Evolusi dan peran lembaga intelijen di panggung global. Intelijen, yang pada awalnya merupakan praktik ad-hoc yang terintegrasi dengan diplomasi di era kuno, telah bertransformasi menjadi pilar sentral dalam sistem keamanan nasional modern. Pergeseran signifikan ini, terutama yang terjadi pasca-Perang Dunia II, mengubah intelijen dari sekadar pengumpul informasi menjadi instrumen proaktif yang vital bagi keberlanjutan sebuah negara.

Temuan utama dari laporan ini menyoroti pergeseran ancaman dari konflik konvensional antar-negara ke spektrum yang lebih luas dan tidak terduga, seperti terorisme, ekstremisme, dan perang asimetris. Perubahan ini telah mendorong revolusi dalam metode pengumpulan intelijen. Ketergantungan pada agen manusia (HUMINT) tradisional kini dilengkapi dan dalam beberapa kasus digantikan oleh dominasi teknologi, termasuk analisis Big Data, Kecerdasan Buatan (AI), dan intelijen sumber terbuka (Open-Source Intelligence, OSINT).

Meskipun intelijen modern semakin efisien dan canggih, hal ini juga menghadirkan tantangan besar. Dilema abadi antara kebutuhan akan kerahasiaan operasional dan tuntutan akuntabilitas demokratis tetap menjadi isu krusial. Pengawasan hukum yang kuat diperlukan untuk menyeimbangkan kepentingan keamanan dengan perlindungan kebebasan sipil, terutama mengingat masalah etika yang muncul dari teknologi pengawasan mutakhir dan penggunaan AI. Dengan demikian, laporan ini tidak hanya menguraikan bagaimana lembaga-lembaga intelijen beradaptasi, tetapi juga bagaimana masyarakat global harus terus mengevaluasi dan mengawasi peran mereka di era yang semakin kompleks ini.

Pendahuluan

Studi tentang intelijen tidak lagi dapat dipahami hanya sebagai kegiatan rahasia yang terisolasi. Intelijen adalah sebuah disiplin yang dinamis dan integral, yang mencakup proses, misi, dan organisasi. Lebih dari sekadar kumpulan fakta, intelijen berfungsi sebagai lini pertama dalam sistem keamanan nasional. Peran intinya adalah untuk memberikan deteksi dini dan peringatan dini kepada para pembuat kebijakan, dengan tujuan utama mencegah kejutan strategis (strategic surprises) yang dapat mengancam keamanan negara. Sebagai bagian dari sistem keamanan nasional, intelijen menyediakan informasi dan analisis strategis untuk membantu pemerintah dalam membuat keputusan krusial.

Di tengah persaingan geopolitik yang semakin intens, ancaman non-negara yang semakin kompleks, dan revolusi teknologi yang tak terhindarkan, pemahaman terhadap lembaga intelijen menjadi sangat relevan. Laporan ini secara spesifik berfokus pada analisis perbandingan terhadap lembaga-lembaga intelijen utama di dunia. Dengan menelaah sejarah, struktur, dan operasi mereka, laporan ini bertujuan untuk mengeksplorasi tema-tema universal dalam intelijen kontemporer, sambil juga menyoroti perbedaan struktural dan fungsional yang spesifik bagi setiap negara.

Landasan Historis: Evolusi Peran Intelijen

Dari Era Kuno hingga Modern Awal

Sejarah intelijen bukanlah fenomena baru. Akarnya dapat ditelusuri hingga ke masa Yunani Kuno, di mana peran proxenia digunakan untuk mengumpulkan intelijen politik dan militer. Meskipun belum merupakan badan formal, praktik ini menunjukkan bahwa pengumpulan informasi strategis selalu menjadi bagian integral dari diplomasi dan urusan negara. Intelijen, sebagai sebuah konsep, mulai mengemuka dalam bentuk yang lebih terorganisir di Eropa pada masa pra-modern. Menurut Mark M. Lowenthal, intelijen Inggris mulai terbentuk pada masa pemerintahan Ratu Elizabeth I (1558-1603), sementara di Prancis, praktik serupa dimulai di bawah Kardinal Richelieu (1624-1642). Di Rusia, akarnya dapat ditemukan di masa kekuasaan Ivan IV Vasilyevich (1533-1584).

