I. Pendahuluan
Kabupaten Labuhanbatu, yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, secara historis dikenal sebagai salah satu sentra perkebunan kelapa sawit dan karet yang sangat luas. Komoditas ini telah lama menjadi tulang punggung ekonomi daerah, memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan regional. Namun, di tengah dominasi sektor perkebunan yang berorientasi ekspor ini, sektor pertanian tanaman pangan, khususnya padi, memegang peranan fundamental yang tak kalah penting. Padi adalah bahan pangan pokok bagi mayoritas penduduk, menjadikan keberlanjutan produksinya sebagai pilar utama ketahanan pangan lokal dan regional.
Analisis potensi padi di Labuhanbatu tidak hanya terbatas pada peningkatan volume produksi semata, melainkan juga mencakup pertimbangan strategis yang lebih luas mengenai keseimbangan antara pengembangan komoditas ekspor bernilai tinggi dan pemenuhan kebutuhan pangan dasar masyarakat. Ketergantungan yang berlebihan pada komoditas tunggal, meskipun menguntungkan secara ekonomi dalam jangka pendek, dapat menimbulkan kerentanan serius terhadap fluktuasi pasar global dan gangguan rantai pasok pangan. Oleh karena itu, mengoptimalkan produksi padi di Labuhanbatu bukan hanya tentang keuntungan agribisnis, tetapi juga tentang menjaga kedaulatan pangan dan stabilitas sosial ekonomi daerah. Keberadaan sektor padi yang kuat akan mengurangi ketergantungan pada pasokan pangan dari luar, yang dapat bergejolak akibat perubahan iklim global, konflik geopolitik, atau dinamika pasar internasional. Dengan demikian, penilaian potensi padi ini bertujuan untuk mengidentifikasi peluang peningkatan produksi yang berkelanjutan sambil menyoroti tantangan yang ada, demi mencapai diversifikasi pertanian yang seimbang dan ketahanan pangan yang kokoh.
II. Gambaran Umum Produksi Padi di Labuhanbatu
Tren Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi
Produksi padi di Kabupaten Labuhanbatu menunjukkan dinamika yang menarik dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2022, luas panen padi di Kabupaten Labuhanbatu mencapai sekitar 411,46 ribu hektare, menghasilkan total produksi gabah kering giling (GKG) sebesar 2,09 juta ton. Angka ini merepresentasikan peningkatan substansial sebesar 6,76% dalam luas panen dibandingkan dengan tahun 2021 yang tercatat 385,41 ribu hektare. Sejalan dengan peningkatan luas panen, produksi beras untuk konsumsi pangan penduduk juga mengalami kenaikan 4,21%, mencapai 1,20 juta ton pada tahun 2022. Namun, proyeksi untuk tahun 2023 menunjukkan sedikit penurunan, dengan perkiraan luas panen sekitar 404,47 ribu hektare dan produksi padi sekitar 2,08 juta ton GKG.
Secara lebih spesifik, data dari Labuhanbatu Selatan pada tahun 2020 menunjukkan produksi padi sawah sebesar 4.444,56 ton dari luas panen 857,20 hektar, dengan tingkat produktivitas mencapai 5,18 ton per hektare. Produktivitas ini mendekati rata-rata produktivitas di daerah dengan kinerja penyuluhan yang tinggi, yaitu sekitar 5,383 ton per hektare per musim tanam. Sementara itu, di Kabupaten Labuhanbatu Utara, data tahun 2021 menunjukkan produktivitas 56,25 dan 52,65 di Kecamatan Na IX-X. Meskipun satuan yang digunakan tidak secara eksplisit disebutkan, jika angka ini merujuk pada kuintal per hektare, maka produktivitasnya konsisten dengan kisaran di atas 5 ton per hektare, menunjukkan kinerja yang relatif baik.
Fluktuasi produksi padi, dengan peningkatan pada tahun 2022 yang diikuti oleh proyeksi penurunan pada tahun 2023, mengindikasikan bahwa pertumbuhan produksi belum sepenuhnya stabil dan mungkin dipengaruhi oleh berbagai faktor tahunan, seperti kondisi iklim atau dinamika pasar. Selain itu, perbedaan produktivitas antar wilayah di Labuhanbatu Raya (Kabupaten Labuhanbatu, Labuhanbatu Utara, dan Labuhanbatu Selatan) juga menyoroti adanya disparitas kinerja. Kondisi ini menekankan pentingnya analisis yang lebih mendalam pada tingkat kecamatan atau sub-wilayah untuk mengidentifikasi praktik terbaik yang dapat direplikasi serta tantangan spesifik yang memerlukan intervensi yang disesuaikan. Pemahaman yang lebih rinci tentang faktor-faktor yang mendorong perbedaan produktivitas ini akan sangat membantu dalam merumuskan strategi pengembangan pertanian yang lebih efektif dan tepat sasaran di setiap area.
Berikut adalah ringkasan data luas panen, produksi, dan produktivitas padi di Labuhanbatu:
Tabel 1: Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah di Labuhanbatu (2021-2023)
Indikator (Satuan) | 2021 | 2022 | 2023 (Proyeksi) |
Luas Panen (ribu ha) | 385,41 | 411,46 | 404,47 |
Produksi GKG (juta ton) | 2,00 | 2,09 | 2,08 |
Produksi Beras (juta ton) | 1,15 | 1,20 | N/A |
Produktivitas (ton/ha) Labuhanbatu Selatan (2020) | N/A | N/A | 5,18 |
Produktivitas Labuhanbatu Utara (2021) (Kec. Na IX-X) | 52,65 (kuintal/ha)* | N/A | N/A |
Produktivitas Labuhanbatu Utara (2021) (Umum) | 56,25 (kuintal/ha)* | N/A | N/A |
Kondisi Geografis dan Iklim yang Mendukung Budidaya Padi
Suhu, Curah Hujan, dan Sinar Matahari
Kabupaten Labuhanbatu secara geografis terletak pada koordinat antara 1°41’ – 2°44’ Lintang Utara dan 99°33 – 100°22 Bujur Timur, dengan variasi ketinggian dari 0 hingga 700 meter di atas permukaan laut (dpl), mencakup wilayah pesisir hingga perbukitan. Secara umum, kondisi iklim di Kabupaten Labuhanbatu Utara dikategorikan sebagai iklim tropis basah, yang dicirikan oleh adanya dua pertukaran angin monsun. Monsun Barat, yang bertiup dari arah Utara (Asia Tenggara) dan melewati Selat Malaka, membawa kandungan air yang menyebabkan musim hujan di wilayah ini sekitar bulan April hingga September. Sebaliknya, angin Monsun Timur yang bertiup dari Australia sekitar bulan Oktober hingga April merupakan angin kering yang menyebabkan curah hujan yang lebih rendah.
Tanaman padi memerlukan kondisi iklim spesifik untuk pertumbuhan optimal, termasuk suhu di atas 23°C, curah hujan tahunan sekitar 1500-2000 mm, dan intensitas sinar matahari yang cukup. Data dari Stasiun Meteorologi Aek Godang, yang relevan untuk wilayah Tapanuli Selatan termasuk Labuhanbatu, menunjukkan bahwa suhu rata-rata di wilayah ini kondusif untuk budidaya padi, dengan rata-rata 26.5°C pada April 2024 dan 26.2°C pada Februari 2024.
Meskipun demikian, pola curah hujan menunjukkan variabilitas yang perlu diperhatikan. Misalnya, pada Juli 2024, total curah hujan tercatat hanya 47.8 mm, yang dikategorikan di bawah normal. Di sisi lain, prakiraan untuk Mei-Juni 2024 menunjukkan curah hujan menengah (101-300 mm) dengan sifat hujan Normal hingga Atas Normal. Musim hujan utama di Labuhanbatu berlangsung dari September hingga April, dengan November sebagai bulan terbasah, mencatat rata-rata 19,9 hari hujan dengan curah hujan minimal 1 milimeter.
Kondisi iklim Labuhanbatu secara fundamental mendukung budidaya padi, namun variabilitas curah hujan yang tinggi dan ketidakpastian musim, yang diperparah oleh perubahan iklim, menjadi faktor pembatas. Ketidakpastian ini dapat mengganggu jadwal tanam dan panen yang telah direncanakan, serta mengurangi ketersediaan air irigasi, terutama di daerah tadah hujan. Oleh karena itu, diperlukan sistem manajemen air yang adaptif dan pemanfaatan prakiraan cuaca yang akurat untuk mengurangi risiko gagal panen dan memastikan pasokan air yang konsisten bagi tanaman padi.
Berikut adalah data curah hujan rata-rata bulanan/tahunan di Labuhanbatu:
Tabel 2: Data Curah Hujan Rata-rata Bulanan/Tahunan di Labuhanbatu
Bulan/Tahun | Hari Hujan Rata-rata | Curah Hujan Rata-rata (mm) | Sifat Hujan (BMKG Aek Godang) |
November 2020 | 23 | 590 | N/A |
Desember 2020 | 15 | 338 | N/A |
Februari 2024 | 21 | 153,3 | Normal |
April 2024 | 14 | 52,3 (harian terbanyak) | N/A |
Juli 2024 | 5 | 47,8 | Di Bawah Normal |
Mei 2024 (Prakiraan) | N/A | 101-300 (Menengah) | Normal hingga Atas Normal |
Juni 2024 (Prakiraan) | N/A | 101-300 (Menengah) | Normal hingga Atas Normal |
2017 (Rata-rata bulanan) | 14,17 | 220,00 | N/A |
Musim Hujan (Rantauprapat) | 8 bulan (Sep-Apr) | 19,9 hari (Nov) | N/A |
Karakteristik Tanah dan Ketersediaan Air untuk Persawahan
Jenis Tanah Dominan dan Sistem Irigasi (Tadah Hujan vs. Irigasi Teknis)
Tanah yang ideal untuk budidaya padi sawah adalah tanah yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan air, sementara jenis tanah dengan kandungan pasir tinggi cenderung kurang cocok karena sulit menahan genangan air yang dibutuhkan tanaman padi. Kabupaten Labuhanbatu diketahui memiliki jenis tanah hidromorfik kelabu, yang umumnya ditemukan di beberapa kabupaten di Sumatera Utara dan sesuai untuk persawahan. Selain itu, Kabupaten Labuhanbatu Utara didominasi oleh tekstur tanah halus dan sedang. Gambut topogen, yang secara relatif lebih kaya unsur hara dibandingkan gambut ombrogen, juga diidentifikasi memiliki potensi yang lebih baik sebagai lahan budidaya pertanian.
Meskipun karakteristik tanah secara umum mendukung budidaya padi, data mengenai ketersediaan air dan sistem irigasi mengungkapkan tantangan besar. Pada tahun 2020, dari total 18.071 hektare luas lahan pertanian di Kabupaten Labuhanbatu, hanya 380 hektare yang merupakan sawah beririgasi, sedangkan mayoritas, yaitu 14.927 hektare, adalah sawah tadah hujan. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar lahan padi di Labuhanbatu sangat bergantung pada curah hujan alami. Ketergantungan pada air hujan di daerah seperti Panai Tengah telah diidentifikasi sebagai salah satu penyebab rendahnya produksi padi, di samping masalah kelangkaan pupuk.
Untuk mengatasi keterbatasan ini, pemerintah telah mengimplementasikan beberapa program. Di Labuhanbatu Utara, program pompanisasi telah berhasil membantu petani beralih dari satu kali tanam menjadi dua kali tanam setahun (Indeks Pertanaman 2/IP2), seperti yang terjadi di Desa Sungai Apung, Kecamatan Kualuh Hilir, yang mengairi hamparan seluas 34 hektare. Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu juga berencana membangun embung desa di Kecamatan Panai Tengah untuk mengatasi krisis air dan mendukung irigasi di daerah tadah hujan. Namun, secara nasional, kondisi jaringan irigasi di Indonesia masih menghadapi masalah serius, dengan lebih dari 50% mengalami kerusakan dan sekitar 80% air untuk pertanian cenderung boros. Data spesifik mengenai kondisi jaringan irigasi di Labuhanbatu sendiri masih sulit didapatkan.
Potensi tanah yang mendukung budidaya padi di Labuhanbatu belum sepenuhnya termanfaatkan karena keterbatasan infrastruktur irigasi. Mayoritas lahan padi masih mengandalkan sistem tadah hujan, yang membatasi indeks pertanaman dan membuat petani sangat rentan terhadap kekeringan. Program pompanisasi dan pembangunan embung desa adalah langkah penting yang menunjukkan pengakuan terhadap kebutuhan mendesak akan perbaikan infrastruktur air. Namun, untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan dan meningkatkan produktivitas secara berkelanjutan, perluasan dan rehabilitasi jaringan irigasi teknis secara menyeluruh menjadi kunci.
Berikut adalah perbandingan luas lahan sawah irigasi dan tadah hujan di Labuhanbatu:
Tabel 3: Perbandingan Luas Lahan Sawah Irigasi dan Tadah Hujan di Labuhanbatu (2018-2020)
Uraian | 2018 (Ha) | 2019 (Ha) | 2020 (Ha) |
Luas Lahan Pertanian | 24.318 | 18.071 | 18.071 |
Luas Sawah Beririgasi | 605 | 380 | 380 |
Luas Lahan Sawah Tadah Hujan | 15.883 | 14.927 | 14.927 |
Luas Lahan Ladang/Huma | 137 | 137 | 137 |
Luas Areal Perkebunan Sawit | 35.162 | 38.554 | 38.629 |
Praktik Pertanian dan Adopsi Varietas Unggul
Pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian Labuhanbatu secara aktif mendorong petani padi untuk mengadopsi pola tanam dua kali setahun (IP2). Pola ini mempersingkat siklus tanam-panen menjadi sekitar 120 hari, jauh lebih efisien dibandingkan sistem lama yang hanya memungkinkan satu kali tanam dalam setahun dengan waktu yang lebih lama.
Varietas padi unggul yang umum ditanam di Labuhanbatu meliputi Ciherang, Mekongga, dan Inpari 9, serta varietas lokal seperti Sitolas Kuku Balam dan Ramos. Beberapa penelitian juga mengidentifikasi varietas Inpara 8 memiliki produksi dan penerimaan tertinggi dibandingkan varietas lain. Sementara itu, varietas Ciherang dilaporkan memiliki penerimaan tertinggi di usahatani padi sawah Labuhanbatu. Adopsi varietas unggul baru oleh petani dipengaruhi oleh beberapa faktor kunci, termasuk potensi hasil panen, umur masak, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta kualitas hasil yang prima.
Dalam upaya memodernisasi praktik pertanian, Dinas Pertanian Kabupaten Labuhanbatu Utara telah menyelenggarakan Bimbingan Teknis Aplikasi Layanan Konsultasi Padi (LKP). Aplikasi ini dirancang untuk membantu petani dalam menentukan rekomendasi pemupukan hara spesifik lokasi secara tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat jenis melalui perangkat Android.
Proses adopsi teknologi oleh petani umumnya melalui tahapan: mengetahui, memperhatikan, menilai, mencoba, dan akhirnya menerapkan. Namun, tingkat penerimaan petani terhadap inovasi baru teknologi pertanian dapat bervariasi, dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, dan tingkat partisipasi dalam kegiatan penyuluhan. Beberapa studi menunjukkan bahwa rendahnya tingkat adopsi teknologi juga dapat disebabkan oleh kinerja penyuluh pertanian itu sendiri. Penelitian di Kabupaten Serdang Bedagai, yang memiliki karakteristik pertanian serupa, menemukan bahwa faktor-faktor sosial ekonomi seperti tingkat pendidikan, luas lahan, tingkat pendapatan, kepemilikan lahan, dan frekuensi mengikuti penyuluhan memiliki hubungan nyata dengan tingkat adopsi petani terhadap program teknologi peningkatan produktivitas padi sawah.
Meskipun pemerintah telah berupaya mendorong adopsi pola tanam ganda (IP2) dan penggunaan varietas unggul, serta memperkenalkan inovasi seperti aplikasi LKP, tingkat adopsi teknologi di kalangan petani masih menjadi tantangan. Efektivitas penyuluhan pertanian dan faktor sosial ekonomi petani sangat mempengaruhi keberhasilan adopsi. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan teknologi saja tidak cukup; kapabilitas dan motivasi petani untuk mengadopsi inovasi, yang sangat dipengaruhi oleh kualitas penyuluhan dan kondisi sosio-ekonomi mereka, adalah kunci untuk merealisasikan potensi produktivitas penuh. Oleh karena itu, program pendampingan yang lebih terfokus dan berkelanjutan diperlukan untuk memaksimalkan potensi ini.
