Sektor perbankan Indonesia memainkan peran fundamental sebagai pilar utama dalam perekonomian nasional, yang membedakannya dari lanskap finansial Asia yang didominasi oleh institusi-institusi berskala global. Perbankan di kawasan Asia secara umum diungguli oleh raksasa keuangan dari Tiongkok, yang menguasai peringkat teratas dalam berbagai metrik global, serta didukung oleh bank-bank terkemuka dari Jepang, Singapura, Hong Kong, dan Korea Selatan.
Terlepas dari persaingan regional yang ketat, sektor perbankan Indonesia telah menunjukkan ketahanan dan pertumbuhan yang mengesankan. Data menunjukkan bahwa kinerja intermediasi perbankan domestik tetap solid sepanjang tahun 2024. Perbankan konvensional mencatat pertumbuhan kredit sebesar 10,92% secara tahunan (YoY) per Oktober 2024, sebuah peningkatan yang signifikan dari pertumbuhan 8,99% pada tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh permintaan kuat dari segmen korporasi yang mencerminkan kondisi penjualan dan kemampuan pembayaran yang baik. Sementara itu, sektor perbankan Syariah juga mencatatkan performa positif, dengan pertumbuhan aset sebesar 12,50% YoY dan pertumbuhan pembiayaan sebesar 13,24% YoY, menunjukkan peningkatan yang stabil dalam pangsa pasar keuangan syariah. Kondisi ini menempatkan Indonesia pada posisi kedua secara global dalam Indeks Pengembangan Keuangan Syariah, sebuah indikator penting bagi industri yang sedang berkembang ini.
Metodologi dan Kriteria Pemeringkatan Global
Peringkat bank-bank global yang diterbitkan oleh berbagai lembaga memiliki metodologi yang berbeda-beda, dan pemahaman atas kriteria ini sangat penting untuk menafsirkan posisi bank-bank Indonesia. Laporan ini mengacu pada beberapa pemeringkatan utama, yang masing-masing menggunakan kriteria berbeda:
- Forbes Global 2000: Pemeringkatan ini adalah salah satu yang paling komprehensif, mengukur perusahaan publik terbesar di dunia berdasarkan empat metrik kunci: penjualan, laba, aset, dan nilai pasar. Kriteria ini memberikan gambaran yang utuh tentang kinerja finansial dan valuasi pasar sebuah perusahaan, menjadikannya tolok ukur penting untuk mengukur performa secara keseluruhan.
- The Banker’s Top 1000 World Banks: Sebagai indeks yang paling banyak digunakan di industri perbankan global, pemeringkatan ini berfokus pada kekuatan dan stabilitas bank. Meskipun metodologi resminya tidak dipublikasikan secara mendetail , sebuah penelitian akademis menunjukkan bahwa peringkat ini sangat dipengaruhi oleh enam metrik utama: total aset, total kewajiban, total pinjaman bruto, total simpanan bruto, total pendapatan operasional, dan rasio pinjaman terhadap aset.
- Global Finance’s World’s Safest Banks: Pemeringkatan ini secara spesifik menekankan stabilitas dan keamanan. Kriteria utamanya adalah peringkat kredit jangka panjang dari lembaga-lembaga terkemuka seperti Moody’s, Standard & Poor’s, dan Fitch, dikombinasikan dengan total aset bank. Peringkat ini sangat relevan untuk menilai persepsi pasar terhadap risiko sebuah institusi.
Analisis Peringkat Bank Indonesia dalam Berbagai Dimensi Asia
Dominasi dalam Peringkat Komposit Forbes Global 2000
Peringkat Forbes Global 2000 edisi 2025 dengan jelas menunjukkan dominasi perbankan Indonesia di tingkat regional. Empat bank terbesar di Indonesia berhasil masuk dalam daftar prestisius ini, dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) menempati posisi teratas dari Indonesia pada peringkat 349. Diikuti oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk pada peringkat 408, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) pada peringkat 482, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) pada peringkat 1.064.