Evolusi ini menunjukkan transisi dari spionase sebagai taktik ad-hoc yang melekat pada individu, menjadi fungsi struktural dan birokratis yang vital bagi keberlanjutan sebuah negara. Lembaga-lembaga intelijen modern yang kita kenal, seperti CIA, MI6, dan Mossad, adalah produk dari kebutuhan negara-bangsa modern yang kompleks. Amerika Serikat, misalnya, baru memiliki intelijen formal pada tahun 1940 dengan pembentukan Coordinator of Information (COI).

Perang Dunia II dan Perang Dingin: Katalisator Lembaga Intelijen Modern

Perang Dunia II menjadi katalisator utama yang membuktikan nilai strategis intelijen. Keberhasilan pendaratan D-Day Tentara Sekutu pada 6 Juni 1944 merupakan hasil dari Operasi Bodyguard, sebuah operasi decepsi militer yang berhasil menyesatkan Jerman mengenai tanggal dan lokasi pendaratan utama. Di pihak lain, intelijen Angkatan Darat dan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang memainkan peran krusial dalam keberhasilan operasi awal mereka, termasuk serangan Pearl Harbor. Keberhasilan-keberhasilan ini mengubah persepsi intelijen dari sekadar “taktik kotor” menjadi aset militer dan politik yang esensial.

Periode Perang Dingin kemudian mengintensifkan peran intelijen secara drastis. Konflik global yang didasarkan pada “perang bayangan” antara Amerika Serikat dan Uni Soviet menjadikan intelijen sebagai lini depan yang krusial. Selama periode ini, lembaga seperti CIA (didirikan pada tahun 1947)  dan penerus KGB di Uni Soviet/Rusia mengintensifkan operasi rahasia. Aktivitas ini mencakup “tindakan terselubung” (covert action) seperti propaganda, perang ekonomi, dan sabotase yang disahkan oleh direktif seperti NSC 10/2 pada tahun 1948. Ini adalah era di mana intelijen tidak lagi hanya mengumpulkan data, tetapi juga menjadi aktor proaktif yang terlibat langsung dalam memengaruhi politik domestik negara lain. Perkembangan ini menjadi asal mula banyak kontroversi di kemudian hari, seperti skandal Iran-Contra.

Profil Lembaga Intelijen Utama Dunia

Perbandingan Lembaga Intelijen Utama Dunia

Lembaga intelijen di berbagai negara memiliki peran yang berbeda sesuai dengan ancaman yang dihadapi dan kebijakan luar negeri mereka. Tabel di bawah ini memberikan gambaran umum tentang beberapa lembaga intelijen terkemuka di dunia.

Tabel 1: Perbandingan Lembaga Intelijen Utama Dunia

Lembaga Negara Tahun Berdiri Fokus Operasional Kompetensi Kunci
Central Intelligence Agency (CIA) Amerika Serikat 1947 Luar Negeri Operasi rahasia dan paramiliter, HUMINT, teknologi canggih
Federal Security Service (FSB) Rusia 1995 Domestik Keamanan internal, kontraterorisme, keamanan perbatasan
Foreign Intelligence Service (SVR) Rusia 1991 Luar Negeri Spionase dan intelijen luar negeri
Mossad Israel 1949 Luar Negeri Operasi rahasia, kontraterorisme, perlindungan komunitas Yahudi global
Secret Intelligence Service (MI6) Inggris 1909 Luar Negeri HUMINT luar negeri, kontraterorisme, keamanan siber
Ministry of State Security (MSS) Tiongkok 1983 Luar Negeri & Domestik Spionase teknologi dan ekonomi, kontraintelejen

Studi Kasus Kunci

Central Intelligence Agency (CIA)

Sebagai badan intelijen utama dari total 18 lembaga intelijen di Amerika Serikat, CIA memiliki peran sentral dalam keamanan global.7 Didirikan pada tahun 1947 oleh Presiden Harry S. Truman, CIA dikenal dengan kemampuan teknologinya yang sangat maju dan keterlibatannya dalam operasi rahasia dan paramiliter untuk memajukan kepentingan AS di seluruh dunia.

Sejak pembentukannya, CIA telah memainkan peran kunci dalam berbagai konflik, mulai dari Perang Dingin hingga Perang Melawan Terorisme. Keterlibatan ini, bagaimanapun, tidak luput dari kontroversi, termasuk tuduhan pelanggaran hukum dan pengawasan.

