Latar Belakang: Hasrat Keabadian dari Spiritualitas ke Komputasi
Hasrat fundamental untuk melampaui keterbatasan biologis manusia, terutama penuaan dan kematian, bukanlah fenomena baru. Secara historis, aspirasi ini telah muncul dalam berbagai tradisi spiritual, seperti upaya mencapai keabadian fisik dalam Taoisme dan mistisisme tertentu. Namun, gerakan intelektual dan budaya modern yang dikenal sebagai Transhumanisme (H+) merekontekstualisasi hasrat ini dari wilayah spiritual ke ranah proyek ilmiah dan teknologi. Transhumanisme secara eksplisit menyatakan bahwa adalah mungkin—dan diinginkan—untuk secara fundamental mengubah kondisi manusia melalui penerapan akal dan teknologi mutakhir untuk menghilangkan penuaan dan secara radikal meningkatkan kemampuan fisik, intelektual, dan psikologis.
Dalam konteks inovasi kesehatan, terdapat pergeseran paradigma yang signifikan. Teknologi kesehatan tradisional berfokus pada penyembuhan penyakit, yaitu memperbaiki anomali atau kerusakan fungsional. Sebaliknya, pendekatan Biohacking dan Transhumanisme menganggap penuaan itu sendiri sebagai “penyakit” yang harus dieliminasi atau diperlambat secara agresif. Diskursus modern tentang peningkatan diri ini, yang terkadang disandingkan dengan solusi kesehatan yang lebih konvensional seperti Telemedicine , menunjukkan bahwa upaya peningkatan ekstrem mulai merambah ke dalam sistem pemikiran kesehatan kontemporer, meskipun masih menghadapi tantangan etika yang besar.
Terminologi Kunci: Transhumanisme vs. Biohacking
Untuk menganalisis subkultur ekstrem ini, penting untuk membedakan secara jelas antara kerangka filosofis dan praktik empirisnya.
Transhumanisme (H+): Ini adalah filosofi yang menjadi payung bagi tujuan utopis mencapai kondisi ‘Posthuman’—makhluk dengan kemampuan yang sangat melebihi kondisi manusia saat ini. Tujuannya bersifat makro dan transformasional, melihat teknologi sebagai sarana untuk mencapai kesempurnaan dan kebebasan dari batasan alamiah manusia.
Biohacking DIY (Do-It-Yourself): Ini adalah praktik nyata dan eksperimen diri yang dilakukan di luar institusi medis atau ilmiah tradisional. Biohacking berorientasi pada peningkatan fungsional yang terukur—seperti meningkatkan energi, kinerja kognitif, atau memperlambat penuaan. Eksperimen ini sering kali melibatkan modifikasi tubuh menggunakan teknologi non-regulasi, metode diet ekstrem, atau suplementasi dosis tinggi.
Landasan Filosofis Transhumanisme: Tiga Pilar Nick Bostrom
Analisis terhadap praktik Biohacking ekstrem harus dilandasi oleh pemahaman filosofis Transhumanisme Liberal, yang dikembangkan oleh tokoh seperti Nick Bostrom. Bostrom menggariskan visi Posthuman melalui tiga pilar utama yang mewakili keterbatasan manusia yang harus dilampaui: Super Umur Panjang, Super Cerdas, dan Super Makmur.
Pilar I: Super Umur Panjang (Super longevity) sebagai Syarat Prasyarat
Super umur panjang didefinisikan sebagai sebuah kapasitas yang dapat menjaga kesehatan, keaktifan, dan produktivitas manusia, baik secara mental maupun fisik.
Tujuan radikal dari prinsip ini adalah untuk memberikan manusia hak otonom dalam menentukan batasan eksistensi mereka. Bostrom mengemukakan bahwa manusia seharusnya dapat memilih secara bebas kapan dan bagaimana ia mati atau tidak mati. Prinsip ini tidak hanya berakar pada keinginan untuk menghindari kematian, tetapi juga pada pandangan bahwa lamanya hidup menentukan akumulasi kebijaksanaan dan pengalaman hidup.
Lebih dari sekadar tujuan, umur panjang (longevity) diyakini sebagai syarat posibilitas terealisasinya dua pilar Transhumanisme lainnya. Tanpa perpanjangan waktu yang substansial, potensi penuh posthuman—baik dari segi kognisi maupun kesejahteraan—dianggap tidak dapat diwujudkan.
Pilar II & III: Superintelligence dan Super Wellbeing
Upaya untuk melampaui batasan biologis tidak terbatas pada fisik semata, tetapi juga mencakup peningkatan kemampuan kognitif dan emosional.