Posisi ini sangat kompetitif jika dibandingkan dengan bank-bank besar dari negara-negara tetangga di Asia Tenggara. Misalnya, Malayan Banking Berhad (Maybank) dari Malaysia berada pada peringkat 463, sementara Bangkok Bank Public Company Ltd. dari Thailand berada di luar daftar 1.000 teratas yang disebutkan. Keberadaan empat bank Indonesia dalam daftar ini, dengan tiga di antaranya berada dalam 500 besar, menunjukkan bahwa performa finansial mereka—khususnya dalam hal laba, penjualan, dan nilai pasar—sangat kuat dan mengungguli banyak pesaing di kawasan.
Kekuatan ini tidak muncul dari ekspansi regional yang agresif, melainkan dari konsistensi kinerja di pasar domestik yang besar. Peningkatan laba yang solid pada tahun 2024, seperti kenaikan laba bersih BCA sebesar 12,7% dan Bank Mandiri sebesar 10,7%, adalah cerminan langsung dari permintaan domestik yang tinggi dan strategi yang efektif dalam mengelola pasar nasional. Ini menunjukkan bahwa kekuatan perbankan Indonesia bersifat ekosistem-sentris, yaitu didorong oleh dominasi dan profitabilitas di dalam negeri, bukan global-sentris yang mengandalkan ekspansi lintas batas.Kesenjangan Skala dalam Peringkat Aset dan Keamanan Global
Meskipun kuat dalam hal profitabilitas dan nilai pasar, perbankan Indonesia menghadapi kesenjangan signifikan dalam peringkat yang didasarkan pada metrik total aset dan keamanan. Peringkat The Banker’s Top 1000 World Banks berdasarkan total aset menunjukkan bahwa tidak ada bank Indonesia yang masuk dalam 100 besar dunia. Daftar ini didominasi oleh bank-bank raksasa Tiongkok, seperti Industrial and Commercial Bank of China (ICBC) dan Agricultural Bank of China, serta bank-bank dari Jepang dan negara-negara Barat.
Bahkan di tingkat regional, bank-bank dari Singapura seperti DBS Group, Oversea-Chinese Banking Corporation (OCBC), dan United Overseas Bank (UOB) secara konsisten menempati peringkat lebih tinggi dalam metrik aset global. Sebagai contoh, DBS Group berada pada peringkat 63, OCBC pada peringkat 80, dan UOB pada peringkat 84 dalam daftar The Banker’s Top 1000.
Ketidakhadiran bank-bank Indonesia juga terlihat jelas dalam daftar “10 Bank Teraman di Asia 2024” versi Global Finance, yang menempatkan bank-bank Singapura, Korea Selatan, dan Tiongkok di posisi teratas.1 Pemeringkatan ini sangat dipengaruhi oleh peringkat kredit dari lembaga internasional seperti Moody’s dan S&P, yang mencerminkan persepsi stabilitas dan risiko global.
Perbedaan ini mengungkap sebuah paradoks: perbankan Indonesia dominan dan menguntungkan di pasar domestik, tetapi belum mencapai skala global yang dibutuhkan untuk bersaing dalam metrik aset dan keamanan. Kekuatan mereka berasal dari besarnya populasi dan permintaan domestik, yang memungkinkan pertumbuhan pendapatan dan laba yang substansial. Namun, mereka belum menginvestasikan atau mengakuisisi aset dengan skala yang cukup besar untuk menandingi bank-bank Tiongkok atau Jepang, atau membangun profil risiko yang diakui secara global seperti bank-bank Singapura. Hal ini menunjukkan bahwa strategi mereka saat ini lebih berfokus pada efisiensi dan profitabilitas di dalam negeri ketimbang pada ekspansi skala besar di panggung internasional.
Pilar Kekuatan dan Keunggulan Perbankan Indonesia
Kinerja Keuangan yang Solid
Bank-bank yang tergabung dalam kategori KBMI 4 di Indonesia menunjukkan kinerja keuangan yang sangat solid sepanjang tahun buku 2024, didukung oleh pertumbuhan kredit, pendapatan, dan laba yang sehat.
