Perang Dunia I merupakan palagan yang tidak hanya ditentukan oleh adu kekuatan artileri di parit-parit Front Barat, tetapi juga oleh perang rahasia di balik meja-meja kriptografi dan manuver diplomatik yang berisiko tinggi. Di pusat badai sejarah ini terdapat satu dokumen tunggal yang secara radikal mengubah arah jalannya sejarah dunia: Telegram Zimmermann. Dokumen ini, yang dikirim oleh Menteri Luar Negeri Jerman Arthur Zimmermann pada Januari 1917, merupakan sebuah proposal aliansi militer kepada Meksiko yang bertujuan untuk menciptakan front pertempuran di perbatasan selatan Amerika Serikat. Meskipun dirancang sebagai langkah defensif untuk memastikan netralitas Amerika Serikat, telegram ini justru menjadi bumerang diplomatik yang paling menghancurkan dalam sejarah modern, menjadi katalisator utama yang memaksa Presiden Woodrow Wilson untuk meninggalkan kebijakan isolasionisme dan membawa Amerika Serikat ke dalam kancah pertempuran global.
Konteks Global dan Kebuntuan Strategis Tahun 1917
Memasuki tahun 1917, tatanan dunia berada dalam kondisi kelelahan yang ekstrem. Perang yang telah berkecamuk sejak 1914 tidak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir di medan tempur Eropa. Front Barat tertahan dalam kebuntuan parit yang statis, sementara Front Timur mulai menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan internal di Kekaisaran Rusia. Jerman, yang terjepit di antara dua front dan mulai merasakan dampak mencekik dari blokade angkatan laut Britania Raya, dipaksa untuk mencari cara baru guna memenangkan perang dengan cepat atau menghadapi kehancuran ekonomi total.
Di Berlin, perdebatan sengit terjadi antara faksi sipil yang dipimpin oleh Kanselir Theobald von Bethmann-Hollweg dan faksi militer yang dikendalikan oleh Jenderal Paul von Hindenburg dan Erich Ludendorff. Pihak militer berargumen bahwa satu-satunya cara untuk mematahkan blokade Britania adalah melalui dimulainya kembali perang kapal selam tanpa batas (unrestricted submarine warfare). Kebijakan ini berarti U-boat Jerman akan menenggelamkan semua kapal, termasuk kapal dagang dari negara netral seperti Amerika Serikat, yang mencoba memasok kebutuhan bagi blok Entente.
Para pemimpin Jerman sepenuhnya menyadari bahwa langkah ini akan memicu kemarahan Amerika Serikat dan kemungkinan besar akan menarik negara tersebut ke dalam perang. Namun, mereka melakukan kalkulasi risiko yang fatal: mereka percaya bahwa Britania dapat dipaksa menyerah dalam hitungan bulan melalui kelaparan sebelum Amerika Serikat mampu memobilisasi tentara dalam jumlah besar dan mengirimkannya melintasi Atlantik. Untuk mengamankan kemenangan ini, Jerman membutuhkan sebuah “gangguan” di belahan bumi barat yang akan menahan perhatian dan sumber daya Amerika Serikat tetap berada di dalam negerinya sendiri.
Tabel 1: Perbandingan Kekuatan dan Posisi Strategis Awal 1917
| Parameter | Blok Sentral (Jerman & Sekutu) | Blok Entente (Britania, Prancis, dkk) | Amerika Serikat (Status Netral) |
| Strategi Laut | Perang Kapal Selam Tanpa Batas (U-Boat). | Blokade Maritim Total terhadap Jerman. | Menjaga “Kebebasan di Lautan”. |
| Kondisi Ekonomi | Krisis pangan dan bahan baku akibat blokade. | Bergantung pada kredit dan pasokan dari AS. | Mengalami ledakan industri akibat pesanan perang. |
| Tujuan Diplomatik | Mencari aliansi pengalih (Meksiko/Jepang). | Menarik AS ke dalam perang secara aktif. | Menjadi mediator perdamaian tanpa kemenangan. |
Genesis Telegram Zimmermann: Ambisi dan Kekeliruan
Arthur Zimmermann, yang menggantikan Gottlieb von Jagow sebagai Menteri Luar Negeri Jerman pada November 1916, dipandang sebagai sosok yang lebih akomodatif terhadap keinginan komando militer dibandingkan pendahulunya yang lebih berhati-hati. Zimmermann bukanlah seorang aristokrat tradisional, melainkan anggota kelas menengah yang naik melalui birokrasi, yang membuatnya terlihat lebih modern dan dapat dipercaya di mata para diplomat Amerika pada awalnya. Namun, di balik penampilannya, Zimmermann merancang sebuah rencana yang sangat ambisius namun kurang memiliki pemahaman mendalam tentang realitas politik di Amerika Utara.