Superintelligence: Pilar ini mendeskripsikan intelek yang secara hebat melampaui atau melampaui performa kognitif manusia di hampir seluruh domain. Bostrom membaginya menjadi peningkatan dalam Kecepatan (Speed Superintelligence), Kolektifitas (Collective Superintelligence), dan Kualitas (Quality Superintelligence). Ini mencerminkan pemikiran bahwa keterbatasan kemampuan berpikir adalah penghalang utama bagi kemajuan manusia.
Super Wellbeing (Emotion Modification): Sering disebut modifikasi emosi, pilar ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk menikmati kehidupan dan merespons keadaan sekitar serta orang lain dengan emosi yang tepat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kapasitas manusia dalam mencapai tingkat kebahagiaan, kepuasan, dan kualitas hidup yang sangat baik. Prinsip ini bertujuan mengatasi keterbatasan kemampuan manusia dalam mengatur emosional dan psikologis.
Upaya peningkatan ini membawa implikasi sosio-kultural yang mendalam. Bostrom berpendapat bahwa peningkatan-peningkatan individual dapat memengaruhi model idealitas kejayaan kualitas yang dicita-citakan secara kolektif oleh masyarakat. Peningkatan ini secara tidak langsung dapat menjadi standar ideal baru bagi kualitas sosio-kultural masyarakat itu sendiri.
Namun, kritik filosofis terhadap Transhumanisme menunjukkan adanya kontradiksi ontologis. Gerakan ini berusaha mencari kesempurnaan non-fisik—seperti kebijaksanaan atau kesejahteraan abadi—melalui rekayasa fisik dan material. Muncul pertanyaan apakah teknologi fisik, seperti suplemen dosis tinggi atau implan, benar-benar mampu merekayasa kondisi metafisik seperti kebahagiaan sejati dan kebijaksanaan yang tak terbatas.
Biohacking Ekstrem: Anatomi Subkultur DIY dan Self-Experimentation
Biohacking, sebagai implementasi praktis dari Transhumanisme, terbagi menjadi dua subkultur utama: model yang didorong oleh modal dan data di Silicon Valley, dan gerakan Do-It-Yourself (DIY) yang lebih terdesentralisasi di Eropa.
Geografi Gerakan: Dari Silicon Valley ke DIY Biosphere Eropa
Di Amerika Serikat, khususnya Silicon Valley, Biohacking sering kali didanai oleh modal ventura, berfokus pada terapi mahal, personalisasi data, dan hasil klinis yang terukur, seperti yang akan dibahas lebih lanjut dalam studi kasus Bryan Johnson.
Sementara itu, subkultur Biohacking di Eropa sering kali lebih berakar pada akses terbuka, etos DIY, dan eksperimen yang terjadi di luar batas-batas laboratorium formal. Komunitas DIY biology aktif dapat ditemukan di berbagai lokasi, termasuk Dutch DIY Bio di Amsterdam dan kelompok seperti Biotinkering Berlin. Organisasi nirlaba seperti DIYbio.org, yang didirikan sejak tahun 2008, berupaya membangun komunitas biolog DIY yang produktif dan aman, menunjukkan keinginan untuk mendemokratisasikan bioteknologi.
Teknik Ekstrem I: Hardware—Implan Subdermal (Cyborgisme)
Salah satu praktik Biohacking ekstrem yang paling mencolok adalah implantasi perangkat elektronik di bawah kulit (subdermally), sering kali disebut cyborgisme.
Dasar Teknologi dan Fungsi: Implan mikrochip pada manusia biasanya berupa sirkuit terintegrasi yang disuntikkan di bawah kulit, sering kali dilapisi kaca silikat. Teknologi yang paling umum digunakan adalah sistem komunikasi nirkabel jarak pendek seperti RFID (Radio Frequency Identification) atau NFC (Near Field Communication). Perangkat ini tidak memerlukan baterai internal; sebaliknya, mereka menerima daya dari pembaca eksternal melalui gelombang elektromagnetik. Implan ini berfungsi sebagai identitas digital unik yang dapat dihubungkan ke basis data eksternal, yang berisi informasi seperti catatan medis, identitas, atau akses gedung dan keamanan.
Sejarah Eksperimen: Eksperimen implan RFID pertama pada manusia dilakukan pada tahun 1998 oleh ilmuwan Inggris Kevin Warwick. Implan tersebut digunakan untuk fungsionalitas sederhana, seperti membuka pintu dan menyalakan lampu dalam sebuah bangunan.
Risiko Biologis dan Etika Implan
Meskipun implan menawarkan peningkatan fungsional (seperti menghilangkan kebutuhan akan kunci fisik atau kartu identitas), praktik ini menimbulkan risiko kesehatan dan etika yang serius, terutama karena eksperimen ini sering dilakukan di luar kerangka pengawasan etika institusional (IRB).
Risiko Kesehatan: Kekhawatiran medis yang diidentifikasi meliputi infeksi, risiko korosi perangkat, dan bahaya yang mungkin timbul saat menjalani pemindaian MRI. Ada juga kekhawatiran yang disebarluaskan tentang risiko kanker, meskipun banyak di antaranya didorong oleh informasi yang salah.
Risiko Terhadap Otonomi: Dari sudut pandang etika, bahaya terbesar adalah risiko terhadap kebebasan dan otonomi manusia. Implan yang dapat menghubungkan identitas digital individu ke basis data eksternal berpotensi memfasilitasi pengawasan tak terhindarkan dan menimbulkan risiko pencurian identitas, privasi, dan keamanan data. Selain itu, teknologi peningkatan manusia yang disalahgunakan dapat memicu bentuk ableism yang didorong secara teknologi, di mana individu yang tidak atau belum ditingkatkan dapat distigmatisasi.
Analisis praktik Biohacking DIY menunjukkan adanya dualitas tujuan. Komunitas ini terbagi antara mereka yang mengejar keabadian biologis (seperti kelompok longevity) dan mereka yang fokus pada peningkatan fungsional atau transhumanisme identitas (yaitu, menjadi cyborg fungsional). Dualitas ini menyoroti bahwa Biohacking tidak seragam, tetapi kedua alirannya menghadapi tantangan regulasi, karena praktik self-experimentation yang ekstrem terjadi di zona abu-abu regulasi tanpa pengawasan klinis yang memadai.
Teknik Ekstrem II: Software dan Protokol Kimia untuk Longevity
Bagian terdepan dari pencarian Super longevity dimanifestasikan dalam protokol yang sangat terukur dan berbasis modal, yang paling terkenal diwakili oleh Bryan Johnson.
Studi Kasus Sentral: Protokol Blueprint Bryan Johnson
Bryan Johnson, seorang tech tycoon yang beralih menjadi biohacker, telah menjadi ikon gerakan keabadian modern. Dengan anggaran yang mengejutkan, Johnson mendedikasikan hingga $2 Juta per tahun untuk protokol anti-penuaan yang dirancang untuk membalikkan jam biologisnya.
Filosofi Blueprint: Protokol yang disebut Blueprint ini didasarkan pada sistem pengukuran, bukti, dan protokol yang bertujuan untuk menghilangkan bias pikiran dan proses justifikasi manusia dari persamaan kesehatan. Johnson berpendapat bahwa manusia harus menyerahkan kehendak kognitif sehari-hari kepada sistem yang didorong oleh data untuk menghindari perilaku merusak diri sendiri. Tujuannya adalah untuk mencapai biomarker komprehensif terbaik di dunia, yang diklaim telah menghasilkan usia biologis organ yang setara dengan usia 16 tahun.
Protokol ini, yang awalnya merupakan eksperimen pribadi yang sangat mahal, kini telah dikomersialkan dalam bentuk layanan yang dimulai dengan biaya sekitar $870 per bulan untuk suplemen dan makanan dasarnya, atau $999 untuk studi 90 hari. Komersialisasi ini menegaskan bahwa Longevity Ekstrem saat ini adalah industri layanan kelas atas yang ditujukan kepada elit aspirasional.
Analisis Protokol Diet dan Suplementasi Farmasi
Protokol Johnson mencakup disiplin yang sangat ketat dalam diet dan konsumsi suplemen farmasi.
Klarifikasi Puasa Ekstrem: Meskipun deskripsi umum Biohacking sering menyebut puasa ekstrem, protokol Johnson lebih tepat digambarkan sebagai extreme time-restricted eating. Johnson mengonsumsi makanan terakhirnya pada pukul 11 pagi dan tidur pada pukul 8:30 malam, memberikan jendela puasa yang panjang yang dirancang untuk memaksimalkan autophagy (proses pembersihan sel) dan mengoptimalkan kualitas tidur. Asupan kalori harian ditetapkan sekitar 2,250 kkal, mewakili pembatasan kalori 10% dari Angka Kecukupan Gizi (RDA), dengan diet berbasis vegan yang sangat terstruktur.
Suplemen dan Penggunaan Off-Label: Johnson mengonsumsi tumpukan suplemen yang terdiri dari puluhan pil setiap hari, banyak di antaranya adalah senyawa anti-penuaan dan obat resep yang digunakan di luar indikasi medis standar (off-label).
| Kriteria | Detail Protokol Blueprint (Perkiraan) | Signifikansi Analitis |
| Total Biaya Tahunan | Hingga $2 Juta/tahun (termasuk tim medis 30 orang, pengawasan AI, terapi lanjutan). | Bukti utama untuk klaim “privilese elit baru.” Menunjukkan bahwa umur panjang ekstrem adalah Industri Layanan Kelas Atas. |
| Biaya Konsumen Bulanan | $870/bulan (untuk suplemen dan makanan dasar yang dikomersialkan). | Menentukan titik akses bagi aspirational biohackers kelas menengah ke atas, namun masih eksklusif. |
| Suplemen Kunci (Off-Label) | Metformin (1000 mg), Acarbose (400 mg), NR/NMN (450-500 mg). | Penggunaan farmasi di luar indikasi medis standar (longevity hacking) yang menggarisbawahi risiko self-experimentation. |
| Kontrol Perilaku | Tidur pukul 8:30 malam; Makan terakhir pukul 11 pagi; Tidak ada alkohol/junk food. | Paradoks Otonomi: Penyerahan kehendak kognitif untuk mencapai optimalisasi biologis. |
Suplemen Utama: Protokolnya mencakup prekursor NAD+ dosis tinggi, yaitu NMN (Nicotinamide Mononucleotide) 500 mg atau NR (Nicotinamide Riboside) 450 mg yang diminum saat bangun tidur, untuk mendukung perbaikan sel. Ia juga mengonsumsi obat resep anti-diabetes seperti Metformin (total 1000 mg sehari) dan Acarbose (total 400 mg sehari). Obat-obatan ini diresepkan secara off-label semata-mata untuk tujuan perpanjangan umur dan optimalisasi metabolisme glukosa.
Risiko dan Kritik Validitas Ilmiah
Meskipun Johnson mengukur hasilnya secara obsesif, protokolnya melibatkan risiko tinggi dan validitas ilmiah klaimnya masih menjadi subjek perdebatan akademik.
Eksperimen Tak Teruji: Johnson telah melakukan prosedur yang secara medis radikal dan belum teruji secara klinis untuk tujuan anti-penuaan, termasuk transfusi darah muda dari putranya dan plasma exchange. Johnson sendiri bahkan mengakui adanya costly misstep atau kesalahan mahal dalam eksperimennya. Hal ini menggarisbawahi bahwa eksperimen diri yang ekstrem—meskipun sangat terukur—tetap mengandung risiko besar yang tidak divalidasi oleh kerangka uji coba klinis tradisional.
Paradoks Otonomi Biohacker: Ironi terbesar dalam Biohacking ekstrem adalah penyerahan kehendak bebas individu demi optimalisasi biologis. Untuk mencapai tujuan Transhumanisme berupa kebebasan dari batasan biologis, Johnson harus menyerahkan otonomi kognitif dan pilihan hidup sehari-hari kepada protokol yang mekanistis dan kaku. Kehidupannya dikomputerisasi secara total untuk mencapai hasil yang tidak emosional.
Kritik Sosiologis Mendalam: Biohacking sebagai Manifestasi Privilese Elit Baru
Aspek paling penting dari Biohacking ekstrem adalah implikasi etika dan sosiologisnya. Praktik ini secara nyata memunculkan masalah ketidaksetaraan umur panjang (longevity inequality) dan memperkuat stratifikasi sosial yang didasarkan pada akses teknologi.
Argumen Ketidaksetaraan Umur Panjang (Longevity Inequality)
Kritik sosiologis utama terhadap Transhumanisme adalah bahwa akses ke teknologi canggih yang dapat meningkatkan kognisi dan memperpanjang umur akan secara drastis meningkatkan ketimpangan sosial atau ekonomi.
Data Keuangan sebagai Bukti Privilese: Anggaran operasional tahunan Bryan Johnson yang mencapai $2 Juta dan biaya komersialisasi protokol Blueprint yang eksklusif ($870 per bulan) memberikan bukti empiris yang tak terbantahkan: Longevity Ekstrem saat ini adalah kemewahan yang hanya dapat diakses oleh segelintir elit teknologi global. Mayoritas penduduk dunia, bahkan di negara maju, tidak memiliki akses finansial untuk terapi tingkat ini, apalagi untuk tim medis yang terdiri dari puluhan orang dan pengawasan biomarker berkelanjutan.
Privilese Data dan Kontrol: Privilese sejatinya tidak hanya terletak pada kemampuan membayar obat atau suplemen. Johnson menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk memantau ratusan biomarker secara real-time. Ini adalah akses eksklusif terhadap data dan kemampuan komputasi untuk menganalisis dan merespons data biologis yang terpersonalisasi secara maksimal. Longevity telah bertransformasi menjadi layanan data premium, yang memperluas kesenjangan bukan hanya dalam kekayaan, tetapi juga dalam akses ke informasi biologis kritis.
Implikasi Sosial dari Peningkatan Manusia: Menciptakan Kelas Posthuman
Jika janji Super longevity dan Superintelligence terealisasi hanya untuk kaum elit, konsekuensinya dapat berupa pembentukan dua kelas manusia: Bio-Elit (yang telah berhasil lolos dari batasan biologis) dan Bio-Proletariat (yang tetap tunduk pada penuaan dan kematian alami).
Peningkatan kognitif dan umur panjang berisiko mendefinisikan standar “kualitas” sosio-kultural yang baru. Mereka yang tidak ditingkatkan, yang masih memiliki keterbatasan biologis alami, berisiko dianggap sebagai individu dengan kualitas yang lebih rendah. Kekhawatiran ini mengarah pada munculnya bentuk ableism baru, di mana kemampuan biologis, yang direkayasa oleh teknologi, menjadi penentu nilai sosial.
Tanggapan Etika: Kewajiban Moralis atau Eksploitasi Pasar?
Pertanyaan etika muncul mengenai tanggung jawab moral dari para elit teknologi ini. Apakah mereka memiliki kewajiban untuk mendemokratisasikan temuan mereka, atau apakah praktik ini secara intrinsik tidak etis karena hanya melebarkan kesenjangan yang sudah ada?
Para kritikus berpendapat bahwa Biohacking elit, dengan biaya fantastis seperti $2 Juta setahun, hanyalah bentuk hype anti-penuaan yang mahal dan spekulatif. Pengalihan sumber daya finansial yang sangat besar ini ke upaya perpanjangan umur individu dapat dilihat sebagai pemborosan, yang seharusnya dialokasikan untuk solusi kesehatan publik dan upaya penelitian yang memiliki manfaat kolektif yang lebih luas.
Kesimpulan
Laporan ini menyimpulkan bahwa Transhumanisme menetapkan aspirasi filosofis (melampaui kematian, meningkatkan kognisi dan emosi), sementara Biohacking ekstrem adalah praktik implementasi langsung—baik melalui teknologi implan (cyborgisme) maupun protokol biokimia (longevity).
Pencarian Umur Panjang Ekstrem telah menghasilkan praktik-praktik yang secara teknologi canggih, seperti penggunaan Metformin dan prekursor NAD+ dosis tinggi di luar indikasi klinis standar, serta eksperimen self-experimentation yang berisiko tinggi. Subkultur ini terbagi berdasarkan geografi dan modal, membedakan antara komunitas DIY yang berfokus pada fungsionalitas dan elit Silicon Valley yang berfokus pada data dan keabadian.
Kontradiksi terbesar dari gerakan ini adalah Paradoks Otonomi Biohacker: Untuk mencapai kebebasan dari batasan biologis (tujuan Transhumanisme), individu harus menyerahkan otonomi kognitif sehari-hari mereka kepada sistem protokol yang kaku dan mekanistis, mengubah kehidupan menjadi serangkaian pengukuran dan kepatuhan yang tanpa kompromi.
Terakhir, temuan yang paling signifikan adalah kritik sosiologis bahwa Biohacking ekstrem saat ini adalah manifestasi privilese elit baru. Dengan biaya yang mencapai jutaan dolar per tahun, longevity ekstrem adalah kemewahan eksklusif. Jika terbukti berhasil, praktik ini berpotensi menciptakan ketidaksetaraan umur panjang yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang pada akhirnya dapat mendefinisikan kembali struktur kelas sosial berdasarkan kemampuan individu untuk lolos dari batasan biologis yang mendasar. Masa depan akan ditentukan oleh apakah teknologi longevity akan terdemokratisasi, atau apakah kesenjangan healthspan akan menjadi konflik sosial yang paling mendesak di abad ke-21.