- Bank Rakyat Indonesia (BRI) mencatatkan laba bersih sebesar Rp60,64 triliun pada tahun 2024, dengan total aset konsolidasi mencapai Rp1.992,98 triliun. Rasio NPL (Non-Performing Loan) gross BRI berada pada angka 2,94%.
- Bank Mandiri melaporkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp55,8 triliun, meningkat 10,7% YoY. Total asetnya mencapai Rp2.427,22 triliun, didukung oleh pertumbuhan kredit sebesar 12,3% dan rasio NPL sebesar 1,37%.
- Bank Central Asia (BCA) membukukan laba bersih sebesar Rp54,8 triliun, melonjak 12,7% YoY. Pertumbuhan ini didorong oleh ekspansi portofolio kredit sebesar 13,8% menjadi Rp922 triliun, dengan rasio NPL yang tetap stabil di 1,8%.
- Bank Negara Indonesia (BNI) mencatatkan laba bersih sebesar Rp21,46 triliun, naik 2,63% YoY. Pertumbuhan kreditnya mencapai 11,62%, melampaui rata-rata industri, dengan rasio NPL yang membaik menjadi 2%.
Kinerja keuangan yang kuat ini, yang meringkas pertumbuhan pendapatan bunga, pendapatan non-bunga, dan manajemen kualitas aset yang prudent, menjadi alasan utama di balik posisi tinggi bank-bank Indonesia dalam peringkat Forbes.
Berikut adalah ikhtisar kinerja keuangan bank-bank KBMI 4 Indonesia pada tahun 2024:
Bank | Laba Bersih (Triliun Rupiah) | Total Aset (Triliun Rupiah) | Pertumbuhan Kredit (YoY) |
BRI | 60,64 | 1.992,98 | Tidak Tersedia |
Bank Mandiri | 55,8 | 2.427,22 | 12,3% |
BCA | 54,8 | Tidak Tersedia | 13,8% |
BNI | 21,46 | Tidak Tersedia | 11,62% |
Peran Sentral Bank BUMN dan Penguatan Perekonomian
Bank-bank yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh negara, seperti BRI, Bank Mandiri, dan BNI, berfungsi sebagai agen pembangunan dan katalisator pertumbuhan ekonomi nasional. Mereka memiliki kontribusi besar dalam sektor-sektor kunci, termasuk perbankan, dan berperan dalam mempercepat pembangunan ekonomi serta mengurangi kesenjangan regional melalui investasi dan inovasi.
Peran strategis ini tercermin dari fokus penyaluran kredit mereka ke berbagai segmen, terutama segmen korporasi dan UMKM, yang merupakan tulang punggung ekonomi. Misalnya, Bank Mandiri berhasil mencatatkan pertumbuhan kredit korporasi yang luar biasa sebesar 29,7% YoY di kuartal II 2024. Demikian pula, BNI juga mencatat pertumbuhan kredit di segmen korporasi dan konsumer. Komitmen ini juga meluas ke sektor keuangan yang berkelanjutan, dengan BNI mengalokasikan Rp190,5 triliun—sekitar 25% dari total pinjamannya—untuk pembiayaan berkelanjutan, termasuk Rp73,4 triliun untuk pembiayaan hijau.
Inovasi Digital sebagai Mesin Pertumbuhan
Transformasi digital telah menjadi pendorong utama pertumbuhan perbankan Indonesia, memungkinkan bank-bank untuk mengatasi keterbatasan infrastruktur fisik. Bank-bank besar secara masif berinvestasi dalam teknologi dan inovasi untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang semakin mengarah ke layanan digital yang cepat dan efisien.
- BCA Digital mengilustrasikan strategi ini dengan tema “Evolving Era,” yang berfokus pada inovasi dan teknologi untuk menciptakan pengalaman perbankan yang modern dan terpusat pada pelanggan. Aplikasi digitalnya, blu, berhasil mendorong pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 31% dan pertumbuhan kredit sebesar 40% pada tahun 2024. Ini menunjukkan bahwa strategi digital-sentris dapat menghasilkan pertumbuhan signifikan tanpa ketergantungan pada jaringan cabang konvensional.
