1. Pendahuluan: Mengenal Bahasa Mandailing

Bahasa Mandailing, sebagai salah satu warisan linguistik Indonesia, memiliki kekayaan struktur dan konteks budaya yang mendalam. Pemahaman terhadap bahasa ini tidak hanya membuka jendela ke komunikasi, tetapi juga ke dalam sistem sosial dan kearifan lokal masyarakat penuturnya. Laporan ini bertujuan untuk menyajikan kamus dasar Bahasa Mandailing, mencakup kosa kata dan frasa esensial, serta menguraikan karakteristik linguistik dan konteks sosial yang relevan.

1.1. Klasifikasi Linguistik dan Wilayah Penuturan

Bahasa Mandailing merupakan bagian dari rumpun bahasa Austronesia, secara spesifik diklasifikasikan dalam sub-kelompok Selatan dari bahasa Batak. Penuturan bahasa ini tersebar luas di beberapa wilayah di Sumatera Utara, meliputi Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Padang Lawas, serta bagian timur Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Labuhanbatu Utara, dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Selain itu, Bahasa Mandailing juga menjangkau bagian barat laut Provinsi Riau.

Fenomena menarik terkait penyebaran geografis bahasa ini terlihat di Sumatera Barat, khususnya di daerah Ujung Gading, Kecamatan Lembah Melintang, Kabupaten Pasaman Barat. Keberadaan penutur Mandailing di sana sebagian besar disebabkan oleh migrasi masyarakat dari Panyabungan, Sumatera Utara. Ujung Gading oleh karena itu dapat dianggap sebagai pusat komunitas berbahasa Mandailing di Pasaman Barat. Hal ini menunjukkan bagaimana pergerakan populasi berperan penting dalam penyebaran dan pembentukan kantung-kantung linguistik di luar wilayah asal suatu bahasa. Ini juga mengisyaratkan bahwa ikatan budaya sering kali menjaga kesinambungan bahasa melintasi batas-batas administratif.

Perbandingan antara Bahasa Batak Mandailing (BBM) yang dituturkan di sebagian besar Kabupaten Mandailing Natal dengan Bahasa Tanah Ulu (BTU) di Kecamatan Muarasipongi (yang berbatasan dengan Sumatera Barat) mengungkapkan tingkat saling pengertian yang berbeda. Penutur BTU dapat memahami BBM dan Bahasa Minangkabau, namun sebaliknya, penutur BBM dan Minangkabau umumnya tidak memahami BTU. Kondisi ini menyoroti potensi asimetri dalam vitalitas bahasa atau adanya divergensi linguistik historis yang spesifik. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai arah pengaruh linguistik dan potensi pergeseran atau ancaman kepunahan pada dialek-dialek yang kurang dominan.

1.2. Pentingnya Pelestarian Bahasa Mandailing

Pelestarian bahasa daerah di Indonesia merupakan isu krusial mengingat ancaman kepunahan yang nyata. Data menunjukkan bahwa 11 bahasa daerah di Indonesia telah punah antara tahun 2011 dan 2019, dan UNESCO memperkirakan sekitar 3.000 bahasa daerah di seluruh dunia terancam punah. Meskipun Bahasa Mandailing tidak secara spesifik disebutkan sebagai terancam punah dalam konteks ini, data umum ini menggarisbawahi urgensi upaya pelestarian untuk semua bahasa daerah di Indonesia.

Upaya dokumentasi kosakata, seperti pembuatan aplikasi penerjemah, dianggap sebagai salah satu cara efektif untuk mencegah kepunahan bahasa. Contohnya adalah penelitian yang berfokus pada dokumentasi kosakata dialek Melayu Panai dalam bentuk aplikasi penerjemah. Penerapan teknologi untuk pelestarian bahasa tidak hanya berfungsi sebagai arsip, tetapi juga meningkatkan aksesibilitas dan kegunaan bahasa di era modern, berpotensi menarik pembelajar baru dan mendukung penutur yang ada. Ini menegaskan bahwa alat digital semakin tak terpisahkan dalam upaya revitalisasi bahasa, melampaui metode cetak tradisional.

Penelitian linguistik, seperti studi tentang variasi bahasa dialek Melayu, menunjukkan bahwa kevariasian bahasa yang digunakan oleh penutur sangat memengaruhi respons mitra tutur. Prinsip ini juga berlaku untuk Bahasa Mandailing, di mana pemahaman akan nuansa dialek dan penggunaan bahasa yang tepat sangat penting untuk komunikasi yang efektif dan harmonis.

1.3. Sistem Penulisan: Aksara Latin dan Surat Tulak-Tulak

Saat ini, Bahasa Mandailing umumnya ditulis menggunakan aksara Latin, yang memudahkan adopsi dan penggunaan dalam konteks modern. Namun, secara historis, Bahasa Mandailing memiliki sistem penulisan tradisionalnya sendiri, yang dikenal sebagai Aksara Batak atau lebih spesifik lagi, Aksara Tulak-Tulak.