Draft proposal aliansi tersebut disusun oleh Hans Arthur von Kemnitz, seorang pejabat kantor luar negeri Jerman, pada pertengahan Januari 1917. Logika di balik telegram ini adalah pemanfaatan ketegangan historis antara Amerika Serikat dan Meksiko. Hubungan kedua negara tersebut berada pada titik terendah setelah keterlibatan Amerika Serikat dalam Revolusi Meksiko dan pendudukan pelabuhan Veracruz pada tahun 1914, serta ekspedisi pengejaran Pancho Villa pada tahun 1916.
Detail Tawaran kepada Meksiko
Zimmermann memberikan instruksi kepada Duta Besar Jerman di Meksiko, Heinrich von Eckardt, untuk menawarkan aliansi militer kepada Presiden Venustiano Carranza jika perang pecah antara Jerman dan Amerika Serikat. Tawaran tersebut mencakup:
- Dukungan Finansial yang Dermawan: Jerman berjanji akan mendanai upaya perang Meksiko sepenuhnya.
- Pemulihan Wilayah yang Hilang: Jerman secara eksplisit mendukung Meksiko untuk merebut kembali wilayah Texas, New Mexico, dan Arizona—wilayah yang telah dilepaskan Meksiko setelah kekalahan dalam Perang Meksiko-Amerika (1846-1848).
- Aliansi dengan Jepang: Meksiko diminta untuk bertindak sebagai mediator guna menarik Jepang (yang secara nominal adalah sekutu Britania) ke dalam aliansi baru melawan Amerika Serikat.
Zimmermann berharap bahwa ancaman invasi dari selatan akan memaksa Amerika Serikat untuk tetap mempertahankan pasukannya di perbatasan, sehingga menghentikan aliran amunisi dan bantuan ke Eropa. Ironisnya, instruksi ini dikirim melalui jalur komunikasi yang justru dikendalikan atau dipantau oleh musuh-musuh Jerman.
Mekanisme Transmisi dan “Swedish Roundabout”
Salah satu aspek teknis yang paling menarik dari insiden ini adalah bagaimana Jerman mengirimkan pesan rahasia tersebut. Setelah Britania memutus kabel bawah laut langsung Jerman di awal perang, Berlin terpaksa menggunakan frekuensi radio nirkabel atau meminjam jalur telegraf diplomatik dari negara-negara netral.
Presiden Woodrow Wilson, dalam upaya tulusnya untuk menjadi mediator perdamaian, telah memberikan izin khusus kepada Jerman untuk menggunakan kabel diplomatik Amerika Serikat guna mengirimkan pesan yang berkaitan dengan “upaya perdamaian”. Wilson percaya bahwa dengan memfasilitasi komunikasi ini, dia dapat membantu mengakhiri pertumpahan darah di Eropa. Jerman, bagaimanapun, menyalahgunakan kepercayaan ini.
Zimmermann menggunakan rute yang kemudian dikenal sebagai “Swedish Roundabout”. Pesan tersebut pertama-tama dikirim dari Berlin ke Stockholm, kemudian diteruskan ke kedutaan Swedia di Buenos Aires, dan akhirnya dikirim ke Washington melalui kabel Amerika Serikat. Di Washington, Duta Besar Johann von Bernstorff menerima pesan tersebut, men-dekripsinya menggunakan kode diplomatik 0075, lalu men-enkripsinya kembali menggunakan sistem 13040 yang lebih tua untuk diteruskan ke kedutaan Jerman di Mexico City melalui layanan telegraf Western Union.