- Bank Mandiri telah mengimplementasikan strategi “Growth through Digital and Ecosystem Synergy”. Peluncuran super app Livin’ by Mandiri dan platform wholesale Kopra by Mandiri di paruh kedua tahun 2021 mendapatkan sambutan yang sangat antusias. Transformasi ini tidak hanya mencakup akuisisi nasabah, tetapi juga mendorong pendapatan. Misalnya, pendapatan non-bunga Bank Mandiri di kuartal II 2024 tumbuh sebesar 5,74% YoY, yang didorong oleh peningkatan transaksi digital.
Strategi ini mencerminkan pergeseran fundamental dalam model bisnis. Alih-alih mengandalkan kantor cabang yang mahal, bank-bank Indonesia membangun ekosistem digital yang terintegrasi dengan berbagai perusahaan fintech dan e-commerce. Pendekatan ini memungkinkan mereka menjangkau jutaan masyarakat yang sebelumnya tidak terjangkau layanan perbankan (unbanked) melalui perangkat pintar.25 Model ini sangat relevan dan efektif di Indonesia, di mana demografi didominasi oleh Generasi Z dan penetrasi ponsel sangat tinggi.
Tantangan dan Risiko dalam Lanskap Perbankan Indonesia
Tantangan Likuiditas dan Persaingan Dana Pihak Ketiga (DPK)
Meskipun pertumbuhan kredit di sektor perbankan sangat sehat, terdapat tantangan yang muncul terkait likuiditas. Data menunjukkan adanya kesenjangan antara pertumbuhan pinjaman dan simpanan. Pada tahun 2024, pertumbuhan pinjaman mencapai sekitar 10% YoY, sementara pertumbuhan simpanan hanya sekitar 4,5%. Kesenjangan ini telah menyebabkan peningkatan rasio Loan-to-Deposit Ratio (LDR) industri, yang mencapai 87% pada Agustus 2024, mengindikasikan persaingan yang lebih ketat untuk mendapatkan dana pihak ketiga (DPK) dengan biaya yang lebih rendah.
Fenomena ini menimbulkan risiko tersembunyi terhadap keberlanjutan profitabilitas di masa depan. Persaingan untuk DPK dapat meningkatkan biaya dana (Cost of Fund – CoF) dan, pada akhirnya, menekan margin bunga bersih (Net Interest Margin – NIM) bank. Meskipun bank-bank besar seperti BCA dan Bank Mandiri menyatakan optimisme untuk dapat mempertahankan NIM mereka, tekanan ini dapat menjadi masalah sistemik, terutama bagi bank-bank yang lebih kecil. Ini menunjukkan bahwa meskipun pertumbuhan pinjaman kuat, tantangan dalam mengelola sumber pendanaan dapat menjadi penghambat utama jika tidak diatasi dengan strategi yang tepat.
Ancaman Siber dan Disparitas Teknologi
Ancaman siber telah diidentifikasi sebagai salah satu tantangan terbesar yang dihadapi sektor perbankan Indonesia. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menyoroti bahwa serangan siber, yang diperparah dengan pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) oleh para pelaku kejahatan, menjadi risiko utama yang harus diwaspadai. Kerentanan terbesar terletak pada nasabah yang sering kali menjadi target serangan.
Selain itu, terdapat disparitas signifikan dalam investasi teknologi di sektor perbankan. Bank-bank besar dengan skala dan profitabilitas yang tinggi memiliki anggaran yang memadai untuk berinvestasi dalam penguatan keamanan siber dan inovasi. Namun, bank-bank yang lebih kecil, terutama yang beroperasi di daerah, mungkin tidak memiliki sumber daya yang sama untuk menghadapi ancaman ini. Perbedaan kemampuan ini dapat mempercepat tren konsolidasi di industri perbankan. Bank-bank besar (KBMI 4) yang mampu membangun benteng keamanan dan terus berinovasi akan semakin mengukuhkan dominasi mereka. Sebaliknya, bank-bank kecil yang rentan secara teknologi dan tidak mampu memenuhi standar keamanan yang ketat akan menghadapi tekanan untuk merger atau diakuisisi, yang pada akhirnya akan membentuk struktur pasar yang lebih terkonsentrasi di tangan “Empat Besar” (BRI, Mandiri, BCA, BNI).