Aksara Tulak-Tulak merupakan metamorfosa dari huruf Pallawa, menunjukkan akar sejarah yang dalam dan pengaruh linguistik dari masa lampau. Penggunaan aksara ini di masa lalu cenderung terbatas pada ranah tertentu, seperti ilmu perdukunan, nujum, surat-menyurat, ratapan, penulisan tarombo (silsilah keluarga), serta pencatatan ilmu pengobatan dan peramalan dalam kitab tradisional yang disebut pustaha. Ini menunjukkan bahwa aksara tradisional berfungsi lebih sebagai artefak budaya dan penyimpan pengetahuan khusus, daripada alat untuk literasi yang luas. Hal ini menyoroti dualitas menarik dalam warisan linguistik Mandailing, di mana pelestarian bahasa harus mempertimbangkan baik aksesibilitas modern (aksara Latin) maupun penjagaan sistem penulisan historis sebagai aspek identitas budaya yang sama berharganya.

Struktur Aksara Tulak-Tulak terdiri dari dua komponen utama: Ina ni Surat dan Anak ni Surat. Ina ni Surat adalah huruf konsonan utama yang secara inheren berakhir dengan bunyi “a”, kecuali untuk huruf ‘i’ dan ‘u’. Terdapat Ina ni Surat  Sementara itu, Anak ni Surat adalah diakritik yang digunakan untuk mengubah bunyi Ina ni Surat, misalnya untuk menghasilkan bunyi “i, u, o, e”, atau untuk menambahkan bunyi ‘ng’. Selain itu, terdapat tanda Pangolat (”) yang berfungsi untuk menghilangkan bunyi “a” pada Ina ni Surat, serta Bindu sebagai ornamen yang menandai awal paragraf atau bab baru.

2. Kosa Kata Dasar Mandailing-Indonesia

Bagian ini menyajikan kumpulan kosa kata dasar Bahasa Mandailing yang esensial untuk pemahaman awal dan komunikasi sehari-hari. Kosa kata ini dikategorikan berdasarkan jenisnya untuk memudahkan pembelajaran dan referensi.

Tabel 1: Kosa Kata Dasar Mandailing-Indonesia

Kategori KataBahasa MandailingBahasa Indonesia
Kata BendaAmangAyah
Umak, InangIbu
ManukAyam
BuluBambu
BangkeBangkai
PabueBuah
PidongBurung
Cocak, SosakCicak
IndoraDada
IponGigi
AteateHati
UluKepala
KucingKucing
LautLaut
MataMata
BabaMulut
IgungHidung
PinggolTelinga
OsangDagu
RungkungLeher
AbaraPundak
AmakTikar
Arambir rataKelapa hijau
Ancicibang, ArumaerKaki seribu
ArutingIkan gabus
AsoasoIkan asin
ApiapiKorek api
AlibutongPelangi
AlilintarHalilintar/Kilat
AlogoAngin
AlmanakKalender
AruayaPohon beringin
ArungkarungGoni plastik
Kata KerjaAdongAda
TutungBakar
BanteBantai
TolongBantu
BaenBikin
DokkonBilang/Katakan
BunuBunuh
Jalahi, Jiliki, JalakiCari
Kumah, CiumCium
BasoCuci
TakkoCuri
DapotDapat
SipDiam
EtongHitung
MangusipIntip
HekkelKetawa
ManganMakan
MangkilakMenghindar
Pegi, KehePergi
PauliPerbaiki
SaeSelesai
Au simpanSimpan
AtakSusun
AntanTahan/Jaga
AntukTerantuk
AntukkonTokokkan
AnturiskonPedulikan
MangalusiMenjawab
AdudombaMelawankan
AlukMeluk/Mendekap
AyuaraparsilaunganMengayomi
ArutarutUrut
Kata SifatDegesBagus
BiakBasah
BauBau
GoyakBenci
Puluk, BaraniBerani
Ias, BarosihBersih
GodangBesar
BirongBiru
Gabus, BukkakBohong
Ibul, BulekBulat
BucukBusuk
Jogi, Deges, BagakCantik/Gagah/Ganteng
TibuCepat
BagasDalam
NgaliDingin
LasHangat
RoaJelek/Buruk
KerasKeras
ManisManis
PogosMiskin
NaposoMuda-mudi
MurukMarah
HolitPelit
ParsimburuPencemburu
GokPenuh
Hancit, AncitanSakit
ApalkapalTebal
ApasannaSangat pas/cocok
AlusHalus
Kata Ganti & TanyaAhu, AuAku
Ami sudenaKami semua
AhaApa
IseSiapa
BoasaMengapa/Kenapa
Songondia, Boha, BehaBagaimana
Sadihari, Andigan, Andiganniari, Andigan sajoKapan, Kapan saja
DidiaDi mana
AdunItu
Kata BilanganSadiaBerapa (nilai uang)
PigaBerapa (jumlah hitungan)
Mardua, BarduaBerdua
AngkoAngka

Kumpulan kosa kata dasar ini berfungsi sebagai fondasi penting bagi siapa pun yang ingin memulai pembelajaran Bahasa Mandailing. Pengelompokan berdasarkan jenis kata mempermudah navigasi dan pemahaman fungsi setiap kata dalam kalimat. Daftar ini merupakan hasil agregasi data leksikal dari berbagai sumber yang tersedia, memberikan gambaran komprehensif tentang inti perbendaharaan kata Mandailing.