Tabel 2: Detail Teknis Enkripsi dan Jalur Pesan
| Tahapan Transmisi | Lokasi | Metode / Kode yang Digunakan |
| Originasi | Berlin (16 Januari 1917) | Kode 0075 (Tingkat Keamanan Tinggi). |
| Intersepsi I | London (Room 40) | Kabel Diplomatik AS yang melintasi Britania. |
| Relay Diplomatik | Washington D.C. | Pesan didekode oleh Bernstorff. |
| Transmisi Akhir | Washington ke Mexico City | Re-enkripsi ke Kode 13040 (Kode Lama/Lemah). |
| Pengiriman Publik | Western Union | Melalui jalur telegraf komersial terbuka. |
Room 40: Perang di Balik Layar Intelijen Britania
Di sebuah ruangan rahasia di gedung Admiralty Britania, yang dikenal sebagai Room 40, tim kriptografer yang luar biasa sedang bekerja siang dan malam untuk memecahkan kode-kode Jerman. Dipimpin oleh Alfred Ewing dan kemudian dikendalikan oleh Kapten William Reginald “Blinker” Hall, unit ini merupakan cikal bakal dari badan intelijen sinyal modern.
Kesuksesan Room 40 tidak hanya bergantung pada kecerdasan matematika para personelnya, seperti William Montgomery dan Nigel de Grey, tetapi juga pada keberuntungan perang. Pada tahun 1914, kapal penjelajah Jerman SMS Magdeburg kandas di Laut Baltik. Anggota angkatan laut Rusia berhasil mengamankan tiga salinan buku kode angkatan laut Jerman (SKM) dan menyerahkannya kepada Britania. Buku kode ini memberikan landasan bagi Room 40 untuk mulai memahami pola komunikasi Jerman.
Ketika Telegram Zimmermann melintasi kabel bawah laut yang melewati Britania pada 16 Januari 1917, para ahli di Room 40 segera mencegatnya. Namun, mereka menghadapi masalah besar: pesan tersebut dikodekan dengan sistem 0075 yang sangat kompleks. Montgomery dan de Grey berhasil memecahkan cukup banyak bagian dari pesan tersebut untuk menyadari bahwa isinya sangat berbahaya bagi Amerika Serikat.
Dilema Laksamana Hall
Laksamana Hall menghadapi krisis strategi. Jika dia memberikan telegram itu kepada Amerika Serikat begitu saja, Jerman akan segera menyadari bahwa kode mereka telah pecah dan akan menggantinya. Selain itu, pemerintah Amerika Serikat akan marah besar jika mengetahui bahwa Britania sedang “menguping” kabel diplomatik mereka sendiri. Hall harus menunggu momen yang tepat dan menciptakan sebuah cerita penyamaran (cover story) yang meyakinkan.
Solusinya datang ketika Jerman mengumumkan perang kapal selam tanpa batas pada 31 Januari 1917. Hall menyadari bahwa Amerika Serikat kini berada di ambang perang. Untuk menutupi sumber intersepsi, Britania menggunakan agen-agen mereka di Meksiko untuk mencuri salinan telegram yang telah dikirim melalui Western Union dari Washington ke Mexico City. Karena telegram versi Meksiko ini menggunakan kode 13040 yang lebih tua dan sudah dikuasai Britania, Hall dapat mengklaim kepada Amerika bahwa informasi itu bocor di Meksiko, bukan dicegat di London.
Analisis Penolakan Meksiko: Mengapa Proposal Itu Gagal?
Meskipun tawaran Jerman tampak menggiurkan di atas kertas, Presiden Venustiano Carranza adalah seorang realis politik yang cerdik. Dia segera memerintahkan para jenderalnya untuk melakukan analisis mendalam mengenai kemungkinan perang melawan Amerika Serikat. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa proposal Jerman adalah sebuah “chimera” atau khayalan yang tidak mungkin diwujudkan.
Kendala Militer dan Ekonomi
Meksiko pada tahun 1917 masih merupakan negara yang sangat rapuh. Perang saudara yang berkepanjangan telah menghancurkan ekonomi dan memecah loyalitas militer antara Carranza, Pancho Villa, dan Emiliano Zapata. Para penasihat Carranza memberikan beberapa alasan krusial untuk menolak aliansi:
- Ketimpangan Kekuatan yang Luar Biasa: Meskipun Amerika Serikat belum memiliki tentara besar di Eropa, kekuatan industri dan cadangan manusianya jauh melampaui Meksiko. Perang dengan Amerika Serikat hanya akan mengundang invasi balik yang mungkin akan melenyapkan sisa kedaulatan Meksiko.