FSB dan SVR Rusia

Setelah pembubaran KGB, Rusia memisahkan fungsi intelijen menjadi dua badan utama: Federal Security Service (FSB) dan Foreign Intelligence Service (SVR). Meskipun kedua badan ini beroperasi sebagai penerus KGB , mereka memiliki mandat yang berbeda secara fungsional. FSB bertanggung jawab untuk keamanan internal, kontraterorisme, dan keamanan perbatasan, sementara SVR mengkhususkan diri pada spionase dan intelijen luar negeri. Perbedaan ini mencerminkan struktur yang mirip dengan negara-negara Barat, di mana intelijen domestik (FSB ~ FBI) dan intelijen luar negeri (SVR ~ CIA/MI6) dipisahkan. Meskipun terpisah, kedua lembaga ini tetap tunduk langsung kepada Presiden Rusia, yang menunjukkan sentralisasi kekuasaan dalam sistem intelijen Rusia.

Mossad Israel

Didirikan pada 1949, Mossad dikenal dengan operasi-operasi rahasia yang berani dan presisi strategis. Misi utamanya adalah mengumpulkan intelijen luar negeri, memerangi terorisme, dan melindungi komunitas Yahudi di seluruh dunia. Sejak awal, peran Mossad sangat terkait dengan keamanan eksistensial Israel, yang mendorongnya untuk melakukan operasi-operasi terkenal seperti penangkapan penjahat perang Nazi Adolf Eichmann di Argentina pada tahun 1960 dan Operasi Entebbe pada tahun 1976. Di era kontemporer, operasi Mossad sering kali menjadi bagian dari “perang bayangan” yang berkelanjutan, sebagaimana tercermin dalam insiden eksekusi mata-mata di Iran yang dituduh bekerja untuk Mossad.

Secret Intelligence Service (MI6) Inggris

Secara resmi dikenal sebagai SIS, MI6 didirikan pada tahun 1909 dan merupakan badan intelijen luar negeri utama Inggris. Fokusnya adalah pada pengumpulan intelijen luar negeri, kontraterorisme, dan keamanan siber. MI6 dikenal dengan sejarah panjangnya dan kerja sama yang erat dengan sekutu internasional, terutama dalam aliansi Five Eyes (Inggris, AS, Kanada, Australia, dan Selandia Baru). Peran MI6 sering kali berkolaborasi dengan lembaga intelijen Inggris lainnya, seperti Government Communications Headquarters (GCHQ), yang bertanggung jawab atas intelijen sinyal dan keamanan siber. Kemitraan ini menegaskan bahwa intelijen modern adalah upaya kolaboratif dan terintegrasi yang memanfaatkan berbagai disiplin untuk mencapai tujuannya.

Relevansi Kontemporer: Paradigma Baru dalam Dunia Intelijen

Perbandingan Metode Pengumpulan Intelijen

Lembaga intelijen modern mengandalkan berbagai metode atau disiplin untuk mengumpulkan informasi. Pergeseran dari pendekatan yang sangat berorientasi pada manusia ke pendekatan yang didorong oleh teknologi telah mengubah lanskap intelijen secara fundamental.

Tabel 2: Perbandingan Metode Pengumpulan Intelijen Tradisional vs. Modern

Disiplin Definisi Sumber Data Kelebihan Keterbatasan
HUMINT Pengumpulan intelijen melalui interaksi manusia langsung, termasuk spionase dan interogasi Agen lapangan, informan Akses langsung ke informasi rahasia yang tidak dapat diperoleh secara teknis Berisiko tinggi, lambat, memerlukan sumber daya yang intensif
SIGINT Pengumpulan dan analisis sinyal elektronik, seperti komunikasi (COMINT) dan emisi radar (ELINT) Sinyal telepon, email, radio, radar Memberikan informasi vital tentang niat dan pergerakan musuh Membutuhkan teknologi canggih dan rentan terhadap enkripsi
GEOINT Koleksi dan analisis informasi geospasial Citra satelit, peta, data sensor Penting untuk perencanaan operasi militer, memungkinkan visualisasi lokasi Ketergantungan pada teknologi pencitraan dan resolusi
OSINT Pengumpulan informasi dari sumber yang dapat diakses publik Media, media sosial, publikasi ilmiah, dokumen publik Etis, mudah diakses, tidak memerlukan metode rahasia Rentan terhadap disinformasi dan propaganda, informasi yang tersebar luas
CYBINT Pengumpulan intelijen di dunia siber Aktivitas daring, serangan siber, jaringan komputer Penting untuk mendeteksi ancaman siber dan memantau aktivitas non-negara Memerlukan keahlian teknis tinggi dan infrastruktur yang kuat

Pergeseran Ancaman dari Konvensional ke Asimetris

Dunia intelijen kini menghadapi ancaman yang jauh melampaui konflik konvensional antar-negara. Munculnya ancaman non-tradisional seperti terorisme, ekstremisme, dan perang asimetris telah mengubah fokus operasional. Perang asimetris, yang didefinisikan sebagai peperangan yang tidak melibatkan militer negara asing secara kasat mata, sangat berbahaya bagi keamanan nasional karena sifatnya yang luas dan mencakup seluruh aspek kehidupan.