3. Frasa dan Ungkapan Sehari-hari

Selain kosa kata tunggal, pemahaman frasa dan ungkapan sehari-hari sangat penting untuk komunikasi yang alami dan efektif dalam Bahasa Mandailing. Bagian ini menyajikan contoh frasa dasar dan ungkapan idiomatik yang sering digunakan.

Tabel 2: Contoh Frasa Umum Mandailing-Indonesia

Bahasa MandailingBahasa IndonesiaKeterangan/Konteks
Keta, KetakAyoEkspresi ajakan
Napo do, Indape, IndapedoBelumMenunjukkan belum terjadi
DotDenganKata penghubung
Marsamo, BarsamoBersamaMenunjukkan kebersamaan
Dot iaBersama diaFrasa sederhana
Accogot, Ancogot, SogotBesokMenunjukkan waktu
Antak, MantakBerhentiPerintah atau pernyataan
AriariSelalu, Setiap hariMenunjukkan frekuensi
ArirayoHari rayaIstilah waktu
Arupe, JarupeMeskipunKata penghubung konsesif
ArusongondiaBagaimanapunEkspresi penegasan
AtiaKetika, TatkalaMenunjukkan waktu
AtedaIya, kan?Ekspresi konfirmasi
Antak jolo karejoBerhenti dulu kerjaFrasa perintah/saran
Mantak ko sikola anggo naso marsiajarBerhenti kau sekolah kalau tidak mau belajarFrasa nasihat
Ulang anturiskonJangan pedulikanFrasa larangan
Bagas do aek on?Apakah air ini dalam?Contoh pertanyaan dasar
Inda boto-botoi!Tidak mau tahu!Contoh ekspresi (dari Angkola)
Au simpanBarang atau bendanya telah disimpanFrasa pernyataan
Ami sudenaKami semuaFrasa kelompok
Amang pangitubuAyah yang melahirkan kitaIstilah kekerabatan
Amang sinuantunasAnak laki-laki dari saudara laki-lakiIstilah kekerabatan
AmangudaAdik ayahIstilah kekerabatan
AmangtuaAbang/kakak ayahIstilah kekerabatan
AmangboruSuami namboru, mertua laki-lakiIstilah kekerabatan
AmparanTikar kasar dan lebar untuk jemuran padiIstilah benda
Amak lampisanTikar khusus kegiatan adatIstilah benda
UlokamakBurung lelakiIstilah benda
AmangtobangKakek dari ayahIstilah kekerabatan
AmangnaposoPanggilan istri terhadap anak laki-laki dari saudara laki-laki istriIstilah kekerabatan
AmaraMara bahayaIstilah umum
AmpaanAlat pemeras santan kelapa tradisionalIstilah benda
AmparanbolakTikar lebarIstilah benda
AmpuTopi pengantin laki-laki, Pangku, MemangkuIstilah benda/tindakan
AneaneAnai-anai (alat pemotong padi), Ulat semutIstilah benda/serangga
AndilingPucuk rotanIstilah benda
Andung ni inantaKeluh kesah ibuFrasa ekspresif
Andora karupukDada krempengFrasa deskriptif
AndostorangTengah malam/Makan sahurIstilah waktu
AncangancangMengambil langkah untuk bertindak/melompatFrasa tindakan
AncimRasa asamIstilah rasa
AncimunKetimunIstilah benda
AncitanKesakitanIstilah kondisi
AncitniroaTerasa sakit di hatiFrasa ekspresif
AncokDahakIstilah benda
AndiloSumpit/Tampah kecilIstilah benda
AnggiAdik/CucuIstilah kekerabatan
AngkangAbang/KakakIstilah kekerabatan
Angke, AngkedaUcapan kesal pada orang yang bersalah karena sudah diberi tahu duluanFrasa ekspresif
ApoiMenentramkan hatiFrasa tindakan
Apusilus, Pangapus iluPenghapus air mata, SaputanganIstilah benda
AramboDosa kalau saya berbohongFrasa sumpah/penegasan
AraronggaSemut hitam besarIstilah serangga
AratonKaratanIstilah kondisi
ArianrayaSiang bolongIstilah waktu
ArinasalpuHari yang lewat, DahuluIstilah waktu
ArirangTandan kelapaIstilah benda
Aroan, AroroanKedatanganIstilah umum
AroanboruMenyambut pengantinFrasa tindakan
Aronduk, AdangkadanganJinjingan tempat barang-barang ke ladangIstilah benda
ArsakniroaKesusahan hatiFrasa ekspresif
AruaruKerongkonganIstilah bagian tubuh
ArutakkarutakBarang-barang bekasIstilah benda

3.3. Ungkapan Idiomatik Mandailing

Ungkapan idiomatik merupakan cerminan kekayaan budaya dan cara pandang masyarakat Mandailing. Makna idiom tidak dapat diartikan secara harfiah dari kata-kata penyusunnya, melainkan harus dipahami sebagai kesatuan makna yang baru.