Prospek dan Rekomendasi Strategis
Peluang Peningkatan Peringkat dan Daya Saing
Sektor perbankan Indonesia berada pada posisi strategis untuk memperkuat peringkatnya di Asia, didukung oleh fundamental ekonomi domestik yang kuat dan laju transformasi digital yang tinggi. Prospek masa depan dapat dioptimalkan melalui beberapa peluang kunci:
- Pemanfaatan Ekosistem Digital: Peningkatan peran sebagai pusat keuangan digital regional, tidak hanya di perbankan retail tetapi juga di segmen komersial dan UMKM, yang merupakan segmen pasar yang sangat besar di Indonesia.
- Keuangan Syariah: Memperkuat peran sebagai pemain utama dalam keuangan syariah, mengingat posisinya yang sudah kuat dalam Indeks Pengembangan Keuangan Syariah global.
- Efisiensi Operasional: Terus meningkatkan efisiensi operasional dan kualitas aset untuk mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan sehat, yang pada gilirannya akan meningkatkan daya saing secara keseluruhan.
Rekomendasi Strategis untuk Penguatan Daya Saing Jangka Panjang
Untuk dapat menanjak ke peringkat yang lebih tinggi di panggung global dan menantang dominasi bank-bank regional, diperlukan strategi yang terfokus:
- Untuk Bank-Bank Indonesia:
- Investasi Digital Lanjutan: Terus mengalokasikan investasi besar untuk transformasi digital, dengan penekanan tidak hanya pada pengalaman nasabah, tetapi juga pada penguatan keamanan siber untuk melindungi sistem dan data nasabah.
- Strategi Pendanaan: Mengembangkan strategi pendanaan yang kreatif dan agresif untuk mengimbangi pertumbuhan pinjaman yang cepat, guna menjaga likuiditas dan NIM.
- Peningkatan Kualitas: Memfokuskan pada manajemen risiko yang lebih baik, terutama dalam menghadapi volatilitas makroekonomi global dan tantangan likuiditas, serta meningkatkan kualitas aset.
- Pengakuan Global: Mengejar pengakuan internasional tidak hanya melalui profitabilitas, tetapi juga melalui kepatuhan yang ketat terhadap standar keamanan dan tata kelola global untuk meningkatkan peringkat dalam daftar seperti Global Finance, yang menilai persepsi risiko.
- Untuk Pemerintah dan Regulator (OJK):
- Kolaborasi Teknologi: Mendorong kolaborasi antara bank-bank besar (KBMI 4) dan bank-bank kecil untuk mengatasi kesenjangan teknologi dan keamanan, menciptakan sistem keuangan yang lebih tangguh secara keseluruhan.
- Kerangka Regulasi yang Progresif: Memperkuat kerangka regulasi untuk mengantisipasi risiko-risiko baru yang muncul dari inovasi digital, termasuk isu-isu terkait keamanan siber dan perlindungan konsumen, seperti yang telah dilakukan OJK melalui klasifikasi KBMI dan peraturan tentang layanan seperti
Buy Now Pay Later (BNPL).
Berikut adalah perbandingan rasio kunci bank-bank KBMI 4 Indonesia pada tahun 2024:
Bank | Rasio NPL (Gross) | Rasio LDR | Rasio CASA | Rasio CAR |
BRI | 2,94% | 89,39% | 67,30% | 24,41% |
Bank Mandiri | 1,37% | Tidak Tersedia | 79,7% | Tidak Tersedia |
BCA | 1,8% | Tidak Tersedia | ~82% | Tidak Tersedia |
BNI | 2% | 96% | Tidak Tersedia | Tidak Tersedia |
Kesimpulan
Analisis menyeluruh ini menegaskan bahwa perbankan Indonesia merupakan kekuatan finansial yang tangguh di tingkat regional Asia. Kekuatan utamanya terletak pada profitabilitas yang luar biasa dan dominasi yang kokoh di pasar domestik yang luas, yang memungkinkan mereka untuk mengungguli banyak bank besar di Asia Tenggara dalam peringkat komposit seperti Forbes Global 2000. Laju transformasi digital yang agresif, yang berfokus pada pembangunan ekosistem yang terintegrasi, telah menjadi mesin pertumbuhan yang efisien dan relevan dengan karakteristik pasar Indonesia.