Untuk menghadapi ancaman semacam ini, dibutuhkan sumber daya manusia intelijen dengan kualitas di atas rata-rata yang mampu melakukan deteksi dini secara komprehensif. Kemampuan ini, terutama dalam domain siber, menjadi kunci untuk memenangkan peperangan asimetris. Pergeseran ini menunjukkan bahwa lembaga intelijen tidak lagi hanya melindungi perbatasan fisik, tetapi juga batas-batas digital dan sosial sebuah negara.

Revolusi Teknologi: AI, Big Data, dan Perang Siber

Di era digital, hampir semua aktivitas manusia meninggalkan jejak digital yang dapat dimanfaatkan oleh intelijen. Volume informasi yang masif ini, yang dikenal sebagai Big Data, menjadi tantangan dan peluang. Untuk memproses dan menganalisis data dalam skala besar secara akurat, lembaga intelijen kini sangat mengandalkan Kecerdasan Buatan (AI) dan algoritma pembelajaran mesin (machine learning). AI memungkinkan analisis data secara otomatis, bahkan mampu memprediksi ancaman sebelum terwujud.

Lembaga intelijen terkemuka seperti CIA telah mengadopsi AI secara luas, menggunakannya untuk menyeleksi data intelijen sumber terbuka dan membantu para analis dalam proses triase, translasi, dan transkripsi. Demikian pula, Inggris, melalui GCHQ, memanfaatkan Big Data untuk mengumpulkan intelijen sinyal dan keamanan siber. Pentingnya adopsi AI ini ditegaskan oleh perintah Pentagon, yang mengingatkan bahwa kegagalan untuk mengintegrasikan teknologi ini dapat menimbulkan “kejutan strategis” dari pesaing seperti Tiongkok, yang juga mengembangkan kemampuan militer dan intelijen berbasis AI.

Namun, ketergantungan pada teknologi ini juga menimbulkan tantangan yang paradoks. Di satu sisi, AI memperkuat kemampuan deteksi dini dan analisis, tetapi di sisi lain, hal ini membuka pintu bagi ancaman baru seperti disinformasi dan deepfake, yang dapat mengaburkan realitas dan merusak proses pengambilan keputusan yang sehat. Perang siber kini menjadi medan pertempuran utama antar-negara, menuntut lembaga intelijen untuk mengembangkan kemampuan ofensif dan defensif.  Evolusi ini menunjukkan bahwa intelijen modern bukan lagi tentang rahasia mutlak, tetapi tentang kemampuan untuk menavigasi, memverifikasi, dan memanfaatkan informasi dalam lingkungan yang sangat bising.

Akuntabilitas, Etika, dan Pengawasan Hukum

Kerangka Pengawasan Lembaga Intelijen

Mekanisme pengawasan terhadap lembaga intelijen sangat penting untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan keamanan dan perlindungan kebebasan sipil. Di banyak negara demokrasi, tugas pengawasan ini dibagi antara cabang eksekutif dan legislatif.

Tabel 3: Kerangka Pengawasan Lembaga Intelijen di Berbagai Negara

Negara Badan Pengawas Dasar Hukum Utama Isu-Isu Utama
Amerika Serikat Komite Intelijen Permanen Senat dan DPR, President’s Intelligence Advisory Board (PIAB) Foreign Intelligence Surveillance Act (FISA), Intelligence Authorization Act Pelanggaran privasi warga non-AS, pengawasan tanpa surat perintah, politisasi pengawasan
Inggris Joint Intelligence Committee (JIC) Intelligence Services Act 1994, Investigatory Powers Act 2016 Akuntabilitas langsung kepada Menteri Luar Negeri, yang menciptakan mekanisme pengawasan yang lebih tersentralisasi
Israel Knesset (Parlemen) Laporan langsung kepada Perdana Menteri, pengawasan anggaran Kurangnya transparansi, potensi politisasi ketika lembaga menyelidiki pejabat pemerintah