Beberapa contoh ungkapan idiomatik dalam Bahasa Mandailing meliputi:

  • Godang roha: Meskipun secara harfiah berarti ‘hati besar’ (godang ‘besar’ dan roha ‘hati’), ungkapan ini bermakna ‘gembira’ atau ‘bangga’.
  • Dua roha: Secara harfiah ‘dua hati’, ungkapan ini berarti ‘ragu’.
  • Busuk ate-ate: Secara harfiah ‘hati busuk’, ungkapan ini berarti ‘jahat’.

Selain itu, terdapat berbagai idiom lain yang diklasifikasikan berdasarkan kata-kata pembentuknya, seperti idiom yang melibatkan bagian tubuh, nama warna, benda alam, nama binatang, bagian tumbuhan, dan kata bilangan. Beberapa contoh idiom penuh yang tidak dapat ditelusuri maknanya dari elemen individu meliputi: Aek mata buaya (air mata buaya), Ancimun bungkok (timun bengkok), Angkek tangan (angkat tangan), Mangan tano (makan tanah), Kupu-kupu malam, dan Indahan mamanjadi bubur (nasi menjadi bubur). Idiom sebagian, di mana salah satu elemen masih mempertahankan makna leksikalnya, termasuk Marbadan dua (berbadan dua) dan Manih kecek (manis bicara).

Idiom-idiom ini tidak hanya memperkaya bahasa tetapi juga berfungsi untuk menyampaikan pesan, pikiran, perasaan, dan emosi secara tidak langsung. Fungsi idiom dapat bervariasi, mulai dari menyindir secara halus, memuji, mengungkapkan kemarahan, kegembiraan, kasih sayang, hingga kesedihan. Keberadaan idiom yang luas, terutama yang terkait dengan bagian tubuh, warna, dan objek alam, menunjukkan bagaimana persepsi budaya dan pengalaman sehari-hari tersemat dalam bahasa. Ini menegaskan bahwa memahami idiom sangat penting untuk mencapai kefasihan budaya yang sesungguhnya, melampaui terjemahan literal, dan menyoroti kekayaan kapasitas ekspresif bahasa.

4. Istilah Kekerabatan (Partuturon) dan Konteks Sosial

Sistem kekerabatan, atau partuturon, dalam masyarakat Mandailing adalah aspek fundamental yang membentuk interaksi sosial dan menentukan posisi individu. Pemahaman yang benar tentang partuturon sangat penting untuk berkomunikasi dengan sopan dan efektif.

4.1. Pengenalan Sistem Kekerabatan Mandailing

Sistem kekerabatan Mandailing sangat kompleks dan berfungsi sebagai penentu utama posisi seseorang dalam struktur masyarakat. Inti dari sistem ini adalah konsep Dalihan Natolu (tiga tiang penyangga adat), yang terdiri dari mora, kahanggi, dan anakboru. Ketiga pilar ini membentuk ikatan kuat yang mencerminkan rasa kebersamaan dalam suka dan duka (sahancit sahasonangan) serta dalam menghadapi kesulitan dan aib (sasiluluton sasiriaon).

Kesopanan dalam berbahasa Mandailing tidak terletak pada penggunaan kata-kata yang secara inheren sopan atau tidak sopan, seperti halnya Kromo Inggil dalam Bahasa Jawa. Sebaliknya, kesopanan dinilai dari penggunaan partuturon yang tepat dan intonasi yang tidak menantang. Ini menunjukkan bahwa bahasa Mandailing bukan hanya alat untuk menyampaikan informasi, tetapi juga protokol sosial yang ketat. Ini adalah hal penting bagi siapa pun yang berinteraksi dengan budaya Mandailing, karena kesalahan dalam menggunakan istilah ini dapat menyebabkan ketidaksopanan yang tidak disengaja.

Kerumitan partuturon dapat membingungkan, bahkan bagi penutur asli sekalipun. Sebagai contoh, terdapat empat istilah berbeda untuk “paman” (amang uda, amang tua, amang boru, tulang), yang penggunaannya bergantung pada apakah paman tersebut berasal dari pihak ayah atau ibu. Kerumitan ini meningkat lebih jauh ketika melibatkan hubungan marga yang berbeda, dan menjadi lebih kompleks jika kedua orang tua memiliki marga yang sama. Hal ini menyoroti bagaimana bahasa menjadi penentu navigasi sosial, di mana penguasaan istilah kekerabatan ini merupakan bagian integral dari etiket sosial.