Meskipun demikian, terdapat kesenjangan yang signifikan dalam skala aset dan pengakuan keamanan global yang membuat mereka belum dapat bersaing di peringkat teratas dalam daftar seperti The Banker dan Global Finance. Tantangan likuiditas, yang terlihat dari ketidakseimbangan antara pertumbuhan pinjaman dan simpanan, serta ancaman siber yang diperparah oleh disparitas teknologi, menjadi risiko yang harus dikelola dengan hati-hati.
Jalur menuju posisi yang lebih tinggi di panggung global sudah jelas: bank-bank Indonesia harus terus mengkapitalisasi pertumbuhan domestik yang kuat, memperkuat ekosistem digital mereka, dan secara proaktif mengatasi risiko-risiko yang muncul dari perubahan pasar. Dengan terus berinvestasi dalam inovasi, meningkatkan manajemen risiko, dan berupaya mendapatkan pengakuan internasional, perbankan Indonesia memiliki potensi besar untuk tidak hanya mempertahankan, tetapi juga meningkatkan posisinya sebagai kekuatan finansial utama di Asia.
Daftar Pustaka :
- Global Finance Names the Safest Banks in Asia 2024, diakses September 15, 2025, https://s44650.pcdn.co/wp-content/uploads/2024/10/GFMAG-Safest-Banks-2024-Regional-Asia.pdf
- Top 50 Banks: Rankings & Insights – LexisNexis Risk Solutions, diakses September 15, 2025, https://risk.lexisnexis.com/insights-resources/article/bank-rankings-top-banks-in-the-world
- Reflection 2024: Indonesian Banking Remains Solid and Optimistic Amid Global Economic Uncertainty – OJK, diakses September 15, 2025, https://iru.ojk.go.id/iru/news/detailnews/13250/reflection-2024-indonesian-bankin
- Layanan Digital Bank Syariah Sebagai Faktor Pendorong Indeks Literasi Dan Inklusi Keuangan Syariah – Journal UIR, diakses September 15, 2025, https://journal.uir.ac.id/index.php/syarikat/article/download/9362/4326/34160
- BRI Named Indonesia’s Largest Public Company in the Forbes Global 2000 List for 2025, diakses September 15, 2025, https://www.morningstar.com/news/pr-newswire/20250619hk14226/bri-named-indonesias-largest-public-company-in-the-forbes-global-2000-list-for-2025
- Forbes – The Global 2000 Companies – 2025 – Kaggle, diakses September 15, 2025, https://www.kaggle.com/datasets/ellimaaac/forbes-the-global-2000-companies-2025
- The Banker – World Ranking – FT Commercial, diakses September 15, 2025, https://commercial.ft.com/campaigns/ft-the-banker-world-ranking/
- Analysing the Bankers’ Ratings Worldwide Using Machine Learning Techniques, diakses September 15, 2025, https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/13571516.2025.2531821
- Full article: Analysing the Bankers’ Ratings Worldwide Using Machine Learning Techniques, diakses September 15, 2025, https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/13571516.2025.2531821?src=
- Top 10 Perusahaan di ASEAN Versi Forbes Edisi 2025, Ada Siapa Aja? – CNBC Indonesia, diakses September 15, 2025, https://www.cnbcindonesia.com/research/20250615112737-128-641108/top-10-perusahaan-di-asean-versi-forbes-edisi-2025-ada-siapa-aja
- PT Bank Central Asia Tbk (via Public) / Loans up 13.8%, Resilient Performance for Sustainable Business, diakses September 15, 2025, https://www.publicnow.com/view/49D50CD401B969D0696DDD32212F07A12162DF8D?1737694002
- Inside Bank Mandiri’s Digital Strategy – Twimbit, diakses September 15, 2025, https://about.twimbit.com/about/blogs/inside-bank-mandiris-digital-strategy