Isu-Isu Etika dan Kontroversi

Ketegangan antara kerahasiaan operasional intelijen dan prinsip transparansi demokratis sering kali memicu kontroversi. Salah satu contoh paling signifikan adalah skandal Iran-Contra di Amerika Serikat, di mana operasi rahasia CIA dituduh menjual senjata ke Iran dan mengalihkan dana untuk mendanai kelompok kontra di Nikaragua, yang mana hal ini melanggar larangan Kongres. Meskipun investigasi pemerintah AS menyimpulkan bahwa tidak ada konspirasi terorganisir, insiden tersebut menunjukkan bagaimana operasi terselubung dapat mengabaikan pengawasan legislatif dan menimbulkan kekacauan politik.

Di Israel, ketegangan serupa juga terjadi. Kepala Shin Bet, badan keamanan internal Israel, memiliki laporan langsung kepada Perdana Menteri. Hal ini dapat menciptakan potensi konflik politik, seperti ketika Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dilaporkan berusaha memecat kepala Shin Bet setelah lembaga tersebut membuka penyelidikan terhadap para pembantunya. Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa pengawasan hukum, meskipun ada, tidak selalu mampu mencegah penyalahgunaan kekuasaan atau politisasi lembaga intelijen. Pada dasarnya, konflik seperti ini bukanlah anomali, melainkan manifestasi dari ketegangan struktural antara sifat rahasia intelijen dan tuntutan akuntabilitas yang menjadi fondasi negara demokrasi.

Kesimpulan: Prospek dan Tantangan Masa Depan

Masa Depan Intelijen

Lembaga intelijen global berada pada titik kritis dalam evolusinya. Pergeseran dari ancaman konvensional ke tantangan asimetris dan teknologi telah mengubah peran dan metode mereka secara mendalam. Di masa depan, intelijen akan terus menjadi instrumen kritis dalam persaingan geopolitik, terutama di bidang siber, teknologi, dan ekonomi. Kemampuan untuk menavigasi dan menganalisis aliran informasi yang masif akan menjadi penentu utama dalam “lomba senjata” intelijen di abad ke-21.

Arah Strategis

Untuk tetap relevan dan efektif, lembaga intelijen harus berinvestasi dalam pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, terutama yang memiliki keahlian dalam teknologi siber dan AI. Pentingnya kolaborasi internasional juga akan semakin meningkat, terutama dalam menghadapi ancaman global seperti terorisme dan perang siber, yang melampaui batas-batas negara.

Prospek Akhir

Di era di mana informasi adalah kekuatan, lembaga intelijen akan tetap menjadi entitas yang sangat relevan. Namun, peran mereka akan semakin kompleks dan menuntut adaptasi terus-menerus. Tantangan utamanya bukan hanya terletak pada bagaimana mengumpulkan informasi, tetapi juga bagaimana memverifikasi keakuratan informasi tersebut di tengah disinformasi yang merajalela, serta bagaimana menjaga keseimbangan etika dan akuntabilitas dalam kerangka hukum yang transparan. Keberhasilan mereka di masa depan akan sangat bergantung pada kemampuan mereka untuk berinovasi, berkolaborasi, dan tetap berada di bawah pengawasan publik yang ketat.

 

Daftar Pustaka :