- Masalah Logistik: Jerman berjanji memberikan dukungan finansial dan senjata, tetapi Britania mengendalikan lautan. Tidak ada cara praktis bagi Jerman untuk mengirimkan berton-ton emas atau ribuan senapan ke pelabuhan Meksiko melalui blokade Sekutu.
- Risiko Demografis: Memasukkan kembali wilayah Texas, New Mexico, dan Arizona akan membawa jutaan warga kulit putih (“Anglos”) yang bersenjata dan pro-Amerika ke dalam administrasi Meksiko, yang berisiko menciptakan pemberontakan internal yang konstan.
Akhirnya, Carranza memutuskan bahwa kepentingan terbaik Meksiko adalah tetap netral dan menggunakan tawaran Jerman tersebut sebagai alat tawar-menawar untuk mendapatkan pengakuan diplomatik resmi dari Washington, yang akhirnya diberikan pada 31 Agustus 1917.
Reaksi Jepang: Penyangkalan dan Solidaritas Sekutu
Proposal Zimmermann juga mencakup upaya untuk menarik Kekaisaran Jepang agar mengkhianati sekutu-sekutunya di Entente. Ini merupakan salah satu kesalahan diplomatik paling naif dari pihak Jerman. Jepang telah berada di pihak Britania sejak 1914 dan telah merebut koloni-koloni Jerman di Pasifik.
Ketika berita tentang telegram tersebut pecah, Perdana Menteri Jepang Count Terauchi mengeluarkan pernyataan yang sangat tegas. Dia terkejut bukan oleh upaya Jerman untuk mengadu domba, melainkan oleh kegagalan total Jerman untuk memahami cita-cita dan kehormatan bangsa lain. Terauchi menyatakan bahwa gagasan Jepang akan bergabung dalam konspirasi melawan Amerika Serikat adalah sesuatu yang “menjijikkan bagi rasa hormat kami”.
Reaksi Jepang ini justru membantu meredakan ketegangan antara Washington dan Tokyo yang sebelumnya sempat memanas akibat masalah imigrasi dan hak kepemilikan tanah di California. Insiden telegram ini justru mendorong kedua negara untuk menandatangani Perjanjian Lansing-Ishii pada tahun 1917, yang bertujuan untuk menjaga stabilitas di wilayah Pasifik selama sisa perang.
Ledakan Opini Publik di Amerika Serikat
Pada 24 Februari 1917, Duta Besar Britania Walter Page secara resmi menyerahkan teks telegram tersebut kepada Sekretaris Negara Robert Lansing, yang kemudian langsung menyampaikannya kepada Presiden Wilson. Reaksi Wilson adalah perpaduan antara kemarahan pribadi dan kejutan mendalam. Dia merasa dikhianati karena dia telah mengizinkan Jerman menggunakan kabel diplomatik Amerika dengan itikad baik.
Namun, Wilson tahu bahwa dia membutuhkan dukungan publik untuk berperang. Dia memutuskan untuk merilis teks telegram tersebut kepada pers pada 1 Maret 1917. Hasilnya adalah ledakan kemarahan nasional yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Pergeseran Regional dalam Sentimen War
Sebelum telegram ini, dukungan untuk perang sangat terkonsentrasi di wilayah pesisir timur yang pro-Britania. Wilayah pedalaman Amerika, Midwest, dan Barat Daya adalah benteng isolasionisme yang kuat. Telegram Zimmermann secara ajaib menghapus perbedaan regional ini:
- Texas dan Barat Daya: Warga di wilayah ini, yang sebelumnya tidak peduli dengan perang di Eropa, kini merasa terancam secara fisik oleh prospek invasi Meksiko yang didukung Jerman.
- Media Massa: Surat kabar seperti Dallas Morning News dan The New York Times menjalankan berita utama yang mengecam Jerman sebagai pengkhianat peradaban.
- Masyarakat Jerman-Amerika: Komunitas ini, yang sebelumnya bersimpati pada tanah air mereka, kini dipaksa untuk memilih antara kesetiaan pada Amerika atau dituduh sebagai pengkhianat. Sebagian besar memilih untuk menjauhkan diri dari kebijakan Berlin.