- Largest Banks in the World: Explore the Top Global Banks | TABInsights, diakses September 15, 2025, https://tabinsights.com/ab1000/largest-banks-in-the-world
- Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. – Investor Relations …, diakses September 15, 2025, https://www.ir-bri.com/financial_highlights.html
- WOW! Laba Bank Mandiri 2024 Tembus Rp55,8 Triliun, Saatnya Borong Saham BMRI?, diakses September 15, 2025, https://www.bareksa.com/berita/saham/2025-02-06/wow-laba-bank-mandiri-2024-tembus-rp558-triliun-saatnya-borong-saham-bmri
- Inside Bank Mandiri’s Digital Strategy – Twimbit, diakses September 15, 2025, https://twimbit.com/about/blogs/inside-bank-mandiris-digital-strategy
- BBCA – Reports strong 2024 performance – KB Valbury Sekuritas, diakses September 15, 2025, https://www.kbvalbury.com/article/bbca-reports-strong-2024-performance
- BNI Posts $1.4 Billion Net Profit in 2024, Credit Growth Outpaces Industry – Jakarta Globe, diakses September 15, 2025, https://jakartaglobe.id/business/bni-posts-14-billion-net-profit-in-2024-credit-growth-outpaces-industry
- Peran BUMN Dalam Perekonomian Indonesia | PDF – Scribd, diakses September 15, 2025, https://id.scribd.com/document/686346669/Peran-BUMN-dalam-Perekonomian-Indonesia
- Bank Mandiri Buktikan Peran BUMN Dalam Pembangunan Ekonomi – Bisnis Liputan6.com, diakses September 15, 2025, https://www.liputan6.com/bisnis/read/5713096/bank-mandiri-buktikan-peran-bumn-dalam-pembangunan-ekonomi
- Spektakuler ! Bank Mandiri Catat Penyaluran Kredit Tembus Rp 1.532,35 Triliun di Kuartal II 2024 – news-detail, diakses September 15, 2025, https://www.bankmandiri.co.id/en/web/guest/news-detail?primaryKey=328708558&backUrl=/en/news
- Melanjutkan Transformasi Digital & Inovasi Perbankan – IDX, diakses September 15, 2025, https://www.idx.co.id/StaticData/NewsAndAnnouncement/ANNOUNCEMENTSTOCK/From_EREP/202202/ef15dbcba6_0a7f8a125f.pdf
- Annual Report – BCA Digital, diakses September 15, 2025, https://bcadigital.co.id/documents/AnnualReport2024.pdf
- Asia’s Fintech Revolution: Mobile Banks Are Reshaping Finance – Observer, diakses September 15, 2025, https://observer.com/2025/08/asia-fintech-revolution-leads-mobile-banking/
- Analysis of the Ecosystem and Perception of Digital Banks in Indonesia – Populix, diakses September 15, 2025, https://info.populix.co/data-hub/reports/digitalbanking2024
- Indonesia’s Recent Banking Boom, Explained – The Diplomat, diakses September 15, 2025, https://thediplomat.com/2025/08/indonesias-recent-banking-boom-explained/
- Indonesian banks to see less intense loan competition in 2025 | Asian Banking & Finance, diakses September 15, 2025, https://asianbankingandfinance.net/retail-banking/news/indonesian-banks-see-less-intense-loan-competition-in-2025
- Atasi Serangan Siber, BSSN Ungkap 3 Tantangan Utama Sektor Keuangan, diakses September 15, 2025, https://www.cnbcindonesia.com/tech/20250915121403-37-666983/atasi-serangan-siber-bssn-ungkap-3-tantangan-utama-sektor-keuangan
- 1 CHAPTER I INTRODUCTION 1.1. Research Background There are numerous commercial Banks currently in operation in Indonesia, with, diakses September 15, 2025, https://repository.uajy.ac.id/id/eprint/31252/2/191224688_Chap%201.pdf
- Digital Banks with Mobile Banking Services in Indonesia. – ResearchGate, diakses September 15, 2025, https://www.researchgate.net/figure/Digital-Banks-with-Mobile-Banking-Services-in-Indonesia_tbl1_376717162