleh preseden seperti Wisconsin v. Yoder.
Kesimpulan
Komunitas Amish adalah struktur sosial yang rumit, dibangun di atas fondasi Anabaptis yang diperkuat oleh pemimpin Swiss Jakob Ammann pada abad ke-17. Keberhasilan mereka dalam mempertahankan cara hidup yang berbeda selama berabad-abad tidak disebabkan oleh stagnasi, melainkan oleh dinamisme yang terstruktur. Filosofi sentral mereka, Gelassenheit—semangat kerendahan hati dan penyerahan diri—diwujudkan melalui Ordnung, kode etik spesifik distrik yang mengatur keterpisahan dari dunia.
Analisis menunjukkan bahwa pembatasan teknologi yang diberlakukan oleh Ordnung berfungsi sebagai mekanisme anti-kapitalis fungsional, mencegah individualisme dan kesombongan yang dapat merusak kohesi. Selain itu, keragaman dalam afiliasi (Old Order, New Order, dll.) memungkinkan mereka untuk mengelola perbedaan teologis dan sosial tanpa kehilangan anggota dari spektrum Anabaptis sepenuhnya.
Implikasi Keberlanjutan Komunitas
Keberlanjutan Amish di masa depan bergantung pada keseimbangan yang rapuh: mempertahankan batas hukum (seperti yang dikukuhkan oleh Wisconsin v. Yoder) yang melindungi otonomi pendidikan mereka, dan terus menginterpretasikan Ordnung secara selektif untuk memungkinkan adaptasi ekonomi yang berkelanjutan tanpa melanggar prinsip Gelassenheit. Konsentrasi geografis yang padat dan pola perkawinan sedarah yang tinggi adalah biaya sosiologis dan biologis yang harus mereka tanggung sebagai konsekuensi dari pemisahan diri yang ketat. Selama otoritas gereja mampu mengelola batasan-batasan ini, komunitas Amish kemungkinan besar akan terus tumbuh dan mempertahankan gaya hidup unik mereka di abad-abad mendatang.