4.2. Daftar Istilah Partuturon Penting dan Penggunaannya

Berikut adalah daftar istilah partuturon penting dalam Bahasa Mandailing beserta penjelasannya:

  • MORA (Pemberi Anak Perempuan): Pihak keluarga yang memberikan anak perempuan sebagai istri. Kategori ini meliputi ayah atau ibu mertua, abang atau adik ibu, sepupu laki-laki ibu, paman dari keluarga sepupu ibu, paman dari keluarga atau sepupu nenek (Tulang Pusako), dan Mora dari kelompok marga ibu.
  • KAHANGGI (Kerabat Semarga): Pihak keluarga yang memiliki marga yang sama. Termasuk adik atau abang dari satu bapak/ibu, sepupu, paman (Amanguda, Amang tua) dari keluarga sepupu atau satu nenek sebelumnya (Kahanggi Pusako), dan kerabat dalam kelompok marga yang sama.
  • ANAKBORU (Penerima Anak Perempuan): Pihak keluarga yang menerima anak perempuan sebagai istri. Kategori ini mencakup ayah atau ibu mertua (dari adik perempuan yang menikah), adik atau kakak perempuan ayah (dan suaminya), sepupu perempuan ayah, paman dari suami adik atau kakak dari keluarga/sepupu ayah, paman dari keluarga atau sepupu adik perempuan kakek (Anakboru Pusako), dan Anakboru dari kelompok marga yang disebutkan.

Tabel 3: Istilah Kekerabatan (Partuturon) Mandailing

Istilah MandailingMakna LangsungKonteks Penggunaan dalam Dalihan Natolu
AmangAyahUmum, anggota keluarga inti
InangIbuUmum, anggota keluarga inti
Angkang/AbangSaudara laki-laki yang lebih tuaUmum, saudara kandung/sepupu
AnggiSaudara laki-laki atau perempuan yang lebih mudaUmum, saudara kandung/sepupu
IbotoSaudara perempuanUmum, saudara kandung/sepupu
TulangSaudara laki-laki ibuPihak Mora
NantulangIstri tulangPihak Mora
UdaAdik laki-laki ayahPihak Kahanggi
NangudaIstri udaPihak Kahanggi
Bere/BabereAnak laki-laki saudara perempuanPihak Anakboru (dari Tulang)
NamboruSaudara perempuan ayahPihak Kahanggi
AmangboruSuami namboruPihak Kahanggi
EdaIpar perempuanUmum, ipar
TungganeIparUmum, ipar
LaeSuami ibotoPihak Anakboru
IparSaudara laki-laki istriUmum, ipar
Anak namboruAnak laki-laki dari namboruPihak Kahanggi
PahompuCucuHubungan generasi
Amang tuaAbang dari ayahPihak Kahanggi
Inang tobangKakak dari ibuPihak Mora

Pemahaman yang mendalam tentang istilah-istilah ini dan konteks penggunaannya sangat penting untuk navigasi sosial yang tepat dalam masyarakat Mandailing. Menguasai sistem partuturon adalah kunci untuk menunjukkan rasa hormat dan membangun hubungan yang harmonis, karena kesalahan dalam penggunaannya dapat dianggap sebagai ketidaksopanan.

5. Karakteristik Linguistik Singkat

Bahasa Mandailing memiliki struktur linguistik yang kaya, mencakup morfologi, sintaksis, dan perbedaan dialek yang menarik. Bagian ini menyajikan gambaran singkat tentang fitur-fitur linguistik kunci ini.

5.1. Sekilas Morfologi: Pembentukan Kata (contoh prefiks {paN-})

Bahasa Mandailing memiliki sistem morfologi yang kompleks, terutama dalam proses afiksasi atau pembentukan kata melalui imbuhan. Afiksasi melibatkan penambahan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, yang dapat berupa bentuk tunggal maupun kompleks. Afiks sendiri adalah bentuk linguistik terikat yang tidak dapat berdiri sendiri dan secara gramatis selalu melekat pada bentuk lain untuk membentuk kata baru.

Salah satu prefiks yang menonjol dalam Bahasa Mandailing adalah {paN-}, yang berposisi di awal kata. Prefiks ini memiliki kemampuan untuk bergabung dengan berbagai kategori kata, termasuk kata sifat (adjektiva), kata benda (nomina), kata kerja (verba), dan kata bilangan (numeralia). Ketika {paN-} bergabung dengan bentuk dasar, fungsinya adalah membentuk kata benda, kata kerja, atau kata bilangan baru, serta mengubah makna kata aslinya.