Tabel 3: Perubahan Sentimen Publik Berdasarkan Geografi (1916 vs. 1917)
| Wilayah | Dominasi Pendapat 1916 | Reaksi Terhadap Telegram (1917) | Faktor Pendorong Utama |
| New England / Pantai Timur | Pro-Entente, menuntut kesiapan militer. | Tuntutan deklarasi perang segera. | Penenggelaman kapal dan kedekatan budaya dengan Britania. |
| Midwest / Dataran Tinggi | Isolasionisme teguh, anti-perang. | Keraguan hilang, mendukung pertahanan nasional. | Persepsi pengkhianatan Jerman terhadap netralitas AS. |
| Barat Daya (Texas, AZ, NM) | Fokus pada urusan perbatasan dengan Meksiko. | Kemarahan ekstrem, mendukung perang melawan Jerman. | Ancaman langsung terhadap integritas wilayah negara bagian. |
Kesalahan Terakhir: Pengakuan Zimmermann
Bahkan setelah publikasi telegram, masih ada kelompok isolasionis yang kuat di Kongres yang dipimpin oleh Robert La Follette. Mereka mencurigai bahwa telegram tersebut adalah pemalsuan cerdik oleh Britania untuk menyeret Amerika ke dalam perang. Jika Zimmermann tetap diam atau menyangkal keaslian pesan tersebut, perdebatan di Amerika mungkin akan berlanjut selama berbulan-bulan, memberikan waktu bagi Jerman untuk memenangkan perang kapal selamnya.
Namun, dalam salah satu tindakan diplomasi yang paling tidak dapat dijelaskan, Arthur Zimmermann justru mengakui keaslian telegram tersebut secara terbuka pada 3 Maret 1917. Dalam sebuah wawancara dengan koresponden surat kabar, dia membenarkan bahwa dia mengirim pesan itu tetapi berdalih bahwa itu adalah langkah yang “benar dan sah” karena hanya akan berlaku jika Amerika Serikat yang memulai perang terlebih dahulu.
Pidato Zimmermann di Reichstag pada 29 Maret 1917 semakin memperburuk keadaan. Dia mencoba membingkai tindakannya sebagai loyalitas kepada Jerman, tetapi di mata publik Amerika, ini adalah bukti bahwa Jerman sedang merencanakan penghancuran Amerika Serikat dari dalam. Pengakuan ini menghancurkan argumen terakhir para pasifis dan memberikan mandat moral bagi Wilson untuk meminta deklarasi perang.
Transformasi Woodrow Wilson: Dari Netralitas ke “Perang Suci”
Woodrow Wilson telah memenangkan pemilu 1916 dengan slogan “He kept us out of war”. Dia sangat percaya bahwa Amerika Serikat harus tetap menjadi kekuatan moral yang netral untuk memediasi perdamaian. Namun, Telegram Zimmermann mengubah cara pandang Wilson terhadap Kekaisaran Jerman secara fundamental.
Dia tidak lagi melihat Jerman sebagai pihak dalam konflik politik biasa, melainkan sebagai rezim autokratis yang tidak jujur dan mengancam demokrasi dunia. Wilson mulai menggeser retorikanya dari “perdamaian tanpa kemenangan” menjadi perang untuk “menjadikan dunia aman bagi demokrasi”.
Pada 2 April 1917, Wilson berdiri di depan sesi gabungan Kongres. Dia secara khusus mengutip Telegram Zimmermann sebagai bukti bahwa Jerman tidak memiliki niat damai dan secara aktif menggerakkan musuh-musuh Amerika di depan pintu rumah mereka sendiri. Wilson menyatakan bahwa netralitas tidak lagi mungkin atau diinginkan ketika keamanan dunia dan kebebasan orang-orang yang taat hukum terancam.