  1. Peran Intelijen Dalam Penanggulangan Terorisme di Indonesia, diakses September 8, 2025, https://rayyanjurnal.com/index.php/aurelia/article/download/3464/pdf
  2. 63 BAB III SEJARAH PERKEMBANGAN INTELIJEN NEGARA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA A. Intelijen di Dalam Sistem Ket – https ://dspace.uii.ac.id., diakses September 8, 2025, https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/1146/05.3%20bab%203.pdf?sequence=9
  3. Hubungan intelijen – negara 1945 – 2004, diakses September 8, 2025, https://library.fes.de/pdf-files/bueros/indonesien/09808.pdf
  4. Intelijen dan Diplomasi Internasional – UI Scholars Hub, diakses September 8, 2025, https://scholarhub.ui.ac.id/cgi/viewcontent.cgi?article=1080&context=global
  5. Top Intelligence Agencies of Different Countries – R&AW, Mossad, diakses September 8, 2025, https://spmiasacademy.com/currentaffairs/top-intelligence-agencies-in-the-world/
  6. 77 Tahun CIA, Sejarah dan Peran Badan Intelijen AS Central Intelligence Agency | tempo.co, diakses September 8, 2025, https://www.tempo.co/internasional/77-tahun-cia-sejarah-dan-peran-badan-intelijen-as-central-intelligence-agency–8630
  7. 10 Badan Intelijen Terbaik di Dunia, Ada dari Asia – Tempo.co, diakses September 8, 2025, https://www.tempo.co/internasional/10-badan-intelijen-terbaik-di-dunia-ada-dari-asia–1188965
  8. NATO Review – Russian intelligence is at (political) war, diakses September 8, 2025, https://www.nato.int/docu/review/articles/2017/05/12/russian-intelligence-is-at-political-war/index.html
  9. Iran hangs man convicted of spying for Israel’s Mossad | Espionage News | Al Jazeera, diakses September 8, 2025, https://www.aljazeera.com/news/2025/4/30/iran-hangs-man-accused-of-spying-for-israel-mossad
  10. GCHQ – Wikipedia, diakses September 8, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/GCHQ
  11. GCHQ – GCHQ.GOV.UK, diakses September 8, 2025, https://www.gchq.gov.uk/
  12. Introduction to intelligence disciplines • #RiskPulse – ACK3, diakses September 8, 2025, https://ack3.eu/introduction-to-intelligence-disciplines/
  13. Intelijen Modern: Dari Big Data hingga Cyber Espionage | kumparan …, diakses September 8, 2025, https://kumparan.com/i-gusti-ngurah-krisna-dana/intelijen-modern-dari-big-data-hingga-cyber-espionage-23U2D0Rs6Zj
  14. List of intelligence gathering disciplines – Wikipedia, diakses September 8, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/List_of_intelligence_gathering_disciplines
  15. Pentingnya SDM Intelijen dalam Menghadapi Ancaman Perang Asimetris Hal. 1 Kontroversi Pembentukan Bank Tanah Hal – DPR RI, diakses September 8, 2025, https://berkas.dpr.go.id/pa3kn/analisis-tematik-apbn/public-file/bib-public-63.pdf
  16. Apa itu Artificial intelligence ? Arti, Cara Kerja dan Jenis, diakses September 8, 2025, https://www.fanruan.com/id/glossary/kecerdasan-buatan/artificial-intelligence
  17. How the CIA is using generative AI — now and into the future | FedScoop, diakses September 8, 2025, https://fedscoop.com/how-the-cia-is-using-generative-ai-lakshmi-raman/
  18. Militer dan Badan Intelijen AS Diperintahkan Adopsi AI – VOA Indonesia, diakses September 8, 2025, https://www.voaindonesia.com/a/militer-dan-badan-intelijen-as-diperintahkan-adopsi-ai/7838592.html
  19. Manfaat Kecerdasan Buatan AI dalam Dunia Militer & Kekurangannya – Tirto.id, diakses September 8, 2025, https://tirto.id/manfaat-kecerdasan-buatan-ai-dalam-dunia-militer-kekurangannya-gUXx
  20. PRAKTEK-PRAKTEK INTELIJEN DAN PENGAWASAN DEMOKRATIS – PANDANGAN PRAKTISI – DCAF, diakses September 8, 2025, https://www.dcaf.ch/sites/default/files/publications/documents/Praktek-praktek.pdf
  21. FBI Minta Undang-undang Pengawasan Intelijen Asing Diperbaharui | kumparan.com, diakses September 8, 2025, https://m.kumparan.com/kumparannews/fbi-minta-undang-undang-pengawasan-intelijen-asing-diperbaharui-21iQLURHfbU
  22. Secret Intelligence Service – GOV.UK, diakses September 8, 2025, https://www.gov.uk/government/organisations/secret-intelligence-service
  23. Shin Bet (Shabak) | Israel, Meaning, ISA, Chief, & Difference from Mossad | Britannica, diakses September 8, 2025, https://www.britannica.com/topic/Shin-Bet
  24. Boland amendment – CIA-Contra-Crack Cocaine Controversy, diakses September 8, 2025, https://oig.justice.gov/sites/default/files/archive/special/9712/appa.htm
  25. Peran Intelijen di 2024 Ternyata Seperti Ini! – Maxy Academy, diakses September 8, 2025, https://maxy.academy/blog/peran-intelijen-di-2024-ternyata-seperti-ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

53 − 48 =
Powered by MathCaptcha