Sebuah fenomena yang menarik adalah bagaimana {paN-} dalam Bahasa Mandailing Ujung Gading dapat berfungsi tidak hanya sebagai awalan tetapi juga memiliki efek seperti akhiran ketika diterjemahkan ke Bahasa Indonesia. Contohnya adalah kata paijur, yang berasal dari bentuk dasar mijur (‘turun’). Dengan penambahan prefiks {paN-}, mijur berubah menjadi paijur, yang berarti ‘turunkan’ (sebagai perintah). Perubahan ini melibatkan hilangnya fonem /N/ dari prefiks {paN-} dan fonem /m/ dari bentuk dasar mijur.

Fenomena morfologis lainnya yang diamati adalah ketika beberapa bentuk dasar bertemu dengan {paN-}, fonem /N/ dari prefiks dapat hilang, atau fonem dari bentuk dasar itu sendiri dapat hilang. Misalnya, kata mate (‘mati’) menjadi pamate (‘membunuh’) ketika digabungkan dengan {paN-}. Contoh lain adalah kata dasar kunci, yang berubah menjadi pangunci (‘kunci’ atau ‘alat pengunci’) setelah bergabung dengan {paN-}, di mana fonem /k/ dari bentuk dasar hilang dan prefiks {paN-} berubah menjadi {pang-}.

Perubahan fonologis dan pergeseran makna yang kompleks ini menunjukkan bahwa morfologi Mandailing tidak sekadar penambahan sederhana. Untuk menguasai bahasa ini, pembelajar perlu memahami aturan-aturan morfologis yang mendasari dan bagaimana aturan tersebut memengaruhi makna serta kelas kata. Pergeseran fungsi {paN-} yang kadang kala menyerupai sufiks dalam terjemahan bahasa Indonesia juga menunjukkan perbedaan struktural gramatikal yang dapat menjadi tantangan bagi penutur bahasa Indonesia.

Tabel 4: Ilustrasi Morfologi dengan Prefiks {paN-}

Bentuk Dasar (Mandailing)Makna Dasar (Indonesia)Prefiks {paN-} + Bentuk DasarHasil Kata (Mandailing)Makna Hasil Kata (Indonesia)Perubahan Fonologis/Makna
mijurturun (verba){paN-} + mijurpaijurturunkan (verba imperatif)Hilang /N/ dari prefiks, hilang /m/ dari dasar
goyakmarah (adjektiva){paN-} + goyakpanggoyakpemarah (nomina)Prefiks {paN-} menjadi {pang-}, dasar tidak berubah
matemati (verba){paN-} + matepamatemembunuh (verba)Hilang /N/ dari prefiks
kuncikunci (nomina){paN-} + kuncipanguncikunci/alat pengunci (nomina)Hilang /k/ dari dasar, prefiks {paN-} menjadi {pang-}

5.2. Pola Sintaksis Dasar (struktur kalimat)

Bahasa Batak Mandailing menunjukkan keragaman dalam urutan kata, dengan dua jenis utama: urutan kata verbal dan urutan kata nominal. Pola kalimat yang dominan dalam Bahasa Mandailing adalah V-S-O (Verb-Subject-Object), terutama terlihat pada kalimat yang diawali dengan verba diikuti oleh nomina yang berfungsi sebagai subjek.

Meskipun demikian, bahasa ini juga memiliki pola urutan kata alternatif, seperti S-V-O (Subject-Verb-Object), O-V-S (Object-Verb-Subject), dan V-O-S (Verb-Object-Subject). Dalam urutan S-V-O, elemen yang mengisi fungsi subjek dapat berasal dari tiga kategori: nomina, pronomina persona, dan pronomina demonstratif. Urutan kata V-O-S dianggap sebagai varian dari tipe S-V-O, yang memiliki dua model berbeda berdasarkan kategori pengisi fungsi subjek, yaitu nomina definitif atau non-definitif.

Kehadiran berbagai pola urutan kata ini menunjukkan tingkat fleksibilitas sintaksis dalam Bahasa Mandailing. Meskipun VSO dominan, keberadaan pola lain mengindikasikan bahwa urutan kata mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar aturan gramatikal yang ketat, seperti pragmatik wacana (misalnya, penekanan, struktur topik-komentar) atau definitas frasa nomina. Hal ini menyiratkan bahwa Mandailing berpotensi menjadi bahasa yang lebih cair secara sintaksis dibandingkan bahasa VSO atau SVO yang kaku, yang merupakan informasi penting bagi pembelajar tingkat lanjut dan aplikasi pemrosesan bahasa alami.

5.3. Perbedaan Dialek (Mandailing vs. Angkola) dan Implikasinya

Bahasa Mandailing dan Angkola, meskipun dituturkan oleh suku yang berbeda, memiliki kemiripan yang signifikan, dengan perbedaan utama terletak pada satu atau dua huruf, aksen, dan intonasi.