Tabel 4: Jalur Menuju Deklarasi War April 1917
| Tanggal | Peristiwa | Dampak Terhadap Keputusan Wilson |
| 3 Februari 1917 | AS memutus hubungan diplomatik dengan Jerman. | Tanggapan terhadap perang kapal selam tanpa batas. |
| 24 Februari 1917 | Wilson menerima teks Telegram Zimmermann dari Britania. | Penghancuran kepercayaan pribadi Wilson pada Jerman. |
| 1 Maret 1917 | Telegram dipublikasikan di pers nasional. | Penyatuan opini publik untuk mendukung militerisme. |
| 18 Maret 1917 | Tiga kapal dagang AS ditenggelamkan dengan banyak korban. | Bukti bahwa Jerman sudah memulai agresi fisik. |
| 2 April 1917 | Pidato Perang Wilson di Kongres. | Peresmian alasan moral dan strategis untuk berperang. |
| 6 April 1917 | AS secara resmi menyatakan perang. | Masuknya AS sebagai kekuatan penentu dalam WWI. |
Dampak Jangka Panjang terhadap Intelijen dan Geopolitik
Telegram Zimmermann bukan hanya sebuah catatan kaki dalam sejarah perang; ia merupakan peristiwa yang mendefinisikan ulang banyak aspek dari tata dunia modern.
Kelahiran Era SIGINT Modern
Keberhasilan Room 40 dalam mengintersepsi dan menggunakan telegram ini membuktikan bahwa penguasaan atas informasi (“Signals Intelligence”) sering kali lebih penting daripada jumlah divisi tentara. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah bahwa hasil dekripsi sebuah pesan rahasia secara langsung menyebabkan masuknya kekuatan besar ke dalam perang. Pengalaman ini menjadi cetak biru bagi operasi intelijen di masa depan, termasuk keberhasilan memecahkan kode Enigma Jerman dan kode Midway Jepang pada Perang Dunia II.
Pergeseran Fokus Geopolitik Amerika Serikat
Sebelum 1917, Amerika Serikat adalah kekuatan regional yang besar namun terisolasi. Masuknya AS ke dalam Perang Dunia I sebagai akibat dari telegram ini menandai berakhirnya era Doktrin Monroe yang murni defensif dan dimulainya era keterlibatan global Amerika. Amerika Serikat menyadari bahwa ancaman dari Eropa atau Asia tidak bisa lagi diabaikan karena kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi telah membuat samudera tidak lagi menjadi pelindung yang mutlak.
Nasib Arthur Zimmermann dan Diplomasi Jerman
Arthur Zimmermann terpaksa mengundurkan diri pada Agustus 1917 karena kegagalannya yang memalukan dalam urusan Meksiko dan ketidakefektifannya dalam inisiatif diplomatik lainnya. Kegagalannya mencerminkan masalah yang lebih dalam dalam struktur komando Jerman, di mana militer mendikte diplomasi tanpa memahami konsekuensi politik jangka panjang. Jerman kehilangan kesempatan untuk menjaga Amerika Serikat tetap netral, yang pada akhirnya menyebabkan kekalahan total Blok Sentral pada November 1918.
Kesimpulan: Sebuah Pesan yang Mengakhiri Netralitas
Telegram Zimmermann tetap menjadi salah satu contoh paling kuat tentang bagaimana kesalahan komunikasi dan arogansi strategis dapat menghancurkan sebuah imperium. Dalam upayanya untuk menjebak Amerika Serikat di perbatasan selatannya sendiri, Jerman justru memberikan alasan yang sempurna bagi negara tersebut untuk mengirimkan jutaan pasukannya ke jantung Eropa.
Dokumen ini adalah katalisator yang mengubah perang dari sekadar sengketa teritorial antar-kerajaan Eropa menjadi perjuangan global untuk prinsip-prinsip pemerintahan diri dan keamanan internasional. Tanpa Telegram Zimmermann, Woodrow Wilson mungkin tidak akan pernah bisa meyakinkan rakyat Amerika untuk meninggalkan isolasionisme mereka tepat pada waktunya untuk menyelamatkan blok Sekutu yang mulai kelelahan.
Sejarah mencatat bahwa sebuah telegram terenkripsi, yang dikirim melalui kabel diplomatik pinjaman dan didekodekan oleh tim rahasia di London, adalah instrumen yang paling menentukan dalam mengakhiri era netralitas Amerika dan membawa fajar baru bagi keterlibatan global Amerika Serikat dalam urusan dunia. Kegagalan Jerman adalah kemenangan bagi strategi informasi, dan warisan dari telegram ini masih terasa hingga hari ini dalam cara negara-negara besar mengelola rahasia dan memandang keamanan nasional mereka.