III. Aspek Ekonomi Usahatani Padi
Pendapatan Petani Padi di Labuhanbatu
Usahatani padi di Kabupaten Labuhanbatu menunjukkan indikasi profitabilitas yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata petani padi sawah di daerah ini adalah sekitar Rp 6.607.911 per musim tanam, dengan rata-rata produksi mencapai 2.936 kg per musim tanam. Analisis lebih lanjut terhadap usahatani padi varietas IR 64 mengungkapkan bahwa total penerimaan rata-rata yang diperoleh petani adalah Rp 43.230.769, dengan total biaya rata-rata yang dikeluarkan sebesar Rp 25.896.321. Ini menghasilkan pendapatan rata-rata sebesar Rp 17.334.449 per musim tanam.
Secara umum, usahatani padi sawah di Kabupaten Labuhanbatu terbukti menguntungkan, dengan pendapatan rata-rata Rp 14.416.111,11 per hektare per musim tanam dan nilai Return Cost Ratio (R/C ratio) sebesar 1.96, yang menunjukkan bahwa usaha ini layak secara ekonomi (R/C > 1). Bahkan, varietas Ciherang dilaporkan memiliki R/C ratio yang lebih tinggi, yaitu 2.29, mengindikasikan efisiensi yang lebih baik.
Namun, di balik angka profitabilitas per unit lahan yang menjanjikan ini, terdapat sebuah paradoks yang krusial: meskipun usahatani padi secara teknis menguntungkan, mayoritas petani di daerah penelitian masih belum mencapai pendapatan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka dalam satu musim panen. Kondisi ini menunjukkan bahwa masalah utama bukan terletak pada efisiensi atau profitabilitas per unit lahan, melainkan pada skala kepemilikan lahan petani yang mungkin kecil, atau frekuensi panen yang terbatas (misalnya, hanya sekali setahun karena keterbatasan irigasi). Artinya, meskipun usaha taninya sehat secara ekonomi, total pendapatan yang dihasilkan tidak cukup untuk menopang kebutuhan rumah tangga petani, yang pada gilirannya dapat mendorong mereka untuk mencari alternatif mata pencarian atau bahkan mengalihfungsikan lahan pertanian.
Berikut adalah perbandingan rata-rata pendapatan petani padi berdasarkan varietas/sistem tanam di Labuhanbatu:
Tabel 4: Perbandingan Rata-rata Pendapatan Petani Padi Berdasarkan Varietas/Sistem Tanam di Labuhanbatu
Indikator (Satuan) | Padi Sawah (Rata-rata) | Padi IR 64 | Padi Sawah (Ciherang) | Padi Sawah Irigasi | Padi Tadah Hujan |
Produksi Rata-rata (kg/MT) | 2.936 | N/A | N/A | N/A | N/A |
Biaya Produksi Rata-rata (Rp/MT) | N/A | 25.896.321 | N/A | N/A | N/A |
Penerimaan Rata-rata (Rp/MT) | N/A | 43.230.769 | N/A | N/A | N/A |
Pendapatan Rata-rata (Rp/MT) | 6.607.911 | 17.334.449 | N/A | 16.067.780 | 12.810.858 |
Pendapatan Rata-rata (Rp/Ha/MT) | N/A | N/A | 14.416.111,11 | N/A | N/A |
R/C Ratio | N/A | N/A | 2.29 | 2.83 | 2.44 |
Dinamika Harga Gabah dan Beras di Pasar Lokal
Dinamika harga gabah dan beras di Labuhanbatu menunjukkan kompleksitas yang mempengaruhi kesejahteraan petani dan daya beli konsumen. Harga beras medium di pasar lokal Labuhanbatu tercatat sekitar Rp 13.500 per kilogram. Di beberapa wilayah, seperti Aekkorsik, Labuhanbatu Utara, harga beras eceran bahkan mencapai Rp 17.000 per kilogram, menimbulkan keluhan dari rumah tangga karena tingginya biaya hidup.
Pemerintah telah berupaya menjaga stabilitas harga dan kesejahteraan petani dengan menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk Gabah Kering Panen (GKP) sebesar Rp 6.500 per kilogram, sebagai bagian dari target swasembada pangan 2025. Namun, terdapat ketidaksesuaian antara HPP yang ditetapkan dan harga aktual di tingkat petani. Pada Maret 2024, harga gabah kualitas GKP varietas Ciherang dan IR 64 di Kabupaten Labuhanbatu Utara tercatat serendah Rp 5.600 per kilogram, yang berada di bawah HPP yang seharusnya melindungi petani. Meskipun harga GKP rata-rata nasional pada Juli 2025 dilaporkan mencapai Rp 6.766 per kilogram (melebihi HPP), harga gabah di Sumatera Utara secara umum mengalami penurunan pada Maret 2024 (GKG turun 3,71% dan GKP turun 1,23%).
Kondisi ini mengindikasikan adanya inefisiensi pasar atau kegagalan dalam implementasi kebijakan perlindungan harga di tingkat lokal. Meskipun harga beras di tingkat konsumen cenderung tinggi, petani tidak selalu merasakan manfaatnya karena harga gabah di tingkat petani bisa jatuh di bawah biaya produksi atau HPP. Fluktuasi harga gabah yang tidak stabil juga menambah ketidakpastian pendapatan petani, mengurangi insentif mereka untuk berproduksi secara maksimal. Situasi ini memerlukan intervensi yang lebih efektif untuk memastikan bahwa HPP benar-benar berfungsi sebagai jaring pengaman bagi petani dan bahwa keuntungan dari harga beras yang tinggi dapat didistribusikan secara lebih adil sepanjang rantai pasok.
Berikut adalah dinamika harga gabah dan beras di Labuhanbatu:
Tabel 5: Harga Gabah dan Beras di Labuhanbatu (Terbaru dan Tren)
Komoditas | Lokasi/Wilayah | Harga (Rp/kg) | Tanggal/Periode |
Beras Medium | Labuhanbatu (Rata-rata Sumut) | 13.500 | Januari 2022 |
Beras Eceran | Aekkorsik, Labuhanbatu Utara | 17.000 | September 2023 |
Gabah Kering Panen (GKP) | Nasional (HPP) | 6.500 | Ditetapkan Pemerintah |
Gabah Kering Panen (GKP) Varietas Ciherang & IR 64 | Labuhanbatu Utara | 5.600 (terendah) | Maret 2024 |
Gabah Kering Panen (GKP) | Nasional (Rata-rata) | 6.766 | Juli 2025 |
Gabah Kering Giling (GKG) (Rata-rata) | Sumatera Utara | 6.892 (turun 3,71%) | Maret 2024 |
Gabah Kering Panen (GKP) (Rata-rata) | Sumatera Utara | 6.131 (turun 1,23%) | Maret 2024 |
Akses Petani terhadap Kredit Usaha Tani dan Subsidi Pupuk
Akses terhadap modal merupakan faktor krusial dalam usahatani, dan keterbatasan akses kredit usaha tani telah diidentifikasi sebagai salah satu masalah eksternal yang dihadapi petani di Labuhanbatu. Ketersediaan modal yang tidak memadai dapat menghambat petani untuk membeli input pertanian yang diperlukan secara tepat waktu, seperti benih unggul dan pupuk, serta untuk mengadopsi teknologi baru yang dapat meningkatkan produktivitas. Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) memiliki potensi besar untuk meningkatkan pendapatan petani, sebagaimana ditunjukkan oleh berbagai penelitian yang menganalisis pemanfaatan KUR dalam sektor pertanian. Namun, efektivitas penyaluran dan pemanfaatan KUR di Labuhanbatu perlu dievaluasi lebih lanjut untuk memastikan manfaatnya benar-benar sampai kepada petani yang membutuhkan.
Selain modal, ketersediaan dan harga pupuk juga menjadi isu sentral. Petani di Labuhanbatu seringkali menghadapi masalah pupuk bersubsidi yang tidak mencukupi kebutuhan riil mereka, memaksa mereka untuk membeli pupuk non-subsidi dengan harga yang jauh lebih mahal. Sebagai contoh, harga pupuk non-subsidi jenis NPK 16 16 bisa mencapai Rp 290.000, TSP Rp 350.000, Urea Rp 290.000, dan ZA Rp 175.000. Kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi sebesar Rp 300-450 per kilogram sejak tahun 2022 juga secara langsung berdampak pada peningkatan biaya produksi bagi petani.
Petani skala kecil, yang merupakan mayoritas di sektor pertanian, sangat bergantung pada pupuk bersubsidi untuk dapat meningkatkan produksi dan pendapatan mereka. Ketika pasokan pupuk bersubsidi terbatas atau harganya meningkat, biaya produksi petani melonjak, yang pada gilirannya mengikis margin keuntungan mereka. Kondisi ini menciptakan lingkaran umpan balik negatif: keterbatasan akses kredit dan mahalnya pupuk non-subsidi secara langsung meningkatkan biaya produksi. Peningkatan biaya ini, jika tidak diimbangi dengan kenaikan harga jual gabah atau peningkatan produktivitas yang signifikan, akan menekan profitabilitas petani, bahkan jika usahatani secara umum menguntungkan. Hal ini menghambat kemampuan petani untuk berinvestasi dalam praktik pertanian yang lebih produktif dan berkelanjutan, sehingga memperburuk masalah pendapatan yang belum mencukupi.
IV. Tantangan dan Kendala dalam Produksi Padi
Ancaman Alih Fungsi Lahan Pertanian (khususnya ke Kelapa Sawit)
Kabupaten Labuhanbatu dikenal luas sebagai wilayah perkebunan kelapa sawit dan karet yang sangat dominan. Dominasi ini telah menyebabkan terjadinya fenomena alih fungsi lahan padi sawah secara signifikan menjadi perkebunan kelapa sawit. Data menunjukkan bahwa luas lahan kelapa sawit di Labuhanbatu Utara terus meningkat dari tahun 2010 hingga 2022, sementara luas sawah cenderung mengalami penurunan selama periode yang sama.
Pendorong utama di balik alih fungsi lahan ini adalah perbedaan pendapatan yang mencolok antara budidaya padi dan kelapa sawit. Dalam kurun waktu 4 bulan, 1 hektare lahan kelapa sawit dapat menghasilkan pendapatan sekitar Rp 20.800.000 (dengan asumsi 8 kali panen dalam 4 bulan, di mana setiap panen menghasilkan Rp 2.600.000 per 2 minggu). Sementara itu, 1 hektare lahan padi hanya menghasilkan sekitar Rp 11.300.000 untuk satu kali panen dalam periode yang sama. Perbedaan pendapatan yang hampir dua kali lipat ini menciptakan insentif ekonomi yang sangat kuat bagi petani untuk mengalihfungsikan lahan mereka.
Implikasi dari alih fungsi lahan ini sangat serius. Berkurangnya jumlah produksi padi akibat konversi lahan menjadi ancaman nyata bagi swasembada pangan dan ketahanan pangan di daerah. Daerah yang seharusnya menjadi lumbung pangan lokal beralih fungsi menjadi penghasil komoditas ekspor, yang dapat meningkatkan ketergantungan pada pasokan pangan dari luar. Selain itu, tingginya biaya produksi bibit padi dan pupuk juga menjadi faktor pendorong petani untuk melakukan alih fungsi lahan, karena biaya input yang tinggi semakin mengurangi daya tarik ekonomi budidaya padi dibandingkan kelapa sawit. Petani, sebagai pelaku ekonomi rasional, akan cenderung memilih komoditas yang menawarkan keuntungan finansial terbesar, sehingga tanpa intervensi yang tepat, tren alih fungsi lahan ini akan terus berlanjut.
Dampak Perubahan Iklim: Kekeringan dan Banjir
Perubahan iklim telah menjadi ancaman eksistensial bagi sektor pertanian padi di Labuhanbatu, menyebabkan pola cuaca yang semakin tidak menentu dan ekstrem. Kondisi ini mencakup kekeringan berkepanjangan, banjir yang sering terjadi, dan suhu ekstrem, yang semuanya secara langsung mempengaruhi produktivitas padi. Kekeringan yang berkepanjangan dapat mengurangi ketersediaan air irigasi yang vital bagi padi sawah, sementara banjir yang sering terjadi di wilayah dataran rendah dapat merusak tanaman padi dan menyebabkan kerugian panen yang besar. Penelitian global bahkan menunjukkan bahwa setiap peningkatan suhu sebesar 1°C dapat mengurangi hasil panen padi sekitar 10%.
Dampak perubahan iklim ini telah terlihat nyata di Labuhanbatu. Di Labuhanbatu Utara, puluhan hektare lahan padi di Desa Kelapa Sebatang, Kecamatan Kualuh Leidong, mengalami kekeringan parah akibat tidak turun hujan selama 15 hari. Akibatnya, tanaman padi yang baru ditanam mulai menguning dan tanah sawah retak, menyebabkan kerugian besar bagi petani. Kondisi kekeringan yang berulang ini secara kausal mendorong petani untuk mengalihfungsikan lahan dari tanaman padi ke tanaman kelapa sawit, yang dianggap lebih tahan terhadap kondisi iklim yang tidak menentu.
Fenomena ini menciptakan lingkaran umpan balik negatif: perubahan iklim meningkatkan kerentanan budidaya padi, yang pada gilirannya mendorong petani untuk beralih ke komoditas lain yang dirasa lebih aman atau menguntungkan. Hal ini mempercepat laju alih fungsi lahan dan semakin mengurangi kapasitas produksi pangan lokal. Oleh karena itu, strategi mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, seperti pengembangan varietas padi yang lebih tahan iklim dan perbaikan sistem irigasi, menjadi sangat penting untuk menjaga keberlanjutan pertanian padi di Labuhanbatu.
Prevalensi Hama dan Penyakit Padi
Selain perubahan iklim, prevalensi hama dan penyakit juga merupakan tantangan signifikan dalam produksi padi di Labuhanbatu. Perubahan iklim sendiri dapat berkontribusi pada perubahan pola penyebaran hama dan penyakit tanaman, memperumit masalah bagi petani. Serangan hama dapat menyebabkan berbagai dampak negatif, mulai dari gangguan pertumbuhan tanaman, kegagalan berbunga, malai kosong, penurunan hasil panen, hingga kegagalan panen total.
Kasus serangan hama telah dilaporkan di Labuhanbatu, seperti pada tahun 2019 ketika 20 hektare padi tadah hujan di daerah tersebut terserang hama. Hama utama yang sering menyerang tanaman padi meliputi wereng, penggerek batang padi, pelipat daun, walang sangit, dan tikus. Walang sangit, misalnya, merupakan hama penting yang dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai 50% jika populasinya tinggi. Hama ganjur padi (Asian rice gall midge) juga menjadi masalah, menyebabkan gejala khas seperti pucuk perak dan pertumbuhan tanaman yang terhambat. Tikus sawah (Ratus argentiventer) juga merupakan ancaman serius karena perkembangbiakannya yang cepat dan daya rusaknya yang tinggi.
Meskipun ancaman hama dan penyakit ini nyata, tingkat adopsi pengelolaan hama secara terpadu (PHT) di beberapa wilayah masih tergolong rendah. Kondisi ini menunjukkan adanya kesenjangan dalam praktik pertanian atau efektivitas layanan penyuluhan, yang membuat petani lebih rentan terhadap serangan biologis ini. Peningkatan kesadaran dan keterampilan petani dalam menerapkan praktik PHT adalah krusial untuk mengurangi kerugian hasil panen dan memastikan keberlanjutan produksi padi.
Keterbatasan Infrastruktur Pertanian (Irigasi, Pasca Panen, Transportasi)
Infrastruktur pertanian yang memadai merupakan komponen penting dalam meningkatkan produksi dan distribusi pangan. Di Labuhanbatu, keterbatasan infrastruktur masih menjadi kendala struktural yang menghambat optimalisasi potensi padi.
Irigasi: Seperti yang telah dibahas, mayoritas lahan padi di Labuhanbatu masih mengandalkan sistem tadah hujan, dengan hanya sebagian kecil yang teririgasi teknis. Secara nasional, lebih dari 50% jaringan irigasi di Indonesia mengalami kerusakan, dan sekitar 80% air yang digunakan untuk pertanian cenderung boros. Meskipun pemerintah daerah berupaya dengan program pompanisasi dan embung desa, kondisi jaringan irigasi yang belum optimal menjadi tantangan besar. Data mengenai kondisi jaringan irigasi di Labuhanbatu sendiri masih sulit didapatkan, mengindikasikan kurangnya informasi komprehensif untuk perencanaan perbaikan. Bahkan, kondisi infrastruktur di depan kantor pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu pun masih dinilai buruk, menunjukkan tantangan umum dalam pembangunan infrastruktur.
Transportasi: Jaringan jalan dan transportasi yang memadai sangat penting untuk memperlancar distribusi hasil pertanian dari lahan ke pasar atau pusat pengumpulan. Akses jalan yang baik dapat mengurangi kerugian pasca panen dan memastikan produk pertanian mencapai konsumen dengan cepat dan dalam kondisi baik, serta mempermudah petani dalam mengakses input pertanian. Meskipun panjang jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan tercatat 1.063,1 km , kualitas dan cakupan jalan di daerah sentra produksi padi perlu dievaluasi lebih lanjut untuk memastikan efisiensi logistik.
Pasca Panen: Fasilitas pasca panen yang baik, meliputi pengeringan, pembersihan, sortasi, pengemasan, penggilingan, dan penyimpanan, sangat krusial untuk mempertahankan kualitas hasil panen, mengurangi kehilangan, dan meningkatkan nilai tambah produk. Di Labuhanbatu, kapasitas fasilitas penggilingan padi dilaporkan mencapai 5 ton per hari untuk satu fasilitas. Angka ini sangat kecil dibandingkan dengan kapasitas penggilingan padi skala besar yang bisa mencapai 600 ton per hari. Selain itu, beberapa petani masih melakukan penjemuran padi secara tradisional di atas tanah tanpa alas, yang dapat menyebabkan penurunan kualitas dan kehilangan hasil.
Kesenjangan infrastruktur ini menciptakan efek berlipat ganda yang menghambat potensi padi. Keterbatasan irigasi membatasi indeks pertanaman, sementara kurangnya fasilitas pasca panen yang memadai menyebabkan kerugian signifikan setelah panen dan menghambat peningkatan nilai tambah produk. Infrastruktur jalan yang buruk juga meningkatkan biaya distribusi dan mengurangi daya saing produk petani di pasar. Oleh karena itu, investasi yang terencana dan terpadu dalam perbaikan dan pengembangan infrastruktur pertanian adalah prasyarat untuk mencapai peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petani yang berkelanjutan.
V. Inisiatif dan Dukungan Pemerintah
Pemerintah daerah di Labuhanbatu telah menunjukkan komitmen untuk mendukung sektor pertanian padi melalui berbagai inisiatif dan program.
Program Bantuan Benih dan Alat Mesin Pertanian
Salah satu bentuk dukungan pemerintah adalah pemberian bantuan benih padi unggul kepada petani. Tujuan utama dari bantuan ini adalah untuk membantu petani dalam penyediaan benih unggul, meningkatkan pendapatan mereka, dan pada akhirnya berkontribusi pada pencapaian swasembada pangan. Selain benih, Dinas Pertanian juga menyediakan berbagai fasilitas lain, termasuk bantuan alat mesin pertanian dan pemberian racun/obat-obatan untuk pengendalian hama penyakit.
Dinas Pertanian Kabupaten Labuhanbatu Utara secara aktif terlibat dalam berbagai kegiatan untuk meningkatkan produksi pangan nasional. Ini termasuk pendampingan panen raya padi sawah, penanaman jagung serentak, sosialisasi program sertifikasi ISPO bagi perkebunan sawit, serta rapat koordinasi perluasan areal tanam (PAT) melalui kegiatan optimalisasi lahan (OPLA) pompanisasi dan padi gogo. Kegiatan-kegiatan ini menunjukkan upaya pemerintah dalam menyediakan input dan dukungan teknis bagi petani.
Program Pompanisasi untuk Peningkatan Indeks Pertanaman
Mengingat mayoritas lahan padi di Labuhanbatu masih tadah hujan, program pompanisasi menjadi sangat strategis untuk meningkatkan indeks pertanaman (IP). Di Kabupaten Labuhanbatu Utara, irigasi perpompaan telah terbukti sangat membantu petani dalam mengairi sawah mereka. Sebelumnya, petani hanya bisa menanam satu kali dalam setahun, namun dengan adanya irigasi perpompaan, mereka kini dapat melakukan dua kali tanam dalam setahun (IP2).
Menteri Pertanian (Mentan) sendiri telah menggalakkan program pompanisasi sebagai upaya untuk menyediakan air hingga ke lahan, memacu perluasan areal tanam, dan meningkatkan produktivitas serta pendapatan petani. Program ini memanfaatkan potensi sumber air permukaan untuk memenuhi kebutuhan air petani, khususnya di daerah yang jauh dari sumber air utama. Contoh implementasi pompanisasi di Desa Sungai Apung, Kecamatan Kualuh Hilir, Labuhanbatu Utara, yang mengairi hamparan seluas 34 hektare, menunjukkan keberhasilan awal dalam meningkatkan intensitas pertanaman.
Inovasi dan Program “Desa Berinovasi Swasembada Pangan”
Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu telah merencanakan pembangunan kawasan desa inovatif yang diimplementasikan dengan model “Desa Berinovasi Swasembada Pangan”. Inisiatif ini sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Labuhanbatu tahun 2022-2026 yang disusun secara tematik, holistik, integratif, dan spasial. Program ini diumumkan oleh Bupati Labuhanbatu sebagai respons terhadap krisis pangan global, dengan tujuan memperkuat ketahanan pangan nasional melalui dukungan rantai pasokan makanan, penyediaan peralatan mesin pertanian, dan peningkatan produktivitas lahan.
Program “Desa Berinovasi” bertujuan untuk menciptakan wahana inovasi yang dikembangkan secara profesional dan didukung oleh kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, dunia usaha, perguruan tinggi atau lembaga penelitian dan pengembangan, komunitas masyarakat, dan media. Kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan nilai tambah potensi unggulan desa, yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan daya saing daerah. Enam desa telah ditetapkan sebagai area desa inovatif, yaitu Sei Siarti, Selat Beting, Bagan Bilah, Sei Rakyat, Sei Pelancang, dan Sei Nahodaris, dengan fokus pada ilmu pengetahuan dan teknologi serta kearifan lokal untuk meningkatkan pelayanan publik, pemberdayaan masyarakat, dan daya saing regional.75 Salah satu kegiatan konkret yang telah dilakukan adalah penanaman benih padi varietas Ngaos Mawar untuk didistribusikan kepada petani.
Meskipun demikian, implementasi program ini masih menghadapi beberapa kendala, seperti belum optimalnya penyediaan infrastruktur pangan, skor pola pangan harapan (PPH) yang belum maksimal, belum terjaminnya ketersediaan dan diversifikasi pangan, pengawasan keamanan yang suboptimal, pengelolaan cadangan pangan daerah yang belum optimal, inovasi di bidang pangan yang belum optimal, serta monitoring dan evaluasi yang belum maksimal. Di sisi lain, Labuhanbatu Utara telah meraih penghargaan Juara I Inovasi Bung Desa (Bupati Ngantor di Desa) pada kategori OPD Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara, menunjukkan adanya keberhasilan dalam inisiatif inovatif di tingkat kabupaten.
Inisiatif dan program pemerintah ini menunjukkan komitmen yang kuat untuk meningkatkan potensi padi di Labuhanbatu. Namun, keberhasilan program-program ini sangat bergantung pada efektivitas implementasi, optimalisasi monitoring dan evaluasi, serta kemampuan untuk mengatasi kesenjangan infrastruktur dan tantangan lain yang telah diidentifikasi. Kolaborasi multi-stakeholder yang berkelanjutan akan menjadi kunci untuk mewujudkan tujuan swasembada pangan dan peningkatan kesejahteraan petani.
VI. Potensi Pengembangan dan Rekomendasi Strategis
Kabupaten Labuhanbatu memiliki potensi yang signifikan untuk pengembangan sektor padi, didukung oleh kondisi geografis dan jenis tanah yang sesuai. Namun, untuk mengoptimalkan potensi ini dan mengatasi berbagai kendala yang ada, diperlukan strategi yang komprehensif dan terintegrasi.
Peluang Peningkatan Produktivitas dan Luas Areal Tanam
Potensi peningkatan produktivitas padi di Labuhanbatu masih sangat besar. Dengan kondisi tanah yang mendukung dan iklim tropis basah, peluang untuk meningkatkan indeks pertanaman (IP) dari satu kali menjadi dua kali setahun (IP2) adalah kunci utama. Program pompanisasi yang telah menunjukkan keberhasilan awal harus diperluas cakupannya untuk mengairi lebih banyak lahan tadah hujan. Optimalisasi pengelolaan lahan sawah dan ladang, serta peningkatan ketersediaan benih dan bibit unggul, juga merupakan strategi penting untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi padi.
Rekomendasi untuk Peningkatan Infrastruktur Irigasi dan Pasca Panen
Perbaikan dan pengembangan infrastruktur adalah prasyarat mutlak. Prioritas harus diberikan pada rehabilitasi dan perluasan jaringan irigasi teknis untuk mengurangi ketergantungan pada tadah hujan dan memastikan pasokan air yang stabil sepanjang tahun. Selain itu, investasi dalam fasilitas pasca panen modern, seperti pengering (misalnya flat bed dryer atau continuous flow dryer), fasilitas pembersihan, sortasi, dan penggilingan padi dengan kapasitas yang lebih besar, akan sangat krusial untuk mengurangi kehilangan hasil dan meningkatkan nilai tambah produk. Perbaikan jaringan jalan pedesaan juga diperlukan untuk memperlancar transportasi hasil pertanian dari lahan ke pasar, menekan biaya distribusi, dan meningkatkan keuntungan petani.
Strategi Mitigasi Perubahan Iklim dan Pengendalian Hama/Penyakit
Mengingat dampak perubahan iklim yang semakin nyata, strategi adaptasi dan mitigasi harus diintensifkan. Ini termasuk pengembangan dan promosi varietas padi yang lebih tahan terhadap kekeringan dan banjir, seperti padi gogo yang tahan lahan kering. Implementasi sistem peringatan dini untuk kejadian iklim ekstrem (kekeringan, banjir) akan memungkinkan petani melakukan tindakan pencegahan atau adaptasi yang lebih cepat. Untuk mengatasi hama dan penyakit, penguatan adopsi Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) melalui pendidikan dan pendampingan intensif bagi petani sangat diperlukan. Ini mencakup penggunaan varietas tahan hama, praktik budidaya yang baik, dan pemanfaatan agen hayati, serta pemantauan rutin untuk deteksi dini serangan hama dan penyakit.
Penguatan Kelembagaan Petani dan Akses Permodalan
Untuk mengatasi masalah pendapatan petani yang belum mencukupi dan keterbatasan modal, perluasan akses terhadap Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan skema kredit pertanian lainnya harus dipermudah. Pemerintah perlu memastikan bahwa pupuk bersubsidi tersedia secara tepat waktu dan dalam jumlah yang cukup, atau mengeksplorasi mekanisme subsidi alternatif yang lebih efisien dan tepat sasaran. Penguatan kelembagaan petani, seperti kelompok tani dan koperasi, akan meningkatkan posisi tawar petani dalam rantai nilai, mempermudah akses terhadap sumber daya, informasi, dan pasar. Kolaborasi antara petani, penyuluh, dan akademisi juga dapat memfasilitasi transfer teknologi dan praktik terbaik.
Peningkatan Nilai Tambah Produk Padi
Untuk meningkatkan kesejahteraan petani, fokus tidak hanya pada produksi gabah, tetapi juga pada peningkatan nilai tambah produk padi. Ini dapat dilakukan dengan mendorong pengolahan gabah kering panen (GKP) menjadi produk bernilai lebih tinggi, seperti beras giling berkualitas premium, tepung beras, atau produk olahan lainnya. Pengembangan merek lokal untuk beras Labuhanbatu dan pembangunan kemitraan dengan pasar yang lebih luas akan membantu petani memperoleh harga yang lebih baik dan memperluas jangkauan pasar mereka.
VII. Kesimpulan
Kabupaten Labuhanbatu memiliki potensi yang substansial dalam produksi padi, didukung oleh kondisi geografis dan karakteristik tanah yang mendukung. Peningkatan luas panen dan produksi pada tahun 2022 menunjukkan kapasitas yang ada. Namun, potensi ini dibayangi oleh sejumlah tantangan krusial, termasuk ancaman alih fungsi lahan padi menjadi perkebunan kelapa sawit yang didorong oleh disparitas pendapatan, dampak perubahan iklim yang menyebabkan kekeringan dan banjir berulang, serta prevalensi hama dan penyakit. Selain itu, keterbatasan infrastruktur irigasi, pasca panen, dan transportasi, serta masalah akses terhadap modal dan ketersediaan pupuk bersubsidi, semakin menghambat optimalisasi produksi dan kesejahteraan petani.
Pemerintah daerah telah menunjukkan komitmen melalui berbagai inisiatif seperti program pompanisasi untuk peningkatan indeks pertanaman dan program “Desa Berinovasi Swasembada Pangan.” Namun, efektivitas implementasi program-program ini perlu ditingkatkan, dan kendala struktural yang mendasari masalah-masalah tersebut harus ditangani secara sistematis. Untuk mewujudkan potensi penuh padi di Labuhanbatu dan mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan, diperlukan pendekatan multi-sektoral yang terintegrasi. Ini mencakup investasi berkelanjutan dalam infrastruktur irigasi dan pasca panen, pengembangan dan adopsi varietas padi yang tahan iklim dan hama, penguatan kelembagaan petani, serta peningkatan akses terhadap permodalan dan input pertanian yang memadai. Dengan strategi yang terencana dan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, petani, akademisi, dan sektor swasta, Labuhanbatu dapat mengukuhkan posisinya sebagai produsen padi yang tangguh, menjamin ketahanan pangan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhan Batu. (2023, Maret 2). Pada 2022, luas panen padi mencapai sekitar 411,46 ribu hektare dengan produksi sebesar 2,09 juta ton GKG. Diakses 18 Juli 2025, dari https://labuhanbatukab.bps.go.id/id/pressrelease/2023/03/02/173/pada-2022–luas-panen-padi-mencapai-sekitar-411-46-ribu-hektare-dengan-produksi-sebesar-2-09-juta-ton-gkg.html
Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Labuhanbatu Utara. (t.t.). Diakses 18 Juli 2025, dari http://balitbang.labura.go.id/
Beritasore.co.id. (t.t.). Harga Gabah Di Sumut Terendah Rp5.600/Kg. Diakses 18 Juli 2025, dari https://www.beritasore.co.id/ekonomi/harga-gabah-di-sumut-terendah-rp5-600-kg/
BSIP Pertanian SUMUT. (t.t.). Bimbingan Teknis Aplikasi Layanan Konsultasi Padi (LKP) di Kabupaten Labuhan Batu Utara. Diakses 18 Juli 2025, dari https://sumut.bsip.pertanian.go.id/berita/bimbingan-teknis-aplikasi-layanan-konsultasi-padi-lkp-di-kabupaten-labuhan-batu-utara
CNBC Indonesia. (2025, Juli 8). Diam-Diam Harga Gabah Petani Naik ke Rp6.760/ Kg, Lampaui HPP. Diakses 18 Juli 2025, dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20250708065739-4-647084/diam-diam-harga-gabah-petani-naik-ke-rp6760–kg-lampaui-hpp
Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan Dan Hortikultura. (t.t.). Home. Diakses 18 Juli 2025, dari http://dinastph.sumutprov.go.id/daftarharga/
Dinas Pertanian Buleleng. (t.t.). MENGENAL HAMA WALANG SANGIT PADA TANAMAN PADI. Diakses 18 Juli 2025, dari https://distan.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/98_mengenal-hama-walang-sangit-pada-tanaman-padi
Dinas Pertanian Kabupaten Labuhanbatu Utara. (t.t.). Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Labuhanbatu Utara Menerima Kunjungan Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma Selaku PJ OPLAH di Kantor Dinas Pertanian Labura Dalam Rangka Meningkatkan Produksi Pangan Nasional. Diakses 18 Juli 2025, dari https://pertanian.labura.go.id/post/lihat/Kepala-Dinas-Pertanian-Kabupaten-Labuhanbatu-Utara-Menerima-Kunjungan-Direktur-Tanaman-Kelapa-Sawit-dan-Aneka-Palma-Selaku-PJ-OPLAH-di-Kantor-Dinas-Pertanian-Labura-Dalam-Rangka-Meningkatkan-Produksi-Pangan-Nasional
Dinas Pertanian Kabupaten Labuhanbatu Utara. (t.t.). SERAH TERIMA BANTUAN BENIH PADI. Diakses 18 Juli 2025, dari https://pertanian.labura.go.id/post/lihat/SERAH-TERUMA-BANTUAN-BENIH-PADI
Ejournal Universitas Majalengka. (t.t.). PANEN DAN PASCAPANEN PADI (Oryzasativa L.) DI BPP KECAMATAN TUKDANA. Diakses 18 Juli 2025, dari https://ejournal.unma.ac.id/index.php/jsa/article/download/9349/5072/44247
GoSumut.com. (2022, November 22). Pemkab Labuhanbatu Rencanakan Pembangunan Implementasi Desa Berinovasi Swasembada Pangan. Diakses 18 Juli 2025, dari https://m.gosumut.com/berita/baca/2022/11/22/pemkab-labuhanbatu-rencanakan-pembangunan-implementasi-desa-berinovasi-swasembada-pangan
Golden Grain Mill. (t.t.). Mesin Penggilingan Padi 600 Ton Per Hari. Diakses 18 Juli 2025, dari https://id.goldengrainmill.com/product/600-tons-per-day-rice-mill-machine
IOPRI. (t.t.). Karakteristik Gambut Topogen Dan Ombrogen Di Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara Untuk Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Diakses 18 Juli 2025, dari https://iopri.co.id/journal/download/201
Jurnal Ilmiah Manajemen Agribisnis. (t.t.). Pengaruh Kredit Pertanian Terhadap Kesejahteraan Petani di Indonesia. Diakses 18 Juli 2025, dari https://jima-emagri.upnjatim.ac.id/index.php/jima-emagri/article/download/15/11
Jurnal Penerbit Widina. (t.t.). Strategi Peningkatan Produktivitas Padi di Desa Padacenga: Langkah Menuju Kesejahteraan Masyarakat. Diakses 18 Juli 2025, dari https://jurnal.penerbitwidina.com/index.php/JPMWidina/article/download/846/916
Jurnal Universitas Suryakancana. (t.t.). KAJIAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KELURAHAN KLARU, DISTRIK MARIAT-KABUPATEN SORONG-PBD. Diakses 18 Juli 2025, dari https://jurnal.unsur.ac.id/agroscience/article/download/4240/2981
Kementerian Pertanian. (t.t.). PACKING HOUSE (Bangsal Pascapanen). Diakses 18 Juli 2025, dari https://ppid.pertanian.go.id/doc/1/packing%20house_bangsal%20pascapanen.pdf
Kementerian Pertanian. (t.t.). PASCAPANEN PADI. Diakses 18 Juli 2025, dari https://repository.pertanian.go.id/bitstreams/f3609459-c338-4f90-ac6b-9d7e7430eae7/download
Kementerian Pekerjaan Umum. (t.t.). LAPORAN PELAKSANAAN AKTUALISASI. Diakses 18 Juli 2025, dari https://simantu.pu.go.id/personal/img-post/adminbalai5/post/20201111082336__F__ERIC_SANDY_MARBUN.pdf
Kuripankidul.desa.id. (t.t.). Infrastruktur Pertanian: Kunci Meningkatkan Ketahanan Pangan di Kuripan Kidul. Diakses 18 Juli 2025, dari https://kuripankidul.desa.id/infrastruktur-pertanian-kunci-meningkatkan-ketahanan-pangan-di-kuripan-kidul/
Media Indonesia. (t.t.). Pompanisasi di Labuhanbatu Utara Tingkatkan Produktivitas Tanam. Diakses 18 Juli 2025, dari https://mediaindonesia.com/nusantara/662909/pompanisasi-di-labuhanbatu-utara-tingkatkan-produktivitas-tanam
Menpan.go.id. (t.t.). Pemerintah Tetapkan Harga Pembelian Gabah Rp6.500 per Kg, Targetkan Swasembada Pangan 2025. Diakses 18 Juli 2025, dari https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/berita-daerah/pemerintah-tetapkan-harga-pembelian-gabah-rp6-500-per-kg-targetkan-swasembada-pangan-2025
Mistar.id. (t.t.). HET Beras Medium Berpotensi Naik, Harga Gabah Tembus Rp 7.000/kg. Diakses 18 Juli 2025, dari https://mistar.id/news/ekonomi/het-beras-medium-berpotensi-naik-harga-gabah-tembus-rp-7000kg
Mongabay. (2024, Agustus 15). Alih Fungsi Lahan Picu Penurunan Produksi Padi di Riau. Diakses 18 Juli 2025, dari https://mongabay.co.id/2024/08/15/alih-fungi-lahan-picu-penurunan-produksi-padi-di-riau/
North Sumatra Invest. (t.t.). Kabupaten – LABUHANBATU SELATAN DALAM ANGKA. Diakses 18 Juli 2025, dari https://northsumatrainvest.id/data/pdf/publication/2018-BPS-Kabupaten%20Labuhanbatu%20Selatan%20Dalam%20Angka-compressed.pdf
North Sumatra Invest. (t.t.). w. kabupaten labuhanbatu selatan. Diakses 18 Juli 2025, dari https://northsumatrainvest.id/data/pdf/publication/BAB%203%20W%20LABUSEL%20pg693-720%20fin.pdf
NU Online. (t.t.). Harga Gabah saat Panen Raya Justru Turun, Guru Besar UGM Ungkap 3 Faktor Penyebabnya. Diakses 18 Juli 2025, dari https://www.nu.or.id/nasional/harga-gabah-saat-panen-raya-justru-turun-guru-besar-ugm-ungkap-3-faktor-penyebabnya-bAzf4
Nufarm Indonesia. (t.t.). 5 HAMA UTAMA YANG SERING MENYERANG TANAMAN PADI. Diakses 18 Juli 2025, dari https://nufarm.com/id/hama-utama-padi/
Plantix. (t.t.). Hama Ganjur Padi Asia | Hama & Penyakit. Diakses 18 Juli 2025, dari https://plantix.net/id/library/plant-diseases/600107/asian-rice-gall-midge/
PPID Labuhanbatukab.go.id. (t.t.). 4.1 Dinas Pertanian Tabel 4.1.1 Jumlah Kelompok Tani di Labuhanbatu Tahun 2018-2020. Diakses 18 Juli 2025, dari http://ppid.labuhanbatukab.go.id/front/dokumen/download/300168989
Publikasi Polbangtan Manokwari. (t.t.). Tingkat Adopsi Varietas Unggul Baru di Sentra Produksi Padi Sawah Irigasi Bengkulu Selatan. Diakses 18 Juli 2025, dari https://jurnal.polbangtanmanokwari.ac.id/index.php/prosiding/article/download/679/353/
Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan. (t.t.). pertanian. Diakses 18 Juli 2025, dari https://www.labuhanbatuselatankab.go.id/pertanian
Repositori Pertanian. (t.t.). KESEDIAAN MEMBAYAR DARI PETANI SKALA KECIL TERHADAP PUPUK BERSUBSIDI: STUDI KASUS DI KABUPATEN JEMBER, JAWA TIMUR Willingness to. Diakses 18 Juli 2025, dari https://epublikasi.pertanian.go.id/berkala/jae/article/download/3439/3461/4616
Repository Conference Universitas Sriwijaya. (t.t.). Pemanfaatan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk Peningkatan Pendapatan Petani Padi Sawah. Diakses 18 Juli 2025, dari https://conference.unsri.ac.id/index.php/lahansuboptimal/article/download/3099/1831
Repository UINSUMedan. (t.t.). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Labuhanbatu adalah sebuah Kabupaten di Sumatera Utara yang identik dengan wilayah pe. Diakses 18 Juli 2025, dari http://repository.uinsu.ac.id/17859/2/BAB%20I.pdf
Repository UMA. (t.t.). ANALISIS PRODUKTIVITAS PADI SAWAH IRIGASI DAN PADI TADAH HUJAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI SKRIPSI OLEH ANDRE PURNAWAN 178220015. Diakses 18 Juli 2025, dari https://repositori.uma.ac.id/jspui/bitstream/123456789/25001/2/178220015%20-%20Andre%20Purnawan%20-%20Fulltext.pdf
Repository UMA. (t.t.). analisis biaya produksi dan pendapatan usahatani padi sa wah di kabupaten labuhanbatu. Diakses 18 Juli 2025, dari https://repositori.uma.ac.id/jspui/bitstream/123456789/19514/2/151802003%20-%20Ahmad%20Noor%20Harianto%20Harahap%20-%20Fulltext.pdf
Repository UMA. (t.t.). analisis usahatani beberapa varietas unggul padi sawah di kabupaten labuhanbatu tesis. Diakses 18 Juli 2025, dari https://repositori.uma.ac.id/bitstream/123456789/8775/1/Yusri%20Indra%20Nst.pdf
Repository UMA. (t.t.). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok t. Diakses 18 Juli 2025, dari https://repositori.uma.ac.id/jspui/bitstream/123456789/410/4/141802003_file%204.pdf
Repository UMA. (t.t.). Peranan Kinerja Penyuluh Pertanian Terhadap Peningkatan Produktivitas Padi Sawah DI Kabupaten Labuhan Batu Utara. Diakses 18 Juli 2025, dari https://repositori.uma.ac.id/jspui/handle/123456789/410?mode=full
Repository UMA. (2024, Januari 23). Pengembangan Infrastruktur Pertanian untuk Mendukung Peningkatan Produksi dan Distribusi. Diakses 18 Juli 2025, dari https://pertanian.uma.ac.id/2024/01/23/pengembangan-infrastruktur-pertanian-untuk-mendukung-peningkatan-produksi-dan-distribusi/
Repository UMNaw. (t.t.). ANALISIS USAHA TANI PADI SAWAH VARIETAS IR 64 TERHADAP PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus: Desa Teluk Sentosa, Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhan Batu). Diakses 18 Juli 2025, dari https://repository.umnaw.ac.id/jspui/handle/123456789/3245
RRI. (2024, Maret). Harga Gabah Petani di Sumut Turun pada Maret 2024. Diakses 18 Juli 2025, dari https://rri.co.id/sumatera-utara/bisnis/618192/harga-gabah-petani-di-sumut-turun-pada-maret-2024
Scholar Unand. (t.t.). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi jaringan irigasi di Indonesia lebih kurang dari 50 persen mengalami kerusakan, mula. Diakses 18 Juli 2025, dari http://scholar.unand.ac.id/204049/8/Bab%201%20REP.pdf
Semantic Scholar. (t.t.). AGRISAINS: Jurnal Ilmiah Magister Agribisnis. Diakses 18 Juli 2025, dari https://pdfs.semanticscholar.org/1152/004fee9149711d76684e522aaa9b00e3421b.pdf
Sumut.Antaranews.com. (t.t.). 20 hektar padi tadah hujan di Labuhanbatu terserang hama. Diakses 18 Juli 2025, dari https://sumut.antaranews.com/berita/184528/20-hektar-padi-tadah-hujan-di-labuhanbatu-terserang-hama/?fullsite=true&m=false
Sumut.Antaranews.com. (t.t.). BPS: Harga gabah kering Sumut naik di tingkat petani dan penggilingan. Diakses 18 Juli 2025, dari https://www.antaranews.com/berita/3572616/bps-harga-gabah-kering-sumut-naik-di-tingkat-petani-dan-penggilingan
Sumut.Antaranews.com. (t.t.). Dinas Pertanian Labuhanbatu Dorong Tanam Dua Kali. Diakses 18 Juli 2025, dari https://sumut.antaranews.com/berita/141589/dinas-pertanian-labuhanbatu-dorong-tanam-dua-kali
Sumut.Antaranews.com. (t.t.). Harga beras Rp17 ribu/kg di Aekkuo Labura. Diakses 18 Juli 2025, dari https://sumut.antaranews.com/berita/547404/harga-beras-rp17-ribu-kg-di-aekkuo-labura
Sumut.Antaranews.com. (t.t.). Kondisi infrastruktur depan kantor pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu masih buruk. Diakses 18 Juli 2025, dari https://sumut.antaranews.com/berita/239866/kondisi-infrastruktur-depan-kantor-pemerintahan-kabupaten-labuhanbatu-masih-buruk
Sumut.Antaranews.com. (t.t.). Labuhanbatu Fokus Irigasi Pertanian Melalui Embung Desa. Diakses 18 Juli 2025, dari https://sumut.antaranews.com/berita/164838/labuhanbatu-fokus-irigasi-pertanian-melalui-embung-desa
https://www.google.com/search?q=Sumutpos.jawapos.com. (t.t.). Pemkab Labuhanbatu Canangkan Desa Berinovasi Berbasis Iptek dan Kearifan Lokal. Diakses 18 Juli 2025, dari https://sumutpos.jawapos.com/sumatera-utara/2374350441/pemkab-labuhanbatu-canangkan-desa-berinovasi-berbasis-iptek-dan-kearifan-lokal
https://www.google.com/search?q=Sumutpos.jawapos.com. (t.t.). PT Agincourt Resources: Volume Produksi Padi Meningkat 30-40. Diakses 18 Juli 2025, dari https://sumutpos.jawapos.com/martabe/2374318780/pt-agincourt-resources-volume-produksi-padi-meningkat-3040
Sumutprov.go.id. (t.t.). Pendahuluan. Diakses 18 Juli 2025, dari https://sumutprov.go.id/images/tentangpemprovsu/RTRW/RTRW_2013-2033_Bab-1_Pendahuluan.pdf
Tabel Statistik. (t.t.). Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah Menurut Kecamatan. Diakses 18 Juli 2025, dari https://labuhanbatuutarakab.bps.go.id/id/statistics-table/2/MTA2IzI=/luas-lahan–produksi–dan-produktivitas-padi-sawah-menurut-kecamatan.html
Tay Juhana Foundation. (t.t.). Banjir Pada Lahan Pertanian, Mengancam Ketahanan Pangan. Diakses 18 Juli 2025, dari https://tayjuhanafoundation.org/id/featured-article/banjir-pada-lahan-pertanian-mengancam-ketahanan-pangan/
Universitas Jambi. (t.t.). ANALISIS KOMPARASI PRODUKSI, PENERIMAAN DAN KELAYAKAN USAHA BEBERAPA VARIETAS BENIH PADI UNGGUL DI BALAI BENIH INDUK SUKA JAYA PROVINSI JAMBI | Sophia | JAS (Jurnal Agri Sains). Diakses 18 Juli 2025, dari https://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/JAS/article/view/513
Universitas Labuhanbatu. (t.t.). Kajian Status Hara Tanah Sawah Tadah Hujan di Desa Sei Rakyat Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhanbatu. Diakses 18 Juli 2025, dari https://jurnal.ulb.ac.id/index.php/JMATEK/article/download/4994/3592
Universitas Medan Area. (t.t.). STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DI KABUPATEN LABUHAN BATU. Diakses 18 Juli 2025, dari https://jurnal.umsu.ac.id/index.php/JASc/article/download/4608/5069
Universitas Nias. (t.t.). Prospek Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Padi Sawah di Kabupaten Labuhan Batu | Zulfansyah | All Fields of Science Journal Liaison Academia and Sosiety. Diakses 18 Juli 2025, dari https://www.j-las.lemkomindo.org/index.php/AFoSJ-LAS/article/view/545
Universitas Tanjungpura. (t.t.). STUDI JENIS HAMAPENTING TANAMAN PADI LOKAL LAHAN KERINGDESATANJUNG SARI SINTANG STUDYOF IMPORTANT PESTTYPES OF LOCAL RICE CROPS. Diakses 18 Juli 2025, dari https://jurnal.unka.ac.id/index.php/piper/article/download/780/778/3001
UPLAND Project. (t.t.). Pompanisasi di Labuhanbatu Utara demi IP 2 dan Produktivitas. Diakses 18 Juli 2025, dari https://upland.psp.pertanian.go.id/berita/1737009487/pompanisasi-di-labuhanbatu-utara-demi-ip-2-dan-produktivitas
UtamaNews. (t.t.). Petani Kualuh Hilir Butuh Bantuan untuk Penunjang Hasil Panen. Diakses 18 Juli 2025, dari https://utamanews.com/ekonomi/Petani-Kualuh-Hilir-Butuh-Bantuan-untuk-Penunjang-Hasil-Panen
Wahana News Sumut. (t.t.). Kekeringan Ancam Panen Padi di Labura, Petani Terancam Rugi. Diakses 18 Juli 2025, dari https://sumut.wahananews.co/utama/kekeringan-ancam-panen-padi-di-labura-petani-terancam-rugi-CRO2Dpdd59