Perbedaan Konsonan:

Perbedaan fonologis yang mencolok meliputi perubahan konsonan di tengah kata:

  • Perubahan “ng” menjadi “k” ketika bertemu konsonan hambat “k”. Contohnya, tangkas (Mandailing) menjadi takkas (Angkola) yang berarti ‘jelas’; tingkos (Mandailing) menjadi tikkos (Angkola) yang berarti ‘benar’; dan dangka (Mandailing) menjadi dakka (Angkola) yang berarti ‘cabang’.
  • Perubahan “n” menjadi “t”. Contohnya, nantulang (Mandailing) menjadi nattulang (Angkola) yang berarti ‘bibi’; dan pantar (Mandailing) menjadi pattar (Angkola) yang berarti ‘lantai’.
  • Perubahan “m” menjadi “p”. Contohnya, ompung (Mandailing) menjadi oppung (Angkola) yang berarti ‘kakek’.

Perbedaan Aksen dan Intonasi:

Aksen dan intonasi juga menjadi pembeda yang signifikan:

  • Aksen Mandailing sering digambarkan menyerupai nyanyian atau lantunan Al-Quran, dengan intonasi yang cenderung lebih lembut.
  • Aksen Angkola di daerah Padangsidempuan dan Tapanuli Selatan cenderung lebih tegas, bahkan terkadang terdengar seperti nada marah. Contohnya, kalimat “Bagas do aek on?” (Apakah air ini dalam?) diucapkan dengan nada yang mantap.
  • Aksen Angkola di Padang Lawas dan Padang Lawas Utara memiliki keunikan tersendiri, ditandai dengan pemanjangan dan percepatan mendadak, serta intonasi yang bisa naik atau turun secara tiba-tiba. Contohnya, frasa “Inda boto-botoi!” (Tidak mau tahu!) diucapkan dengan penekanan “inda-boto-boooo-toi”.

Perbandingan terperinci antara Mandailing dan Angkola menunjukkan bahwa perbedaan dialek tidak hanya terbatas pada kosakata yang berbeda, tetapi juga mencakup pergeseran fonologis yang halus dan variasi intonasi yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa idealnya harus memperkenalkan pembelajar pada nuansa dialek ini, terutama jika mereka berencana untuk berinteraksi dengan penutur dari berbagai wilayah. Pola intonasi yang berbeda juga mengindikasikan gaya komunikasi dan ekspresi emosional yang berbeda yang tertanam dalam tuturan regional, yang merupakan lapisan pemahaman linguistik yang lebih dalam.

6. Kesimpulan dan Rekomendasi

Laporan ini telah menyajikan kamus dasar Bahasa Mandailing, mencakup kosa kata dan frasa esensial, serta menguraikan karakteristik linguistik dan konteks sosial yang relevan. Pemahaman akan aspek-aspek ini sangat krusial bagi siapa pun yang ingin mendalami Bahasa Mandailing.

6.1. Ringkasan Kontribusi Kamus Dasar

Kamus dasar ini memberikan akses awal yang sistematis terhadap kosa kata dan frasa esensial Bahasa Mandailing. Dengan menyediakan daftar kata benda, kata kerja, kata sifat, kata ganti, kata tanya, dan kata bilangan, laporan ini berfungsi sebagai alat bantu fundamental untuk membangun pemahaman linguistik dasar. Lebih dari sekadar daftar kata, laporan ini juga menyoroti pentingnya frasa sehari-hari dan ungkapan idiomatik yang mencerminkan kekayaan budaya dan cara pandang masyarakat Mandailing. Selain itu, penjelasan mengenai sistem kekerabatan (partuturon) yang kompleks menegaskan bahwa bahasa Mandailing tidak dapat dipisahkan dari konteks sosialnya, di mana kesopanan dalam komunikasi sangat bergantung pada penggunaan istilah kekerabatan yang tepat. Upaya dokumentasi bahasa daerah seperti ini memiliki peran vital dalam menghadapi ancaman kepunahan bahasa.

6.2. Saran untuk Pembelajaran dan Penelitian Lanjutan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, beberapa rekomendasi dapat diajukan untuk mendukung pembelajaran dan pelestarian Bahasa Mandailing:

  • Pengembangan Kamus Interaktif: Mengembangkan kamus ini ke dalam format digital atau aplikasi seluler akan sangat meningkatkan aksesibilitas dan interaktivitas bagi pengguna modern. Aplikasi semacam itu dapat mencakup fitur audio untuk pengucapan yang akurat, mengingat pentingnya intonasi dalam Bahasa Mandailing. Pemanfaatan teknologi ini merupakan langkah penting dalam menjadikan bahasa lebih relevan dan mudah diakses di era digital.
  • Studi Komparatif Dialek Mendalam: Melakukan penelitian lebih lanjut untuk membandingkan dialek Mandailing yang berbeda (misalnya, di Mandailing Natal, Pasaman Barat, dan daerah Labuhanbatu) secara lebih mendalam akan memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang keragaman internal bahasa ini. Studi ini dapat mencakup analisis variasi leksikal, fonologis, dan sintaksis yang lebih rinci.
  • Integrasi Budaya dalam Pembelajaran Bahasa: Mendorong pendekatan holistik dalam pembelajaran bahasa yang tidak hanya fokus pada tata bahasa dan kosakata, tetapi juga pada konteks budaya, adat istiadat, dan sistem kekerabatan (partuturon) sangatlah penting. Ini mengingat bahwa kesopanan dalam Mandailing sangat terkait dengan penggunaan istilah kekerabatan yang tepat. Pendekatan ini memastikan bahwa pembelajar tidak hanya menguasai bahasa tetapi juga memahami nuansa sosialnya.
  • Pemanfaatan Aksara Tradisional: Meskipun aksara Latin dominan, upaya pelestarian dan pengajaran Surat Tulak-Tulak dapat ditingkatkan untuk menjaga warisan budaya dan pengetahuan yang terkandung di dalamnya. Ini adalah bagian dari strategi revitalisasi bahasa yang lebih luas, yang mengakui bahwa bahasa tidak terpisahkan dari budayanya.

Strategi revitalisasi bahasa yang komprehensif ini mencakup pemanfaatan teknologi untuk aksesibilitas, penelitian linguistik yang mendalam untuk pemetaan bahasa, dan yang terpenting, integrasi konteks budaya ke dalam pendidikan bahasa. Pendekatan ini mengakui bahwa bahasa tidak dapat dipisahkan dari budaya dan bahwa pelestarian yang efektif membutuhkan dokumentasi linguistik dan transmisi budaya, yang bertujuan untuk penggunaan berkelanjutan daripada sekadar pengarsipan.

Karya yang dikutip

  1. Mandailing Batak language – Wikipedia, diakses Juli 11, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Mandailing_Batak_language
  2. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Mandailing …, diakses Juli 11, 2025, http://scholar.unand.ac.id/33786/2/222.BAB%20I.pdf
  3. HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA BATAK MANDAILING DAN BAHASA TANAH ULU (SUATU KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF) | Dalimunthe | MEDAN MAKNA: Jurnal Ilmu Kebahasaan dan Kesastraan, diakses Juli 11, 2025, https://ojs.badanbahasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/medanmakna/article/view/2276/0
  4. Penerapan Natural Language Processing dalam Pembuatan Aplikasi Penerjemah Bahasa Melayu Dialek Panai – jurnal – ulb, diakses Juli 11, 2025, https://jurnal.ulb.ac.id/index.php/informatika/article/download/5887/4133
  5. Pediaqu : Jurnal Pendidikan Sosial dan Humaniora Volume 2 Nomor 3 ( 2023) 11641 VARIASI BAHASA DIALEK MELAYU DI KECAMATAN PANAI, diakses Juli 11, 2025, https://publisherqu.com/index.php/pediaqu/article/download/385/372/778
  6. Surat Tulak-Tulak » Budaya Indonesia, diakses Juli 11, 2025, https://budaya-indonesia.org/Surat-Tulak-Tulak
  7. Rencana & Penulisan – LEMBAGA ADAT MANDAILING MALAYSIA (LAMA), diakses Juli 11, 2025, https://lembagaadatmandailingmalaysia.weebly.com/rencana–penulisan.html
  8. KAMUS IDIOM: LEKSIKON MANDAILING Dr. Mhd. Syahminan, diakses Juli 11, 2025, https://tahtamedia.co.id/index.php/issj/article/download/379/376/1417
  9. Kumpulan Bahasa Mandailing Yang Wajib Diketahui – Pringsewu, diakses Juli 11, 2025, https://pringsewu.inews.id/read/318720/kumpulan-bahasa-mandailing-yang-wajib-diketahui
  10. 64 Kosa Kata Bahasa Batak Lengkap dengan Arti, Sering Digunakan Sehari-hari – detikcom, diakses Juli 11, 2025, https://www.detik.com/sumut/budaya/d-6767208/64-kosa-kata-bahasa-batak-lengkap-dengan-arti-sering-digunakan-sehari-hari
  11. Kategori:Kata bahasa Batak Mandailing – Wikikamus bahasa Indonesia, diakses Juli 11, 2025, https://id.wiktionary.org/wiki/Kategori:Kata_bahasa_Batak_Mandailing
  12. Mengenal Perbedaan Bahasa Mandailing dan Angkola: Mirip tapi …, diakses Juli 11, 2025, https://mojok.co/terminal/mengenal-perbedaan-bahasa-mandailing-dan-angkola-mirip-tapi-ribet-terminal-mulok-12/
  13. IDIOM BAHASA MANDAILING DI KENAGARIAN SIMPANG … – Neliti, diakses Juli 11, 2025, https://media.neliti.com/media/publications/118409-ID-idiom-bahasa-mandailing-di-kenagarian-si.pdf
  14. Mandailing – Mandailing Online, diakses Juli 11, 2025, https://www.mandailingonline.com/mandailing-2/
  15. TIPOLOGI SINTAKSIS DALAM BAHASA BATAK MANDAILING …, diakses Juli 11, 2025, https://jurnal.uinsyahada.ac.id/index.php/hatapoda/article/view/5437

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *